Friday, August 21, 2015

Kuat Menghadapi Ujian

Allah SWT memberi cobaan kepada para hamba-Nya, tidaklah berarti Allah Ta’ala benci, akan tetapi Allah Ta’ala menunjukkan kasih sayang dengan memperhatikan hamba yang dicoba itu.
Demikian pula Allah Ta’ala memberi kesempatan kepada para hamba untuk berikhtiar dengan sepenuh hati, agar segala yang menimpanya mendapat jalan keluar dengan pertolongan dan izin Allah semata.
Allah SWT berfirman dalam surat Al Baqarah ayat 216, “…Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui sedangkan kamu tidak mengetahui.”

Thursday, August 13, 2015

Berserah Diri Adalah Pemberian Allah

"Barangsiapa yang akan dibimbing Allah ke Shiraathal Mustaqiim maka dada (shadr)-nya akan dilapangkan untuk berserah diri."
(QS Al An'aam: 12)
Jadi bahkan kemampuan seseorang berserah diri itu karunia Allah,
artinya telah datang cahaya Allah yang melapangkan shadr.
Barangsiapa yang rela berada dalam pengaturan sang Rabb berarti telah dilapangkan dadanya, karena kalau seseorang tidak berserah diri kepada Allah Ta'ala maka sia-sia petunjuk turun.
Padahal setiap harinya kita memohon ditunjuki ke Shiraathal Mustaqiim (ihdinaashhiraathal mustaqiim - QS Al Faatihah).
Karena itu suluk melatih seseorang untuk fana, mematikan kehendak diri untuk menselaraskan diri dengan karsa-Nya.
(Disajikan ulang dari pengajian Hikmah Al Qur'aan yang disampaikan oleh Zamzam A.J.T)

Wednesday, August 12, 2015

Al Qur'aan Kitab Abadi

Qur'an mengandung hukum-hukum dan kata-kata Tuhan.
Musim mungkin berubah, dunia mungkin berubah, tapi Tuhan dan kata-kataNya
tidak akan berubah-ubah.

Bergantung pada keadaan dunia pada saat itu, kata-kata dalam qur'an akan
terus menyesuaikan dirinya untuk saat tersebut. Maka,setiap kali seseorang
membuka Qur'an, tidak peduli pada masa apapun ia sedang berada, dia akan
bisa mendapatkan jawaban yang dia perlukan. Akan dia temukan penjelasan
rahasia yang dia butuhkan. Tergantung pada tingkatan di mana dia berada
ketika seseorang membuka Qur'an, dia akan menemukan Qadha wal Qadar yang
paling sesuai bagi kondisinya, demikian pula semua takdir dan nasibnya.

- M.R. Bawa Muhaiyaddeen

Kemampuan Manusia Untuk Menyerap Cinta Tertinggi

Ibnu 'Arabi dalam salah satu bab tentang cinta (mahabbah) dalam kitab Futûhât al-Makkiyya menyebutkan beberapa ayat Al Qur'an yang berkata tentang cinta, di semua ayat tentang cinta obyek yang Allah bicarakan adalah manusia. Demikianlah, cinta membedakan manusia dengan makhluk ciptaan Allah lainnya.
Ketika lebih lanjut berbicara tentang cinta, ada dua hadits yang syaikh Ibnu 'Arabi sertakan:
"Aku adalah Khazanah Tersembunyi (Khanzun Mahfiy), dan Aku rindu untuk dikenal.
Lalu Aku ciptakan alam ciptaan sehingga Aku dikenal."
(Hadits Qudsiy)
“Sesungguhnya Allah ta’ala telah berfirman: ‘Barang siapa memusuhi wali-Ku, maka sesungguhnya Aku menyatakan perang terhadapnya. Hamba-Ku senantiasa (bertaqorrub) mendekatkan diri kepada-Ku dengan suatu (perbuatan) yang Aku sukai seperti bila ia melakukan yang fardhu yang Aku perintahkan kepadanya. Hamba-Ku senantiasa (bertaqorrub) mendekatkan diri kepada-Ku dengan amalan-amalan sunah hingga Aku mencintainya. Jika Aku telah mencintainya, maka jadilah Aku sebagai pendengarannya yang ia gunakan untuk mendengar, sebagai penglihatannya yang ia gunakan untuk melihat, sebagai tangannya yang ia gunakan untuk memegang, sebagai kakinya yang ia gunakan untuk berjalan. Jika ia memohon sesuatu kepada-Ku, pasti Aku mengabulkannya dan jika ia memohon perlindungan, pasti akan Aku berikan kepadanya." (HR. Bukhari).
(Kutipan dan terjemahan dari "The Divine Roots of Human Love. William Chittick. Journal of the Muhyiddin Ibn 'Arabi Society, Volume 17, 1995.)

