Tuesday, March 8, 2016

Meraup Hikmah Fenomena Gerhana


"Dan aku melihat ruang-ruang yang diperuntukkan bagi matahari dan rembulan, kapan saatnya mereka keluar (dari ruangan itu) dan kapan mereka kembali dengan dinamika yang menakjubkan, dan bagaimana salah satu dilebihkan dari yang lainnya, dan jalur edar yang telah ditetapkan, dan bagaimana mereka tidak menyimpang dari jalurnya masing-masing, dan mereka tidak menambah atau mengurangi jalurnya, dan mereka saling mengandalkan satu sama lain, sesuai dengan sumpah yang telah mengikat mereka bersama.
Adalah sang matahari yang kerap berubah, adakalanya ia mendatangkan rahmat dan ada kalanya ia menjadi perantara sebuah kutukan. Dan peredaran rembulan menjadi petunjuk bagi kaum yang benar dan kegelapan bagi mereka yang berdosa dalam nama Tuhan, yang menjadikan adanya perbedaan antara cahaya dan kegelapan, dan membagi-bagi jiwa manusia dan memperkuat jiwa mereka yang benar. Dengan nama-Nya Yang Benar (Al Haqq)."
- Kitab Nabi Idris (41:5,8)
Setiap manusia menempuh perjalanan kehidupan dalam bentangan waktu yang digunakan sebagai patokan. Pergerakan matahari digunakan sebagai dasar perhitungan kalendar syamsiyah sedangkan pergerakan bulan menandakan adanya perhitungan kalender qomariyah. Baik gerakan rembulan dan matahari yang merupakan makhluk Tuhan yang sangat berserah diri itu memiliki arti yang penting sebagai penanda sepanjang perjalanan. Ada usia-usia tertentu juga waktu-waktu tertentu yang merupakan waktu khusus, walaupun secara prinsip setiap waktu adalah spesial di mata-Nya, akan tetapi tidak banyak hamba-Nya yang serius memerhatikan keberadaan waktu-waktu khusus ini.
Dalam Kitab Nabi Idris dikatakan pergerakan benda-benda langit itu hanya berfungsi menjadi petunjuk bagi mereka yang hatinya sudah dikaruniai cahaya.
Menjelang salah satu fenomena besar dalam kehidupan, gerhana matahari yang akan tiba sesaat lagi, mari kita sambut dengan penuh keberserahdirian atas kuasa-Nya, kalaupun belum mengerti apa simbol yang dibawa setidaknya persembahkan semua ketidaktahuan kita dalam hati yang bersujud kepada-Nya. Insya Allah...

Perilaku Manusia Yang Seperti Burung Unta

Di padang pasir ada binatang semacam burung yang bisa berlari dengan sangat kencang. Ukurannya besar dan ia sangat kuat, satu-satunya cara untuk menangkap hewan ini adalah menunggu ia lelah berlari dan ia akan menenggelamkan kepalanya ke dalam pasir. Ia barangkali berpikir dengan demikian sang pemburu tidak akan melihatnya karena ia merasa tersembunyi, akan tetapi tentu saja ini upaya yang sia-sia karena kaki dan badannya yang cukup besar masih jelas terlihat. Itulah kelakuan sang burung unta.

Manusia juga ada yang berperilaku seperti burung unta, ia menenggelamkan dirinya dalam dunia ilusi dan kelalaian. Apa yang ia lihat dan menariknya akan ia kejar mati-matian. Apa yang menjadi fantasi, mimpi, idaman dan cita-citanya sedemikian rupa menenggelamkan kepalanya. Siang dan malam ia curahkan semua jiwa dan raganya untuk meraih ambisi dunianya. Orang semacam ini adalah orang yang tidak menyadari waktu dan keterbatasan dirinya, bahwa raganya hanya bisa digunakan dalam jangka waktu yang sangat terbatas. Ia lupa bahwa pertemuannya dengan Izrail, sang malaikat pencabut nyawa hanya dalam hitungan waktu yang tak lama.

