Monday, February 26, 2018

"Mama sama papa tidak bisa tinggal bersama lagi..."
Itu kalimat yang jelas terdengar di tengah derasnya hujan yang turun, menambah sendu suasana. Kami tengah ada di dalam mobil yang melaju pulang sore itu selepas menjemput saya dari SMPN 2 Bandung menuju rumah kami di Bandung Selatan. Saya tidak ingat lagi apa yang almarhum papa saya sampaikan setelah itu, saya keburu memalingkan wajah ke arah kaca mobil jendela mobil yang ada di samping kiri, menyembunyikan air mata yang menetes satu persatu dari ujung mata. Setelah itu hening...tak ada yang bicara hingga kami tiba ke rumah.

Setibanya di rumah saya ingat berlari kencang ke kamar dan membenamkan muka ke bantal untuk menangis sepuasnya, melepaskan luapan emosi yang ada. Ada sedih, kecewa, marah semua jadi satu. Tapi setelah semua emosi reda, kemudian akal sehat saya mulai jalan kembali dan perlahan bisa memahami keputusan ini. I was there, witnessing everything. Usia saya 13 tahun saat itu, sudah cukup besar untuk memahami dan membaca ihwal ketidakharmonisan di antara kedua orang tua saya, maka sangat bisa dipahami jika dalam kondisi demikian, mengambil jalan berpisah boleh jadi adalah keputusan yang terbaik untuk mereka. Sedangkan kami, anak-anak akan menyesuaikan. Dan seiring dengan waktu memang saya dan adik bisa menyesuaikan dengan rutinitas menemui orang tua di dua rumah yang berbeda. And believe it or not, they did seemed happier when they are apart.

Saya menyimpulkan bahwa bukan perceraian yang membuat anak bingung, hancur dan tak berdaya. Akan tetapi ketika melihat kedua orang yang dia cintai saling menyakiti; dengan melempar kata-kata kasar, dengan bertindak kasar, dengan menyebarkan keburukan satu sama lain kepada temannya, semua itu lebih menyakitkan dibandingkan harus menelan kenyataan bahwa saya harus menempuh jarak tertentu untuk sekadar bertemu papa.

Jika memang ada pasangan yang sudah demikian sulit untuk dipersatukan dan memilih berpisah, maka lakukanlah baik-baik. Telan kekecewaan dan amarah kepada pasangan dan jangan sekali-kali menunjukkan kebencian kita di depan anak. Itu akan mengoyak hatinya. Karena bagi seorang anak, ayah dan ibu adalah dunianya, adalah kasih mereka berdua yang membawa ia dilahirkan ke dunia, and please keep it that way. Leave the children out of it. Tanpa diucapkan sebenarnya anak-anak suatu saat akan paham tentang apa yang terjadi. Setidaknya berikan kenang-kenangan akhlak yang indah bagi anak, jadilah contoh hidup bahwa kita bisa berbeda dan berpisah tapi tetap menjunjung tinggi adab dan etika pertemanan dengan baik.

And in my case, it was a big help...

Amsterdam, 27 Februari 2018.
8.52 am
Sering saya harus menahan diri untuk tidak mengerjakan proyek ini-itu, tidak mengambil pekerjaan di sana-sini, tidak terburu meraih kesempatan emas untuk sekadar berhenti sejenak dan bertanya kepadaNya, "Ya Allah, apa yang Engkau ingin aku kerjakan hari ini?"