Tiga Tahapan Keikhlasan


Ibnu 'Arabi menjelaskan terdapat tiga tahapan keikhlasan yang terkandung di dalam surat Al Fatihah.
Yang pertama, keikhlasan kebanyakan orang yang dinyatakan dalam ayat "Iyyakana' budu..." (hanya kepada Engkau kami beribadah). Diperlukan kualitas keikhlasan awal untuk menjadi golongan yang disebut dalam ayat tersebut, ikhlas dalam niat dan amal.
Yang kedua, golongan yang memiliki keikhlasan lebih, yaitu mereka yang disebut dalam ayat "...wa iyya kanasta'iin" (dan hanya kepada-Mu kami meminta pertolongan). Keikhlasan yang mereka miliki terpancar dalam sikap, tindakan, kebiasaan, karakter hidup yang hanya bergantung kepada Allah Ta'ala.
Golongan ketiga disebut sebagai mereka yang khusus dari yang khusus (elite of the elite). Yaitu mereka yang dengan kesabarannya menjadi sangat harmoni dengan aliran qadha dan qadarnya, karena hati mereka menjadi terbuka dalam menerima tahap demi tahap pengajaran Ilahiyah. Yaitu mereka yang berdo'a "Ihdina shiraathalmustaqiim" (tunjukilah kami kepada shiraathal mustaqiim)
-Terjemahan bebas dari "The Qur'an - A Biography' by Bruce Lawrence (2006), pp. 110-113

Tuesday, August 11, 2015

Berkecimpung Di Dunia Tanpa Terbasahi

"Zuhud adalah engkau mencintai sesuatu yang dicintai oleh Khaaliq-mu dan engkau membenci sesuatu yang dibenci oleh Khaaliq-mu. Engkau meninggalkan yang halal dari dunia sebagaimana engkau meninggalkan yang haramnya, sebab yang halalnya pasti akan dihisab dan yang haramnya pasti akan mengundang azab.

Engkau menyayangi kaum muslimin, sebagaimana engkau menyayangi dirimu sendiri. Engkau memelihara diri dari perkataan-perkataan yang tiada membawa manfaat bagimu, sebagaimana engkau memelihara diri dari perkataan-perkataan yang haram. Engkau memelihara diri dari banyak makan, sebagaimana engkau memelihara diri dari memakan bangkai yang amat busuk.

Engkau memelihara diri dari aneka macam kesenangan dunia dan perhiasannya, sebagaimana engkau memelihara diri dari panasnya api. Dan engkau tidak panjang angan-angan di dunia, inilah arti zuhud yang sebenarnya".

(Hadts Nabi saw riwayat Ad-Dailami)

"Zuhud di dunia itu bukanlah engkau mengharamkan yang halal, dan bukan pula engkau menyia-nyiakan hartamu. Zuhud di dunia itu adalah engkau tidak menggantungkan diri pada sesuatu yang ada pada tanganmu, tetapi engkau lebih percaya pada sesuatu yang ada pada Tangan Allah. Juga engkau lebih banyak mengharapkan turunnya Rahmat Allah pada saat ditimpa oleh musibah, dan engkau lebih senang menerima musibah, sekalipun musibah itu menimpamu seumur hidupmu" (Hadits Nabi saw riwayat At-Tirmidzi dan Ibnu Majah, dari Abu Dzaar ra.)

