Tuesday, June 30, 2015

Tentang Bau Mulut Orang Yang Berpuasa


Haditsnya cukup populer, sering disebut-sebut terutama di bulan Ramadhan:
"Sungguh, bau mulut orang berpuasa lebih harum daripada aroma kasturi.” (Hadits Muttafaq alaih).
Pada praktiknya memang orang yang berpuasa mengeluarkan bau yang khas karena pembentukan asam asetat dari metabolisme dalam tubuh dalam kondisi kelaparan. Lalu bau yang khas ini dibandingkan dengan wangi minyak kasturi yang oleh Rasulullah saw sendiri dikatakan, "Sebaik-baik wewangian adalah minyak kasturi” (Hadis Riwayat Muslim). Kalau bagi hidung saya jelas mana yang lebih harum. Tapi, kalau Rasulullah saw berkata sesuatu pasti ada makna yang dalam disana, maka saya coba cari-cari informasi mengenai hal ini, supaya lebih mengerti dan menghayati syari'at yang Allah Ta'ala turunkan bagi hamba-hamba-Nya.
Alhamdulillah, senang sekali hari ini menemukan penjelasan tentang wangi mulut orang yang puasa ini dari paparan Ibnu 'Arabi yang terdapat dalam kitab Futuhat Al Makkiyya bab "On the Secrets of Fasting" yang diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris oleh Aisha Bewley. Beliau berkata bahwa bau mulut orang yang berpuasa berbeda dengan wangi kasturi, karena bau mulut orang puasa berasal dari nafas orang tersebut sedangkan wangi kasturi hanyalah wangi kasturi - yang tidak ada kaitannya dengan dinamika ruh (ruwah/ angin/ aliran nafas).
Sumber wangi kasturi - yang dikatakan sebagai wewangian terharum paling baik - konon bisa didapat dari hewan atau tumbuhan. Walaupun demikian istilah Kasturi sebenarnya merujuk kepada kandungan yang terdapat dalam bintil kelenjar kijang jantan. Jika ditekan kuat atau diketuk, butiran kecil akan keluar darinya dan bahan itulah yang dicampur bersama minyak atau ekstrak wangian beralkohol. Jadi wewangian terbaik sedunia secara sederhana merupakan proses perubahan dari satu materi ke materi lain.
Bagaimana dengan bau mulut orang yang puasa?
Secara fisik, bau mulut yang timbul adalah proses alami dari pemecahan asam lemak, karena dalam kondisi puasa kadar glukosa - yang berfungsi sebagai suplai energi - menurun, tubuh secara otomatis mencari pengganti sumber energi untuk memasok seluruh sel dalam tubuh yang harus senantiasa bekerja, bagi otot-otot jantung yang harus memompa darah ke seluruh tubuh, kelenjar-kelanjar dalam usus yang mengolah makanan, sel-sel otot tubuh untuk bergerak dsb.
Artinya bau mulut orang yang puasa karena misalnya akan dilakukan cek laboratorium dan bau mulut orang yang puasa Ramadhan tentunya akan sama. Secara fisik, keduanya semata-mata produk perubahan metabolisme tubuh.
Jadi mengapa bau mulut orang puasa Rasulullah saw katakan lebih wangi dari kasturi? Karena bau mulut orang yang berpuasa berasal dari pengosongan diri melalui proses puasa. Seberapa wangi bau nafas orang yang berpuasa di hadapan-Nya tergantung derajat pengosongan diri masing-masing. Ada yang puasa masih dalam tahap sekadar menahan lapar dan dahaga, ada yang mulai sudah meningkat memuasakan segala atribut duniawi-syahwat dan hawa nafsu dari dalam diri. Seperti yang dikatakan oleh Jalaluddin Rumi, "There’s hidden sweetness in the stomach’s emptiness. We are lutes, no more, no less."

Thursday, June 18, 2015

Langkah Pertama Suluk : Menerima Kehidupan Dengan Baik

Anak tangga pertama dalam bersuluk yaitu belajar menerima apapun yang menimpa masing-masing dengan baik.
Dimulai dengan menerima takdir kehidupan yang dibawa kita sejak lahir; jenis kelamin, bentuk fisik, warna kulit, suku bangsa, orang tua, keluarga, serta kelebihan dan kekurangan yang ada dalam diri.
Kebanyakan orang seringkali mencari kambing hitam akan apap-apa yang menimpa mereka dalam kehidupan. Padahal apapun yang menimpa manusia, bahkan setitik gigitan nyamuk di tubuhnya tidak akan terjadi kalau Allah Ta'ala tidak mengijinkan. Jadi langkah pertama, terima dahulu semua perkara yang disampaikan-Nya ke tangan kita, besar atau kecil...