Jika saya memilih satu aktivitas maka akibatnya aktivitas yang lain akan tertunda, sedangkan sisa nafas yang ada tidak banyak. Jelang usia 40 tahun saya tidak bisa sekadar nonton film just for fun, nongkrong sama teman sekadar ngobrol ngalor-ngidul yang tidak disertai perenungan dalam tentang kehidupan, atau baca buku hanya karena yang lain juga baca dan best seller, semua terasa mulai hambar jika Ia tidak ada disana. Setiap langkah dan keputusan juga harus dipertimbangkan masak-masak, karena jika salah langkah kita akan kehilangan aset yang berharga berupa waktu, sang nafas yang menjadi jalan agar kita mengenal mana yang fana dan mana yang abadi di sekolah dunia ini. Terasa diri semakin fakir dan tak berdaya. Untung ada Allah yang selalu dapat diandalkan <3
Hasbunallah wanikmal wakil nikmal maula wa nikman nasiir. - Cukuplah Allah sebagai penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik pelindung.

Amsterdam, 26 Februari 2018 jam 9.51 pagi.
Renungan jelang usia 40 tahun

Saturday, February 24, 2018

Bagi seorang anak berusia 5 tahun yang baru mengenal huruf, mengeja adalah sebuah kegiatan yang menyenangkan. Sebuah dunia baru terbuka baginya saat ia mulai memahami bahwa beberapa huruf yang bersanding dapat membentuk kata dan kata itu memiliki makna tertentu. Semakin rajin sang anak belajar, akalnya akan semakin kuat dan bisa membaca lebih banyak bahkan tidak hanya sesuatu yang tertulis. He can make more sense of things...

Demikian juga jiwa manusia, semakin jernih cermin jiwa maka akal jiwanya akan tumbuh. Manusia menjadi lebih mahir membaca takdir kehidupan yang tadinya tidak dia pahami, berangsur bisa membaca 'huruf' yang terbentuk di sana, lama kelamaan susunan huruf itu membentuk kata, dan dari kata ada kalimat yang tersusun rapih. Rangkaian hidup kita adalah sebuah 'surat cinta' dari Sang Pencipta yang dibuat secara pribadi, setiap orang memiliki suratnya masing-masing yang berbeda satu sama lain. Saat akal jiwa (lubb) tumbuh maka seseorang bisa berkata 'Rabbana maa khalaqta haadzaa bathilaa...' - ya Rabb, sungguh tidak ada sesuatupun yang Engkau ciptakan sia-sia.'.

Maka ketika seseorang menolak takdir dan ketetapan hidupnya sambil mengeluh bahkan mengutuk Tuhan, dia tengah menjemput kematian jiwanya disana. Raganya akan tetap hidup akan tetapi tanpa mengambil pelajaran dariNya, tanpa bisa membaca setiap kalimat yang tersimpan di setiap lembar kehidupan yang terbuka setiap harinya. Jika itu terjadi, ia akan menghabiskan usianya mengejar bayangan dunia dan menyia-nyiakan kesempatan hidupnya yang berharga untuk mengenal Tuhannya, Yang Menciptakan semesta alam dengan niat "ingin dikenal'. Dan itulah musibah terbesar dalam hidup manusia. Ketika dia tidak bisa 'membaca' (iqra).

(Amsterdam, 24 Februari 2018. 15.39. After Nani & James'farewell)


Friday, February 23, 2018

"...Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma'ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya..." (QS Al Baqarah [2]: 233)

Dalam ayat ini dikatakan bahwa kewajiban seorang bapak untuk memberikan rezeki dan kiswah (pakaian), adapun penyebutan bapak disamarkan dalam ayat ini, karena tidak disebut, "dan bagi para bapak rezekinya" akan tetapi dikatakan "dan bagi seorang anak yang dilahirkan baginya rezekinya."

Ada hikmah yang luar biasa disini, karena kalau kita melihat ayat lain dalam Al Quran biasanya kata rezeki itu jarang dilekatkan kepada sosok manusia, karena rezeki biasanya dikaitkan dengan Allah Ta'ala. Adapun seorang bapak biasanya disebutkan sebagai yang memberi nafkah. Artinya sebenarnya ketika seorang anak lahir yang muncul pertama adalah urusan Allah Ta'ala yang menjamin rezekinya, bukan bapaknya, walaupun rezeki itu biasanya lewat sang bapak.