Dalam hadits juga dikatakan "Barangsiapa yang tidak mencintai dunia pasti dicintai Allah."
Barangsiapa yang mengenal dunia pasti membencinya.
Barangsiapa yang mengenal Allah pasti mencintainya, pasti jatuh cinta kepada Allah.
Jadi, tidak ada obat yang lebih ampuh untuk zuhud kecuali ilmu tentang Allah, karena itu adalah obat untuk tidak mencintai dunia.
Kadang dalam situasi yang ekstrim seorang zahid bisa jadi meninggalkan dunia karena khawatir mencintainya.

Adapun zahid sejati adalah ia yang menyelam di lautan tapi tidak terbasahi. Seperti Nabi Sulaiman a.s. yang hartanya sangat banyak tapi ia tidak mencintai hartanya, sehingga datang dan hilangnya sama saja. Bukan juga zahid yang meninggalkan dunia karena membencinya, sehingga begitu saja menyepi dari manusia dan menelantarkan amanah yang Allah Ta'ala berikan, []





Thursday, August 6, 2015

Kiat Menghadapi Orang Menyebalkan

Kiat Syaikh Muhyiddin Ibnu Arabi dalam menghadapi orang yang menyebalkan :
- Tetap tenang
- Jangan terpancing kelakuan buruk dan aura negatifnya
- Acuhkan (dan lupakan).
Sesungguhnya cara ini lebih efektif daripada menghukum atau membalas orang tersebut.
Sumber : 'What the Seeker Needs' by Muhyiddin Ibn 'Arabi, translated by Shaykh Tosun Bayrak and Rabia Harris.

Kalau Masih Gampang Marah

Kalau orang disindir sedikit langsung meledak kemarahannya, itu artinya masih ada penyakit hati yang cukup parah.
Kalau orang gampang tersinggung, gampang prasangka, gampang mengeluh, itu juga bagian dari penyakit hati.

Setiap orang sungguh akan diuji dalam hidupnya, itu sudah hukum dalam kehidupan tidak ada yang bisa menghindari hal ini.

Yang menciptakan mati dan hidup supaya Dia mengujimu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (Qs. Al-Mulk [67]:2)

Ujian itu penting, untuk menampakkan isi hati kita yang sesungguhnya. 
Demikian sayangnya Allah Ta'ala kepada orang beriman, maka ia memebuat banyak hal yang menggerogoti hati kita, tujuannya agar kita semua selamat dunia dan akhirat.[]



Sunday, August 2, 2015

Tiga Derajat Pemaafan

Memaafkan itu tidak mudah, karena sifat bawaan manusia adalah membalas dendam.
Bagaimana memaafkan orang yang menyakiti kita?
Atau yang menikam dari belakang dan memfitnah kita?
Atau yang menipu dan menghabiskan harta kekayaan kita?
Atau yang menyakiti seseorang yang kita cintai?
Atau yang kata-katanya tajam melukai hati?
Padahal setiap hari kita niscaya terpapar oleh rasa sakit hati yang diakibatkan orang lain. Bahkan dikatakan kalaupun seseorang menyepi di tengah lautan sepi, Dia akan mengirimkan sesuatu yang akan menyakiti atau mengujinya.
Tampaknya konsekuensi dari hidup adalah mengalami rasa sakit, a broken heart. Sebuah fase yang penting, karena hanya lewat itu cahaya Ilahiyah Ar Rahmaan dan Ar Rahiim bisa memasuki hati dan meneranginya. Cahaya yang bila telah menerpa lubuk hati seseorang akan membuat dadanya lapang dan mudah untuk memaafkan.
Ya, tidak mudah memaafkan, kalau Allah Ta'ala tidak bantu dengan limpahan cahayanya.
Sifat pemaaf lekat dengan kasih sayang, kualitas yang paling utama dari Dia Sang Rahmaan dan Rahiim. Dalam Al Qur'aan terdapat ratusan ayat yang berkata tentang "memaafkan" dan terdiri dari tiga derajat yang berbeda.
Derajat pertama adalah "maghfirah, ghufraan" yang berarti menutupi.
Derajat kedua adalah "afw" yang berarti menghapus.
Derajat ketiga adalah "shaf" yang berarti tidak mengindahkan.
Aplikasi dari tiga derajat kepemaafan ini tergantung oleh keluasan dan kekuatan hati seseorang, semakin orang itu jauh dari penguasaan sifat amarah maka semakin ia mudah untuk memaafkan. Allah SWT berfirman "Dan orang yang menahan amarahnya dan memaafkan orang lain, Allah mencintai orang yang berbuat kebajikan.” (Surah Ali-Imran ayat 132).
Sungguh kemuliaan manusia terletak pada kemampuan dirinya menahan diri justru pada saat dia bisa menjatuhkan musuhnya atau membalas dendam atas kesalahan orang yang menyakitinya. Dalam sebuah hadis yang di riwayatkan oleh Abu Hurairah ra, bahwasannya Rasulullah SAW bersabda: Musa bin Imran a.s, berkata: "Wahai Tuhanku diantara hamba-hamba-Mu, siapakah orang yang paling mulia dalam pandangan-Mu ? "Allah Azza Wajalla menjawab, “ Orang yang memaafkan walaupun ia mampu membalas. “ ( Hadis Riwayat Baihaqi )
Sebagaimana Sayyidina Ali k.w. berkata ketika beliau ditanya arti memaafkan, "yaitu wangi yang dikeluarkan oleh bunga saat mereka dilumatkan."

