Wednesday, April 27, 2016

Pengendalian Diri : Kunci Selamat Dari Kesesatan

Hamba Allah yang berhasil mengendalikan seluruh keinginan pribadi dan kecenderungan alamiahnya akan menerima ganjaran yang agung. Allah akan menganugerahkan kepadanya sebuah penuntunan yang terus menerus, yang akan menjaganya dari tarikan hawa nafsu dan syahwat yang bersifat sementara. Di sisi lain, Allah akan membimbing jiwanya, untuk melindungi sang hamba dari kesesatan.



(Syaikh Muhyiddin Ibnu Arabi dalam Futuhat Makkiyah)

Friday, April 22, 2016

Rendah Hati Ciri Orang Yang Berilmu


“Sesungguhnya setiap agama memiliki akhlak, dan akhlak Islam adalah malu.”
- HR Ibnu Majah

“Malu itu kebaikan seluruhnya.”
- HR Muslim

Malu adalah akhlak para Nabi, seseorang menjadi pemalu karena ilmu Allah Ta'ala telah bersinar di dalam hatinya. Sifat malu ini yang akan menumbuhkan sifat tawadhu, rendah hati, tidak sombong, tidak petantang-petenteng dengan segala nikmat yang ia peroleh atau mengklaim apapun yang orang banyak pandang sebagai 'keberhasilan 'sebagai jerih payah dan kepintarannya. Jadi malu ada landasan ilmunya, maka orang yang tidak pemalu bisa dikatakan belum memiliki ilmu yang hakiki yang Allah Ta'ala tumbuhkan di dalam hatinya.

(Adaptasi dari Kajian Hikmah Al Qur'an, 17 April 2016 yang disampaikan oleh Zamzam AJT, Mursyid Penerus Thariqah Kadisiyyah)


Wednesday, April 13, 2016

Bangunlah Wahai Jiwa Yang Tertidur!

Setiap kita akan mengalami kehidupan yang panjang. Sungguh rentang waktu kehidupan seseorang di dunia ini tidak ada apa-apanya dibandingkan alam-alam berikutnya yang akan kita hadapi. Penantian seseorang di alam barzakh (alam kubur) bisa menjadi waktu yang membawa siksa jika kita tidak serius mempersiapkan perbekalan untuk perjalanan berikutnya sejak sekarang.

Nabi Isa a.s. berpesan tentang menyikapi kehidupan di dunia adalah seperti orang yang melewati sebuah jembatan, sebuah tempat penyeberangan yang tidak ada seorang pun bahkan membangun rumah tinggal di atasnya. Karena hidup di dunia hanya sebentar maka harus banyak bersabar dengan ujian apapun yang menimpa kita, bersabar dalam melaksanakan segenap ibadah yang terasa berat dilakukan, juga bersabar dalam menjalani fase kehidupan yang tidak sesuai dengan hawa nafsu dan syahwat. Sungguh berapa puluh tahun kita diuji dalam kesabaran pun tidak seberapa dibanding harus bersabar hanya satu jam di alam barzakh.

Maka bangunkanlah wahai jiwa-jiwa yang tertidur dalam kemalasan, yang terbuai oleh angan-angan panjang dan jiwa yang lumpuh karena dominasi hawa nafsu dan syahwatnya. Bangunlah dengan memohon pertolongan kepada Allah Ta'ala.[]


Friday, April 8, 2016

Aqabah Pertama : Kematian

“Kematian melecehkan dunia dan tidak menyisakan kesenangan bagi orang yang berakal. Selagi seseorang mengharuskan hatinya untuk mengingat mati, maka dunia terasa kecil di matanya dan segala apa yang ada di dalamnya menjadi remeh.”

Al-Hasan Al-Bashry

Setiap manusia - siap atau tidak siap - akan menghadapi 7 aqabah (tanjakan) berat dalam kehidupan. Tanjakan pertama yang paling ringan adalah kematian. Tidak ada yang bisa menghindarkan diri dari kematian, sesuatu yang mencerabutnya dari semua kesenangan dan harapan di dunia. Kematian bisa jadi menakutkan bagi orang yang menancapkan sekian banyak harapan dan kesukaan di dunia yang pasti akan ditinggalkannya, namun bagi mereka yang mengharapkan kehidupan di alam lain dan merindukan pertemuan dengan-Nya kematian bagaikan panggilan sayang Sang Kekasih yang dinanti-nantikan.