Maka ketika anak lahir, kewajiban orang bapak untuk waspada mencari pintu rezeki yang dibukakan Allah. Secara simbolis Allah sudah langsung berikan 'kiswah'nya (pakaiannya), sesuatu yang melindungi sang anak, 'kiswah' itu bisa berupa perlindungan dan kasih sayang orang tuanya, pakaiannya, popoknya, mantelnya, dll. Jadi sebenarnya bersama dengan kelahiran seorang anak ke dunia ini - jika saja orang tuanya tidak mengeluh, tidak mengutuk Allah, tidak tertutup hatinya - maka Allah akan tampakkan pintu rezekinya. Jangan sampai sedang hamil atau baru punya anak malah ribut, itu harus dihindari karena akan menutup pintu rezeki. Jika suami istri itu sabar dengan apapun yang Allah berikan, Allah akan bukakan pintu rezeki yang memang sudah dijaminkan untuk mereka.

(Adaptasi dari kajian hikmah Al Quran yang disampaikan oleh Kang Zamzam AJ Tanuwijaya, 10 Juni 2006)



Untuk mendapatkan kebebasan finansial anda tidak perlu menunggu sampai memiliki tabungan x rupah sambil menimbun harta, mengumpulkan saham, emas dan deposito dan mengoleksi properti disana-sini. Jika mau menempuh jalur itu yang anda harus tukar adalah waktu hidup yang tak lama dan sangat berharga itu dengan kesibukan yang menggerus jiwa.

Anda bisa membebaskan diri saat ini juga, dengan syukur menerima apapun yang ada di tangan hari ini dan bersabar mengerjakan semua ikhtiar kehidupan.

Kebebasan yang sejati itu dari Allah, dia diberikan cuma-cuma dan hak bagi setiap manusia, ia tak bersyarat, tak perlu agunan, tak perlu cicilan bulanan. Yang anda harus lakukan hanyalah berserah diri (aslama) kepadaNya.

Wednesday, February 21, 2018

Yang pernah kerja di dapur sudah hafal, betapa sulitnya membersihkan panci penggorengan yang lengket dipenuhi noda makanan gosong. Walaupun disemprot air panas dengan tekanan tinggi noda lemak yang bercampur sisa makanan gosong tetap sulit dihilangkan dan hanya bisa larut jika direndam dalam air panas yang dicampur dengan zat-zat tertentu selama beberapa menit. Bagi sang panci menjalani semua proses pembersihan itu bisa jadi hal yang menyakitkan, tapi itu satu-satunya cara agar ia bersih hingga bisa digunakan kembali. Jika tidak ia hanya akan dibuang menjadi penghuni tempat sampah dengan benda-benda yang tak berharga lainnya.

Dalam kehidupan juga demikian. Kadang seseorang harus menjalani pembersihan diri sekian lama dengan bermacam fenomena; rezeki sulit, dibuat konflik dalam rumah tangga, hubungan dengan orang tua atau mertua kurang harmonis, harus bersabar dengan kondisi fisik tubuh yang tidak prima, tidak betah di pekerjaan, dll.

Rasulullah saw bersabda, “Seorang hamba dicegah dari rezeki akibat dosa yang diperbuatnya.” (HR. Ahmad). Maka renungkanlah dalam-dalam, bisa jadi kesulitan yang tengah dihadapi saat ini adalah sebuah proses qishash, pembersihan atas sesuatu yang pernah dilakukan. Mungkin pernah membangkang dan menyakiti harti orang tua, barangkali pernah menipu dan tidak jujur dalam pekerjaan, bisa jadi pernah berbohong untuk menyelesaikan suatu proyek sehingga kurang berkah hasilnya, bisa jadi penjual yang menzalimi pembelinya, dan lain sebagainya. Sebuah tindakan yang menzalimi dan menyakiti manusia lain itu berat konsekuensinya, karena harus berhadapan langsung dengan Yang Menciptakan manusia.

