Sunday, September 18, 2016

Hijrah Bukan Berarti Meninggalkan Dunia

Hijrah menuju Allah bukan berarti kita tiba-tiba meninggalkan dunia, pekerjaan yang tengah kita geluti atau ragam aktivitas yang tengah kita jalani. Karena dunia dan setiap kejadian yang mewujud adalah manifestasi dari asma-asma Allah Ta'ala.

Dalam kemacetan yang mengepung kita sehari-hari, dalam kungkungan tantangan hidup dan pekerjaan dan di sela-sela kesibukan kita mengurus keluarga, bisnis, pekerjaan, proyek juga semua amanah yang dititipkan ke dalam tangan kita. Dalam permasalahan yang membuat kita resah dan gelisah, dalam ketidaktahuan yang menyesakkan dada, dalam ketidakpastian yang membuat kita lemah. Di semua itu ada Dia yang tersembunyi, yang selalu menanti kita untuk merengkuhkan diri kepada-Nya. Dia yang selalu berkata "Aku adalah khazanah tersembunyi dan Aku rindu untuk dikenal."

Thursday, September 15, 2016

Mengapa Rezekiku Sulit?

"Wahai guru, mengapa rezeki saya susah sekali didapatkan? Sudah sekian lama keluarga saya hidup dalam kesusahan dan setiap malam saya memohon kepada Allah agar melepaskan kami dari penderitaan ini, namun tampaknya tidak dikabulkan jua. Bagaimana saya harus menyikapi hal in i?"

"Wahai anakku terkasih, sebelum kita membahas persoalanmu, pertama kali mari kita perhatikan sama-sama pilihan kata yang engkau baru saja ungkapkan:
'susah sekali didapatkan
'hidup dalam kesusahan''
'kami dalam penderitaan'
'doa tidak dikabulkan jua'
Apa yang engkau rasakan saat mendengar kata-kata seperti itu? Pesimis, berat, sempit semua hal-hal yang terasa negatif dalam diri.

Nak, belajar untuk memilih kata-kata ya, karena apapun yang keluar dari lisan kita adalah cerminan dari kondisi hati. Engkau baru saja mengeluhkan takdir kehidupanmu seolah-olah Tuhan menyiksamu dalam dunia ini, namun aku lihat badanmu sehat, anak istrimu masih mempunyai tempat tinggal yang layak dan beraktivitas dengan baik.
Ketika Tuhan telah memberimu sekian banyak hal mengapa hanya fokus kepada hal-hal yang belum engkau terima dari-Nya? Apakah adil kemudian menuduh Tuhan karena belum mengabulkan permintaanmu?

Lalu, alih-alih melempar batu menyalahkan keadaan apakah dirimu telah mengevaluasi tindakanmu sendiri terlebih dahulu? Bisa jadi gaya hidupmu tidak sesuai dengan rejeki yang Allah tetapkan untuk keluargamu. Bisa jadi engkau memutuskan membeli sesuatu yang sebenarnya tidak perlu dibeli walaupun dengan memaksakan diri. Dan bisa jadi permintaan yang kau panjatkan itu dikabulkannya dalam bentuk lain.

Anakku, saat dirimu melihat anakmu berada dalam buaian sang ibu dengan nyaman, pernahkan engkau berpikir bahwa si ibu akan melemparkan anak ke dalam api yang panas? Nah , Allah Yang Maha Pengasih jauh lebih dahsyat kasih sayangnya kepada semua hamba dan tidak mungkin Ia melemparkan kita dalam penderitaan. Jadi bisa jadi penderitaan itu adanya dalam benak kita atau belum pahamnya kita dalam mengais hikmah dari kesulitan hidup yang tengah dialami."

Perbedaan Alam Barzakh Dan Alam Mahsyar

Apa perbedaan yang paling menonjol antara alam barzakh dan hari-hari setelah alam kebangkitan di yawmil mahsyar nanti?
Kalau masalah kebaikan dan keburukan, keduanya sama-sama dihisab pada saatnya masing-masing. Adapun perbedaan yang paling fundamental adalah ketika di alam barzakh jiwa manusia masih hidup tanpa jasadnya yang sudah membusuk ditelan bumi.
Maka di alam barzakh setiap manusia terikat ke kamarnya masing-masing. Sehingga apapun yang sang manusia alami di alam barzakhnya lebih kepada dosa personalnya. Ada yang membawa amarah, dendam, keraguan, ketidakpuasan, kesombongan dll ketika ia meninggal; maka semua itu akan dibersihkan.
Adapun di Hari Kebangkitan nanti jasad manusia akan dibentuk lagi dan disandingkan kembali bersama jiwanya. Di hari yang penuh huru-hara itulah semua permasalahan mengenai muamalah, hutang, keributan antara suami-istri, adik-kakak, tetangga, teman dan lain-lain akan mengemuka. Setiap orang bisa saling menghujat dan mencakar dengan tak kenal belas kasihan.
Kita berlindung kepada Allah Ta'ala dari keganasan hari tersebut dan sekuat mungkin menjaga diri dari menyakiti orang lain baik melalui lisan atau perbuatan kita.
(Adaptasi dari Kajian Hikmah Al Qur'an yang disampaikan oleh Zamzam AJT, Mursyid Penerus Thariqah Kadisiyah, 17 Juli 2016)