Apapun yang dianggap berat di dunia ini tidak ada bandingannya dengan kematian. Oleh karena itu siapa yang menjadikan kematian pusat perhatiannya, maka dia tidak lagi peduli terhadap kesempitan dunia dan kelapangannya.

(Adaptasi dari Kajian Hikmah Al Qur'an, 2 April 2016 yang disampaikan oleh Zamzam AJT, Mursyid Penerus Thariqah Kadisiyyah)

Thursday, April 7, 2016

Apa karakteristik orang yang khusyu?

“Dan mintalah pertolongan kamu sekalian dengan sabar dan shalat, dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk.” (QS. Al-Baqarah: 45)

Setiap orang di dunia pasti butuh pertolongan, akan selalu Allah desain momen dalam kehidupan di mana batinnya menjerit keras meminta bantuan, sebagai peringatan berkala bahwa insan adalah makhluk yang lemah tanpa pertolongan-Nya. 

Adapun permohonan pertolongan yang terbaik dan jitu adalah melalui sabar dan shalat, sesuatu yang setiap orang sebenarnya bisa lakukan bila hatinya diberi kesadaran dan hidayah. Namun, ternyata menggapai sabar dan shalat pun bukan perkara yang mudah, kecuali bagi orang-orang yang khusyu.

Apa karakteristik orang yang khusyu?

Salah satunya adalah orang yang hatinya percaya bahwa ia akan kembali kepada Tuhannya. Keyakinan ini akan senantiasa membuncahkan hatinya ke dalam tatar pencarian kepada Sang Maha Kuasa, walaupun pada tahap tertentu dalam kehidupannya ia pernah berbuat lalai dan khilaf akan tetapi dengan istighfar dan taubat maka ia akan kembali menapaki jalan kembali mendekat dengan-Nya.

Kalau seseorang sudah mulai diberikan rasa khusyu di dalam hatinya maka itu akan menjadi daya kendali yang kuat dalam kehidupannya. Dengan rasa khusyu itu ia sadar bahwa setiap hari ia berada dalam kegaiban apakah hari itu merupakan hari terakhir baginya. Dengan sikap seperti demikian, orang yang khusyu bersemangat melakukan kebaikan sebanyak mungkin, mengumpulkan bekal untuk kehidupan berikutnya selagi nafas masih di kandung badan. Sang hamba yang khusyu tidak akan semakin selektif dalam beraktivitas, semakin fokus mengerjakan apa yang Ia perintahkan dan semakin tidak punya waktu untuk berangan-angan panjang dan berandai-andai. Karena ia yakin setiap saat ia harus menjawab panggilan-Nya pulang.

(Adaptasi dari Kajian Hikmah Al Qur'an, 2 April 2016 yang disampaikan oleh Zamzam AJT, Mursyid Penerus Thariqah Kadisiyyah)

Saturday, April 2, 2016

Sumber Dari Semua Kejahatan

Ketika Nabi Muhammad SAW diutus, maka Iblis mendatangi bala tentaranya.
Bala tentara Iblis berkata: "Sungguh telah datang seorang Nabi dan keluarlah satu umat."
Iblis bertanya: "Apakah umat itu mencintai dunia?"
Bala tentaranya menjawab: "Betul."
Iblis berkata:"Bilamana mereka mencintai dunia, maka aku tidak memerdulikan mereka menyembah berhala. Sesungguhnya aku datang pagi-pagi kepada mereka dan aku hembuskan kepada mereka tiga perkara; mengambil harta bukan haknya, membelanjakan bukan pada haknya dan menahannya bukan pada haknya. Kejahatan semua itu bersumber dari tiga perkara ini."

- Al Ghazali dalam Kitab Ihya 'Ulumuddin

***

Iblis tidak memedulikan manusia yang mencintai dunia, karena tanpa disesatkan olehnya pun ia sudah menyesatkan dirinya sendiri. Jangan sampai kita kalah pandai dibandingkan dengan iblis dan bala tentaranya, mereka bisa dengan gamblang mengidentifikasi seseorang yang cinta dunia sedangkan banyak diantara kita merasa saleh tapi hatinya sebenarnya mencari dunia, bukan mencari Allah Ta'ala. Naudzubillahimindzaliik.