Kalaupun demikian, sungguh beruntunglah mereka yang mulai Allah bersihkan di alam dunia ini, karena menanggung penderitaan disini selama lima tahun tidak ada apa-apanya dibanding menanggung beratnya proses pembersihan di akhirat walau 1 jam saja. Maka berbaik sangkalah kepada Allah, karena dibalik kesulitan hidup yang harus didera ada kebaikan melimpah selama sang hamba menghadapkan hatinya mengharap kepadaNya.

"Allah tidak ingin menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu agar kamu bersyukur."

(QS Al Ma'idah [5]:6)

Tuesday, February 20, 2018

Saat baru saja mendudukkan anak saya di bangku kecil di belakang sepeda, ia oleng karena beban belanjaan yang banyak dan permukaan jalan kurang rata. Refleks saya bekerja menangkap rangka sepeda agar tidak terjatuh dan langsung melihat raut wajah si bungsu yang ternyata tetap tenang sambil membetulkan posisi sarung tangannya.

Saat ditanya, "Maaf ya sayang, Rumi tadi takut jatuh?"

"No, because i know you will catch me.."jawabnya dengan tenang.

Entah kenapa saya merasa tertohok dengan kalimat polos yang keluar dari mulut seorang anak berusia 3 tahun ini. Dia demikian percaya kepada ibunya yang fakir ini. Maka kadar percaya macam apa yang sepatutnya saya berikan kepada Dia Yang memberikan kita kehidupan, memelihara kita, memberi rezeki dan Maha Baik itu?

Sejauh mana kita percaya bahwa Dia mampu menjaga orang tua dan orang yang kita kasihi yang berada di tempat yang jauh?

Sejauh mana kita percaya bahwa Dia yang menjaga dan menjamin pendidikan bagi anak-anak kita di masa depan?

Sejauh mana kita percaya bahwa bagi setiap kesulitan hidup Dia sudah menyediakan solusi dan jalan keluarnya?

Sejauh mana kita percaya bahwa balasanNya di akhirat adalah jauh lebih baik dibanding kesabaran sesaat yang harus kita tanggung di alam dunia?

Sejauh mana kita percaya bahwa kepemaafanNya jauh lebih luas dibanding dosa kita yang melangit itu?

Sejauh mana kita percaya bahwa Dia selalu memberikan yang terbaik kepada segenap ciptaanNya, di saat fenomena kehidupan yang ada terasa menyesakkan dada.

Kalau dipikir-pikir, kita lahir tidak membawa apa-apa ke dunia, modal nol besar, toh saat ini kita bisa tumbuh, memiliki ini itu serta meraup sekian banyak pengalaman dengan izinNya semata.

Saya teringat pesan guru saya, beliau bilang kalau bayi dilahirkan ke bumi sudah diatur rezekinya oleh Allah, ditumbuhkanlah kasih sayang di hati orang tua dan pengasuhnya juga diberinya susu ibu yang mengalir. Sebuah aliran yang tak putus bagaikan nutrisi yang senantiasa mengalir di badan sang janin di dalam kandungan melalui tali pusarnya. Nah berikutnya ini yang ajaib dan patut diuji keimanan kita kepadaNya, bahwa tali pusar itu senantiasa ada, hanya semakin badannya dewasa bentuknya menjadi abstrak, karena badan manusia yang berotot dituntut untuk menggerakkan ototnya dengan bekerja dan mengolah otaknya dengan berkarya. Maka dibuatlah mekanisme kasab, suatu kegiatan yang dilakukan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Pada hakikatnya setiap orang sudah disediakan rezekinya melalui 'tali pusarnya' masing-masing, tinggal melakukan ikhtiar yang baik dan benar untuk menjelangnya.