Saat Kita Panik

Fir'aun takut setengah mati mendengar ramalan bahwa salah satu dari bayi laki-laki yang terlahir di Negeri Mesir akan muncul seseorang yang akan melengserkannya dari tahta kerajaan.
Kecintaannya kepada kekuasaan dan dunia menggelapkan matanya dari melihat kebenaran, bahwa janji Allah pasti terjadi. Akhirnya dengan kalut Fir'aun memerintahkan pembunuhan bayi laki-laki di seantero negeri, suatu kebijakan yang pada akhirnya membuat ibu sang bayi Musa menghanyutkan sang permata hati yang baru saja dilahirkannya ke sebuah sungai, sebuah perbuatan yang terbimbing dengan perintah-Nya.
Fir'aun tak menyangka bahwa dalam upayanya menyelamatkan kekuasaan itulah justru yang membawa sang pangeran muda, Musa as ke dalam lingkaran tahta kekuasaan.
Kita pun sangat bisa dibuat panik dan galau oleh fenomena kehidupan tertentu dan pontang-panting mencari jalan keluar yang bersumber dari ketakutan diri yang malah membuat keadaan makin runyam, padahal tak ada yang kuasa mengoyakkan tirai takdir-Nya.
“Dan bersabarlah dalam menunggu ketetapan Tuhanmu, maka sesungguhnya kamu berada dalam penglihatan Kami.” (QS. ath-Thur: 48)

Thursday, September 1, 2016

Dari Mana Mulai Beramal Shalih?

"Wahai Guru dari mana saya bisa memulai melakukan amal shalih? "
"Anakku yang baik, karena amal shalih adalah amal yang terhubung kepada Allah Ta'ala melalui cahaya iman maka ia pada hakikatnya amal-amal yang terbimbing yang apabila engkau mengerjakannya maka Allah akan ridha kepadamu.
Baiklah, supaya pikiranmu tidak mengawang tak karuan mengenai hal ini kita mulai saja dengan mengerjakan sesuatu yang berkaitan dengan apa-apa yang ada di sekelilingmu. Perhatikan kamarmu, ruang makanmu, meja belajarmu. Jika berdebu maka bersihkan, jika lantai perlu disapu atau bahkan dipel maka lakukanlan, jika engkau lihat sepatu dan sandal berantakan maka bergegaslah merapihkan. Bukankah Rasulullah saw bersabda bahwa "Kebersihan itu sebagian dari iman" dan kerapihan merupakan bagian dari kebersihan. Jika engkau cuek terhadap lingkungan sekitarmu itu menggambarkan hatimu yang mulai membeku. Sesungguhnya setiap barang yang ada di tanganmu akan diminta pertanggungjawabannya, apakah itu sepatu di rak yang sudah berdebu karena berbulan-bulan tak dipakai atau bunga di vas yang terletak di ujung meja yang kau lalai untuk menyiramnya. Perhatikan hal-hal yang ada di sekelilingmu dengan baik wahai anakku, lalu berusahalah menebarkan rahmat kepada mereka dengan merawat mereka dengan baik-baik, yang dengannya engkau akan membuat senang Dia yang memiliki semua itu."

Ketika Rasulullah saw Dibuat Mencintai Perempuan-Perempuan, Wewangian dan Kesejukan Mata di Dalam Shalat

