Sunday, December 7, 2014

Saat Merasa Diri Lebih Baik


“Sesungguhnya kamu semua menjadi lupa dari ibadah yang paling utama, yaitu Tawadhu.” - 'Aisyah r.a.
Diriwayatkan bahwasanya Nabi SAW berada dalam suatu golongan dari sahabat-sahabat di rumahnya, dimana mereka makan-makan. Maka berdirilah seorang peminta-minta yang sakit lumpuh yang tidak disenangi orang. Kemudian peminta-minta itu diizinkan masuk. Maka ketika peminta-minta itu masuk, lalu ia didudukkan oleh Rasulullah di pangkuannya. Kemudian beliau berkata kepadanya, “Makanlah”
Maka ada seorang Quraisy yang merasa jijik dan tidak senang kepadanya. Sehingga matilah orang Quraisy itu, dimana ia pun terkena penyakit lumpuh seperti yang diderita oleh peminta-minta itu.
Sahabat, kita sedang berada di abad informasi dimana berita tumpah-ruah hanya dalam genggaman tangan. Tak terelakkan berita tentang manusia ada yang kita suka dan tidak sedikit yang hati kita membenci bahkan mengutuknya. Tipis memang geliat hati saat kita merasa 'menyuarakan kebenaran' yang tanpa disisipi oleh perasaan ujub, merasa diri lebih baik daripada orang yang dikritik.
Kiranya kisah seorang Quraisy di jaman Rasulullah yang 'merasa jijik' dengan seseorang menjadi pembelajaran bagi kita semua. Jangan sampai ketidaksukaan kita terhadap seseorang mengotori cermin hati seraya minta pertolongan kepada-Nya banyak-banyak agar dijauhkan dari makar-Nya. Karena adalah mudah bagi Dia untuk menjadikan kita seperti orang yang kita benci atau bahkan lebih buruk lagi. Mohonkan juga kepada-Nya agar kita dikaruniai hati yang tawadhu.
Al Hasan Al Bashri ra berkata, “Tahukah kamu apa arti tawadhu itu? Tawadhu adalah hendaknya kamu keluar dari rumahmu dan apabila kamu menjumpai orang, hendaknya kamu melihat bahwa orang itu mempunyai kelebihan daripada kamu.” []

Thursday, December 4, 2014

Sujud : Puncak Penghapusan Diri


"Sedekat-dekatnya hamba dengan Tuhannya adalah ketika ia bersujud, maka perbanyaklah do'a. (HR. Muslim)
Tindakan ritual bersujud sejatinya betul-betul merupakan puncak penghapusan diri. Posisi yang secara simbolik kepala kita tempat akal yang sering diagung-agungkan itu ditempatkan paling bawah, lebih bawah dari letak hati, komponen dalam diri manusia yang dapat mengenal petunjuk Allah Ta'ala.
Sujud adalah puncak kehambaan seseorang. Tanda seseorang sujudnya baik adalah semakin berkurang penghambaan diri kepada selain Allah. Dengan kata lain, tidak mungkin mendekatkan diri seorang kepada Tuhannya tanpa terlebih dahulu sirna dari sesembahan selain Dia.
Sekarang mari kita bercermin ke dalam diri masing-masing. Sejauh mana kita menyerahkan hidup kita dalam kehendak-Nya? Sekuat apa dunia material menarik kita dibandingkan dengan tarikan janji-Nya? Sesering apa kita mengingat-Nya diantara deru kesibukan hidup? Segelisah apa hati kita saat guncangan ujian datang dibanding dengan menyandarkan hati pada-Nya?
Jangan-jangan kita belum benar-benar bersujud...