Alhamdulillah, terima kasih atas pembelajaranNya yang Engkau sampaikan melalui lisan kecil seorang anak ini. :)

Sunday, February 18, 2018

Berhati-hatilah dalam memilihkan anak-anak kita mainan, karena apapun yang mereka mainkan akan mereka tiru sifat dan karakternya. Jika anak diberi mainan monster, vampir, ular, singa, anjing dan binatang buas lain maka mereka secara tidak sadar akan menyerap sifat-sifat mainan itu. Kemudian kelak sifat-sifat itu akan muncul kembali dalam perilaku mereka. Pun jangan terlalu memanjakan anak dengan selalu menuruti keinginan mereka dan menyiramnya dengan kemewahan. Karena anak harus belajar menyerap nilai kesederhanaan dan tidak memanjakan hawa nafsunya supaya tidak menggurita.

Lebih baik mengajarkan anak sesuatu yang mengandung sifat kebaikan, ajarkan kepada anak bagaimana pohon bisa tumbuh dari sebutir benih dan memberikan ribuan buah bagi orang banyak, sebuah pohon tak pernah memakan buahnya sendiri. Ajarkan anak sifat penyantun, pemaaf, pemurah dan pengasih. Ajarkan juga mereka bagaimana membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.

Jika anak-anak diajari sifat kebaikan yang bersumber dari kebenaranNya maka mereka akan tumbuh kuat, tidak cengeng dan tidak mudah patah oleh gelombang kehidupan yang nanti niscaya akan menghantam mereka, oleh godaan dunia yang selalu menyilaukan, dan oleh tipu daya hawa nafsu diri mereka sendiri. Mereka akan belajar berkasih sayang dengan semua makhluk dan tidak menghabiskan waktu dalam kesia-siaan.

Yang lebih penting dari itu, orang tua tidak sekadar mengajarkan dengan kata-kata, karena pengajaran yang anak lihat lewat perilaku keseharian lebih tertanam dalam hati mereka selamanya. Inilah pemberian terbaik dari orang tua kepada anaknya, seperti sabda Rasulullah saw,

“Tidak ada pemberian yang lebih utama dari seorang ayah kepada anaknya, selain akhlak yang baik” (HR Tirmidzi).

(Referensi dari 101 Stories for Children, oleh Muhammad Raheem Bawa Muhaiyyaddeen)

Thursday, February 15, 2018

Allah Ta'ala berfirman, "Siapa yang memusuhi wali-Ku, maka Aku mengumumkan perang terhadapnya dari-Ku. Tidak ada yang paling Aku cintai dari seorang hamba kecuali beribadah kepada-Ku dengan sesuatu yang telah Aku wajibkan kepadanya. Adapun jika hamba-Ku selalu melaksanakan perbuatan sunah, niscaya Aku akan mencintanya. Jika Aku telah mencintainya, maka (Aku) menjadi pendengarannya yang dia mendengar dengannya, (Aku) menjadi penglihatan yang dia melihat dengannya, menjadi tangan yang dia memukul dengannya, menjadi kaki yang dia berjalan dengannya. Jika dia memohon kepada-Ku, niscaya akan Aku berikan dan jika dia minta ampun kepada-Ku, niscaya akan Aku ampuni, dan jika dia minta perlindungan kepada-Ku, niscaya akan Aku lindungi."

(Hadits Qudsiy)

Sesuatu yang diwajibkan Allah kepada kita termasuk perkara ´membangun jembatan´ dalam kisah Raja yang memerintahkan perdana menterinya ke suatu daerah untuk melaksanakan satu perintahnya yang spesifik.

Untuk meraih cintaNya maka dekatilah Ia dengan hal yang memang Dia minta. Tidak bisa kita mereka-reka persembahan yang akan diberikan untukNya, apalagi dengan hawa nafsu. Karena bukan banyaknya amal yang Dia butuhkan, tapi keharmonisan sang hamba dengan DiriNya, dengan karsaNya.