Thursday, June 11, 2015

Hidup : Pinjaman Dari-Nya

Kalau kita memakai sesuatu yang bukan milik kita itu namanya meminjam. Badan kita bukan milik kita, kita dilahirkan ke dunia ini dipinjami semuanya oleh Sang Maha Pencipta. Nah, seiring dengan kelahiran kita terciptalah jaring-jaring yang menghubungkan antara beberapa makhluk yang dipinjamkan-Nya kehidupan. Ada yang bernama ayah, ibu, kakak, saudara kemudian nanti beranjak ke episode pasangan hidup, anak, cucu dst. Ada juga jaring-jaring penunjang kehidupan yang dinamakan pekerjaan, tempat tinggal, kesehatan, bakat dan milyaran bahkan tak terhitung ragam pinjaman yang Gusti Allah berikan kepada makhluknya yang bernama manusia.
Kalau kita dipinjami sesuatu, adalah hal yang sangat wajar bila sang pemilik menerapkan suatu aturan untuk menjaga barangnya. Misalnya dalam bentuk zakat dan infaq dari setiap harta yang dipinjamkan, menggunakan otak kita untuk merancang sesuatu yang maslahat sebagai bentuk shodaqoh dan rasa syukur dipinjami akal yang baik, menggunakan seluruh anggota tubuh dan menjaganya dengan baik dan bahkan hadits meriwayatkan bahwa setiap ruas tulang dalam tubuh kita yang berjumlah 360 buah itu diminta shodaqohnya setiap hari - yang bisa dibayar lunas dengan mengerjakan dua rakaat sholat dhuha.
Dari masa ke masa, manusia selalu mencari cara untuk menghubungkan dirinya dengan Sang Pencipta yang berkenan meminjamkan segalanya. Berbagai bentuk peribadatan sebagai ekspresi rasa syukur masih terpelihara ragamnya hingga sekarang. Setiap orang punya jalannya masing-masing, kita harus hargai itu.
Kembali bicara tentang pinjaman. Ciri khusus barang pinjaman adalah semua punya jangka waktu terbatas untuk digunakan. Badan kita akan menua dan mati, kepintaran otak kita sangat rentan dimakan rayap usia dan lupa, kekuatan tubuh kita terbatas, harta kita bisa diminta kembali oleh Yang Punya melalui berbagai cara; usaha rugi, keluarga sakit, tertipu, dicuri, terbakar dll. Pasangan kita bisa tiba-tiba dipanggil pulang menghadap-Nya, anak kita bisa dibuat tinggal di belahan dunia yang jauh. Apapun dalam hidup ini bersifat fana, pasti rusak dan terpisah dari kita. Jika kita sadar bahwa semua ini hanya titipan-Nya, hati lebih tenang menghadapi sekian banyak dinamika dan kejutan kehidupan. Ringan saja hatinya memberikan kembali apa yang Dia minta. Namanya juga pinjaman...

Monday, June 1, 2015

Ketidaktahuan Itu Suatu Rahmat

Ketidakmampuan melihat apa-apa yg Dia tuliskan itu bukan berarti suatu kekurangan, itu bahkan suatu rahmat.
Akan tetapi kebanyakan manusia bersifat terburu-buru dan tidak sabar, tidak sedikit yang mencari segala cara untuk mendapat 'bocoran informasi' tentang masa depan sehingga tidak segan-segan berkonsultasi dengan apapun dan siapapun yang dianggap bisa memberinya sepenggal informasi di masa yang belum datang.
Barangsiapa yang terlalu sibuk mencari tahu apa yang terjadi di masa depan pasti kehilangan pijakan di momen saat ini. Tentulah ia jauh dari bersyukur kepada Dzat yang memberi semua dengan penuh perhatian dari masa ke masa.
“Kitab (Al Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa, (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib…” (QS.Al-Baqarah[2]:2-3)