Tiga Tahapan Cinta

Al Qur'aan mengajarkan cinta dalam bentuk yang tertinggi. Di dalamnya ada dua kata sebagai padanan "cinta" yaitu "al-hubb" dan "al wadd". Menurut Ibnu 'Arabi, kedua jenis cinta ini adalah cinta tingkat tinggi, di atas cinta kebanyakan yang disebut "hawa" atau "sudden desire".
Cinta pada tahap awal adalah cinta yang hilang timbul, tidak konstan dan mudah tergerus. Cinta tipe seperti ini mudah hilang oleh amarah, kecewa, jarak, waktu dan ujian kehidupan lainnya.
Cinta tahap selanjutnya adalah yang disebut "al wadd" atau "faithful love". Orang yang memiliki cinta seperti ini akan tetap mencinta walau obyek yang dicintai mengecewakan atau mengujinya. "Al wadd" adalah tipe cinta yang setia, apapun yang terjadi dia tetap mencintainya. Maka dalam doa yang sering diiringkan pada pasangan yang baru menikah adalah "sakinah-mawaddah-wa rahmah", dimana "mawaddah" adalah tahapan berikut yang seyogianya ditempuh oleh mereka yang belajar meraih cinta sejati.
Adapun ketika Allah Ta'ala mengekspresikan cinta pada suatu kaum, "Dia mencintai mereka, dan mereka pun mencintai-Nya" (QS Al Maidah [5]:54) digunakan kata "hubb" untuk cinta yang merupakan bentuk cinta yang lebih tinggi dari "wadd". Cinta tipe ini dikatakan oleh Ibnu 'Arabi sebagai "pure love" cinta yang suci, dimana tidak ada lagi keinginan sang pecinta kecuali kebahagiaan obyek yang dicintai.[]

Kenapa Harus Berdoa?

Akan datang suatu hari saat segala hal yang tidak menyertakan Allah akan musnah.
Setiap perbuatan yang dilaksanakan tanpa kehendak Allah.
Juga setiap perkataan sia-sia yang tanpa-Nya.
- Kitab Nabi Idris a.s.
Guru saya mengajarkan untuk membiasakan memohon kepada Allah Ta'ala dalam setiap keadaan. Persis seperti apa yang Allah perintahkan kepada Nabi-Nya, "Mintalah kepada-Ku walau dalam perihal garam untukmu makan."
Kenapa harus dibiasakan meminta?
Agar kita membiasakan diri menyertakan Dia dalam sebanyak mungkin gerak langkah dalam hidup.
Agar diri ini terbimbing senantiasa dalam jalan dan kehendak-Nya.
Karena tipuan hawa nafsu dan kehidupan begitu menyesatkan.
Jangan-jangan kita merasa berbuat baik padahal di mata-Nya kita tidak lain dari budak hawa nafsu pribadi, keinginan untuk terkenal, terhormat, terunggul, dipandang sukses, dianggap sholeh dan seribu satu motif tersembunyi di balik amal-amal yang dilakukan.
Karena akan datang suatu hari dimana akan dinampakkan amal-amal yang abadi yang menyertakan Allah di dalamnya. Atau amal-amal yang palsu yang akan musnah seperti debu ditiup angin.
Sungguh tidak akan kecewa hamba-Nya yang meminta...
- Zandvoort, 27 Juli 2015.
03.00