Namun bagaikan sang burung unta, ia malah makin berlari kencang dan akhirnya menenggelamkan kepalanya dalam pasir, setiap orang punya pasir ilusi dan kesenangannya masing-masing, sesuatu yang ia anggap penghiburan dari suatu hal yang menakutkan bernama kematian. Ia mengais-ais setitik yang ia kira kebahagiaan dalam jutaan sensasi ragawi : kenikmatan seksual, syahwat makanan, kesukaan pada pakaian indah, bepergian ke tempat-tempat yang menakjubkan di dunia dan sekian banyak manipulasi dunia yang membuat ia lupa sesaat akan satu hal yang pasti datang dan akan mencerabut ia dari semua itu. Sampai maut datang melalui suatu kecelakaan atau sakit yang datang tiba-tiba dan menghancurkan raganya seiring dengan sekian banyak keinginan dan mimpi yang masih tertambat di dalamnya.

Demikianlah akhir kehidupan seseorang yang berperilaku seperti burung unta, lalai terhadap apa yang pasti datang. Jalan untuk menyelamatkan diri adalah dengan meraih pengetahuan, sekeping informasi tentang masa lalu kita, dari mana kita berasal, menyadari dan menerima kekinian dan kemudian berpikir tentang masa depan kita masing-masing. Adapun kematian dan segala komponen yang menakutkan dalam kehidupan seperti kekurangan harta, kesepian, kengerian, kekhawatiran dan lain-lain akan senantiasa ada di sekitar namun carilah tempat berlindung yang lebih kuat dari semua itu, perlindungan kepada Dia Yang Maha Kuasa. Apabila seseorang mulai tersadarkan dan membangun hubungannya dengan baik dan benar dengan Sang Pencipta, maka ia akan mulai merasakan kebahagiaan sejati yang tidak tergantung pada pernak-pernik dunia.

(Adaptasi dan terjemahan dari "The Ostrich Hides His Head: Come to The Secret Garden. Yang disampaikan oleh Muhammad Raheem Bawa Muhaiyyaddeen, seorang guru sufi di Amerika, dan ditulis dan diolah oleh murid-muridnya dalam buku yang diterbitkan oleh The Fellowship Press, Philadelphia, 1981)

Monday, March 7, 2016

Logika Semata Tak Dapat Membangun Keimanan

Siapapun yang membangun keimanannya semata-mata oleh fenomena lahiriyah dan sekumpulan argumen saja maka ia sedang membangun keimanan pada landasan yang tidak dapat diandalkan. Karena ia akan tertawan oleh berbagai pengaruh negatif dari sekian banyak ketidaksesuaian ataupun penolakan (atas logikanya sendiri).

Adapun yang dikatakan keyakinan (al yaqin) bukanlah datang dari sekian banyak pembenaran yang dibangun di dalam akal pikiran ragawi akan tetapi sesuatu yang dituangkan ke lubuk hati yang terdalam.

- Syaikh Ibnu 'Arabi

===

Adalah penting bagi seseorang untuk menempuh perjalanan suluknya masing-masing dalam medan yang telah Allah Ta'ala desain dalam kehidupannya masing-masing.



Yakini bahwa semua telah diatur dengan sempurna dan sangat rinci, tergantung si hamba akan menempuhnya dengan suka cita sehingga menemukan sekian banyak khazanah di sepanjang jalan yang akan mentransformasi hatinya atau terpasung dalam kendali hawa nafsu dan syahwat yang membuatnya terpaksa menjalani takdir dirinya sendiri.

Tuesday, March 1, 2016

Hadapi Tantangan Hidup Segila Apapun Itu!

Apapun keadaan hidup yang kita merasa 'terjebak' berada di dalamnya sekarang sesungguhnya tidak lain adalah jalan pensucian diri yang telah Allah buat. Hadapi setiap tantangan keseharian segila apapun kelihatannya itu, jadilah manusia yang pemberani dan tidak cengeng atau lemah.
Selagi kita masih diberi nafas, berikan upaya yang terbaik untuk menggali dan menemukan khazanah yang Allah Ta'ala simpan ke dalam diri masing-masing. Jangan kita menjadi golongan orang-orang yang merugi di alam nanti yang memohon dikembalikan ke dunia karena kurang berjuang dan kehilangan banyak hal.
- Adaptasi dari wejangan Guru Zamzam AJT, Mursyid Penerus Thariqah Kadisiyah yang disampaikan di forum diskusi suluk 13 Februari 2016