Hadits ini termasuk yang banyak dikutip, namun tidak banyak yang mengungkap aspek batiniyahnya seperti yang dipaparkan oleh Ibnu Arabi dalam Fusus al Hikam.
"Aku dibuat mencintai tiga hal: perempuan-perempuan (an nisaa), harum-haruman dan kesejukan mata dalam sholat"
(HR.an- Nasa’i)
Bagi seorang Rasulullah saw ungkapan tersebut semata-mata terbit dari kecintaannya yang dalam kepada Allah Ta'ala dan sebuah kesadaran bahwa Dia memberikan segalanya dalam setiap penciptaan, sehingga melalui alam penciptaan inilah kita benar-benar bisa menelusuri Sang Maha Pencipta. Perhatikan bahwa kalimatnya adalah "aku dibuat mencintai..." bukan "aku mencintai".
Kemudian kata yang dipilih untuk menyatakan "tiga hal" adalah "thalath" yaitu bentuk feminin dalam Bahasa Arab, dibandingkan "thalatha" (bentuk maskulin). Rasulullah dalam hal ini mengungkapkan penghargaannya kepada peran seorang perempuan, sesuatu yang tidak lazim di zaman beliau diturunkan. Selain itu, aspek keperempuanan berkaitan dengan aspek kepasifan, oleh karenanya secara organ reproduksi pun seorang perempuan ada dalam posisi pasif, menerima benih yang dituangkan ke dalam rahimnya. Demikian juga keinsanan seseorang tidak akan sempurna tanpa aspek kepasifan, sikap diam dan berserah diri menunggu apa-apa yang diturunkan Sang Pemelihara semesta.
Adapun "an nisaa" kata jamak perempuan dalam Bahasa Arab, lebih menekankan kepada aspek penciptaan karena perempuan adalah akar penciptaan bagi seorang laki-laki, yang mana setiap anak dilahirkan melalui rahim ibunya. Maka kecintaan kepada perempuan dalam konteks ini berkaitan kepada kecintaan kepada asal muasal dirinya dan itu akan bersumber kepada kuasa Sang Pencipta. Dalam surat 9:37 dalam Al Qur'an, 'an nisaa' dimaknai sebagai sebuah penundaan. Dengan kata lain perpanjangan sebuah penciptaan. Siapapun yang mencintai-Nya akan mencintai segenap aspek penciptaan.
Adapun aspek harum-haruman berkaitan dengan 'an nisaa' sebagai penciptaan. Wangi yang paling utama adalah yang timbul dari hembusan nafas ciptaan. Seperti hadits Rasulullah saw yang mengatakan, “Sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih wangi di sisi Allah pada hari qiyamat dari pada wangi kasturi”. Minyak kasturi wangi karena memang telah diciptakan demikian tidak ada hal yang istimewa tentang hal itu, adapun nafas seorang hamba yang melaksanakan puasa datang dari sifat penghambaan dirinya kepada Allah Ta'ala. Maka bau mulut yang keluar dari hamba yang berpuasa bagi Allah lebih wangi dibandingkan kasturi yang dianggap salah satu wewangian terbaik di bumi. Karena aspek keberserahdirian dan penghambaan menebarkan wewangian yang dapat diendus oleh Allah, para penduduk langit dan hamba-hamba-Nya yang telah terbuka indera batinnya.
Kesejukan mata dalam sholat berkaitan dengan aspek penyaksian (musyahadah), termasuk penyaksian bahwa Ia ada di balik semua ciptaan-Nya. Sholat yang baik adalah saat ketika sang hamba bermunajat dan berdzikir kepada-Nya dengan sepenuh hati, maka dalam setiap ayat yang dibaca ia akan menyaksikan respon Allah Ta'ala yang untuk menangkap respon-Nya diperlukan kualitas pasif (feminin) yaitu diam dan mendengarkan. Seperti halnya apabila surat Al Fatihah (surat yang wajib dibaca saat sholat) dibaca dengan penuh kesadaran, maka akan tercipta sebuah dialog antara hamba dengan Sang Pencipta.
Apabila hamba-KU mengucapkan:
ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلْعَٰلَمِينَ
Alhamdulillahi rabbil 'alamin (segala puji tertentu bagi allah,tuhan yang memelihara dan mentadbirkan sekalian alam)
Allah سُبْحَانَهُ وتَعَالَى menjawab: hamdani 'abdi(hambaku memujiku)
Apabila hamba-KU mengucapkan:
ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ
Arrahmanirrahim(Yang maha pengasih lagi maha penyanyang)
Allah سُبْحَانَهُ وتَعَالَى menjawab:'Atsna alayya 'abdi(hambaku menyanjungiku)
Apabila hamba-KU mengucapkan:
مَٰلِكِ يَوْمِ ٱلدِّينِ
Maliki yaumiddin(Maha penguasa hari kemudian)
Allah سُبْحَانَهُ وتَعَالَى menjawab:Majjadani abdi(hambaku mengagungkanku)
Apabila hamba-KU mengucapkan:
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ
iyyaka na'budu wa iyyaka nasta'in(kepada engkau kami menyembah dan kepada engkau kami minta pertolongan)
Allah سُبْحَانَهُ وتَعَالَى menjawab:Hadza bayni wa bayna abdi,wali abdi wa saala(inilah bagianku dan bagian hambaku yg dimintanya)
Apabila hamba-KU mengucapkan:
ٱهْدِنَا ٱلصِّرَٰطَ ٱلْمُسْتَقِيمَ
صِرَٰطَ ٱلَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ ٱلْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا ٱلضَّآلِّينَ
Ihdinash siratal mustaqim,siratal ladzina an'amta 'alaihim ghairil maghdubi 'alaihim waladh-dhaalin(pimpinlah kami ke jalan yang lurus,yakni jalan yang tidak engkau murkai dan tidak pula jalan orang yang sesat)
Allah سُبْحَانَهُ وتَعَالَى menjawab:Hadza li abdi,wali 'abdi ma saala(inilah bahagian hambaku,untuk apa yang dimintanya)
Selanjutnya kita ucapkan "Aamiin" dengan ucapan yang lembut, sebab Malaikat pun sedang mengucapkan hal yg sama dengan kita. Barang siapa yang ucapan "Aamiin-nya" bersamaan dengan para Malaikat, maka Allah سُبْحَانَهُ وتَعَالَى akan memberikan ampunan kepada hambaNya." (HR. Bukhari, Muslim, Abu Dawud)
Namun berapa banyak orang yang sholat kemudian benar-benar mendengar atau setidaknya mencoba merasakan dan mengimajinasikan jawaban Allah tersebut?