Diamlah, Ini Pun Akan Berlalu

Lidahku kelu di hadapan-Mu
Rencana-rencana indahku menjadi hambar jika tak ada restu-Mu di dalamnya
Hatiku membuncah dengan kebahagiaan manakala lirikan-Mu menerpanya
Tuhan, betapa menyakitkan keterpisahan ini
Kerinduan yang tak terperi yang tak dapat diisi oleh apapun kecuali Engkau
Aku ingin belajar menjadi pencinta-Mu yang tangguh
---
Wajahku hancur menjadi debu
Nyeri membara di sekujur ragaku
Hatiku berdarah perih oleh deraan ujian kehidupan
Namun diamlah, jangan mengeluh
Aku tahu engkau lelah, tapi ayo tetaplah jalan karena ini satu-satunya jalan
Diamlah dengan khusyu, seperti harpa dalam pelukan pemainnya
Karena Dia sedang memainkan lagu kehidupan kita masing-masing
Semua pengorbananmu akan diganti dengan kenikmatan yang jauh lebih besar
Tidaklah engkau merasakan sakit melainkan Ia kirimkan obatnya
Tidaklah engkau menangis melainkan Ia sedang mengecup mesra bibirmu
Diamlah, karena ini pun akan berlalu...
*adaptasi dari puisi Jalaluddin Rumi
Amsterdam, 8 Juli 2015
2.11 pm

Semua Dalam Kendali-Nya

Semua dalam kendali-Nya,
Dia yang mengatur perputaran mega trilyun benda-benda langit.
Dia yang mengirim malaikat-malaikatnya untuk menjatuhkan setitik air di tempat tertentu manakala hujan turun membasahi bumi.
Dia yang mendesain kehidupan setiap insan.
Semua direncanakan dan ditata secara apik. Agar ciptaan-Nya yang sangat istimewa bertumbuh kecambah dalam hatinya dengan sempurna.
Tidak ada yang kebetulan dalam hidup. Takdir yang sudah dijalani, mau terlihat baik atau buruk adalah hujan dan benih yang subur agar sang benih tumbuh menjadi pohon yang kuat.
Tidak ada yang salah dalam ciptaan-Nya. Kejadian sekelam apapun, pengalaman seburuk apapun juga musibah seberat apapun adalah manifestasi raupan tangan-Nya untuk membersihkan pohon diri dari berbagai hama dan gulma.
Demikian pun kejayaan kehidupan dan kesuksesan dunia sejatinya bukan semata karena kepintaran atau keberuntungan sang manusia saja.
Senang-sedih, untung-rugi, kaya-miskin, laki-perempuan, usia panjang-pendek, sehat-sakit semua adalah kerangka hidup yang melingkupi manusia semenjak ia ditiupkan ke dalam perut sang ibu dalam usia janin 120 hari. Semua dalam genggaman-Nya.
Adapun hati manusia...
Ah tidak ada yang melebihi kompleksitas hati manusia, bahkan mega trilyunan angkasa luas bagaikan setitik air dibandingkan samudera luas.
Satu-satunya entitas dalam diri insan yang bisa memuat-Nya, bahkan tidak bisa langit dan bumi-Nya berfungsi demikian.
Hati manusia yang diberikan kebebasan oleh-Nya, hendak bersuka cita atau mengeluh terpaksa berjalan bersama-Nya.
Mohon kiranya Engkau mengkaruniai kami hati yang selamat...qalbun saliim. Aamiin ya Rabb...
Amsterdam, 8 Juli 2015
3.27