Maka suluk adalah belajar mengolah rasa, agar hati selalu sepakat dengan pengaturanNya. Hal itu dimulai dari menerima apapun pembagian dan takdir kita per hari ini. Mengelola dengan baik dunia dan akhirat kita dengan adil. Semoga Allah menolong kita semua.

Saat TitipanNya Dia Ambil

"Aku ingin pulang saja ke tanah air. Aku sudah habis, tidak punya apa-apa di sini..." Pikirnya sambil memasukkan satu persatu pakaian ke dalam koper yang sudah lama tak dipakainya.

Bapak ini sudah lebih dari sepuluh tahun tinggal di Belanda, memulai karir dari cleaning service di hotel hingga bisa membuka usaha makanan sendiri. Akan tetapi usahanya bangkrut karena tertipu bisnis siluman, dia pun kehilangan seluruh asetnya. Kesulitannya tidak berhenti di sana, sang istri yang memang sudah memiliki kekasih gelap sejak lama meninggalkannya setelah mengetahui gelagat bisnis bapak ini akan kolaps.

"Untung kami tidak punya anak, sehingga aku tidak perlu berurusan dengan perempuan itu lagi!" ujar si bapak dengan getir, rasa sakit harus ia bawa menerjang badai kehidupan ini.

Seorang teman dekat yang baik hati menawarkan kamar sepetak untuk dia tinggal sementara. "Tinggal saja kau disini sampai kau punya kesempatan untuk pulang. Jangan risaukan tentang pembayaran, kalau kau punya silakan kalaupun tak punya rumah ini selalu terbuka untukmu."

Berbekal koneksinya dengan sekian orang bapak ini mencari pekerjaan, apapun untuk bisa membantu menutupi hutangnya dan membeli tiket pesawat untuk pulang ke pulau Jawa. Sang teman yang budiman pun memberikan pinjaman sebuah sepeda tua yang bisa ia pakai keliling kota Amsterdam, demi menghemat ongkos yang mahal.

Hari demi hari bapak ini menjalani dengan tabah keadaannya, bayangan untuk pulang ke kampung halaman berkumpul dengan keluarganya selalu berhasil memompa semangat yang kadang pudar digerus oleh lelahnya mengais rezeki seharian.

Minggu berganti bulan, dan bulan berganti tahun, tak terasa lima tahun sudah sang bapak bekerja keras siang dan malam. "Kalau saya kerja saya jadi ngga stress,"tuturnya. "Justru kalau sedang diam lalu memikirkan masa lalu, hati malah jadi galau, amarah yang ada malah menghancurkan kesehatan saya. So i learn to let go..."

Bapak ini dikenal amanah, terpercaya dan baik hati. Saking baiknya sampai ia tertipu berkali-kali oleh orang yang sama karena ia tak tega menolak ajakan bisnisnya. Gaji pertama yang ia dapat sebagian disisihkan untuk membayar biaya listrik dan air di tempat temannya itu. Beliau betul-betul menggunakan semua yang dipinjamkan kepadanya dengan amanah.

Singkat cerita, bapak ini sudah berada di kampung halamannya saat ini, berkumpul dengan keluarganya dan bahkan tak lama lagi akan mempersunting seorang janda shalihah dari kampungnya. Apa yang diambil dari seseorang memang akan diganti dengan yang lebih baik dariNya.

-----

Kita kadang kerap mengeluhkan keadaan, keinginan yang belum terkabul, kehidupan yang ini dan itu. Padahal kalau kita mau melihat di sekitar tidak sedikit yang harus menanggung beban kehidupan yang lebih berat dan mereka tidak menyerah dengan kondisi yang ada. They are a true fighter of life.

Apa yang kita miliki memang sekadar titipan yang bisa Dia ambil kapanpun, caranya bisa lewat apa saja. Seperti bapak itu yang tiba-tiba kehidupannya amblas dalam sekejap.

Harta kita hanya pinjaman dari Nya, tubuh ini dengan segala kemampuannya pun hanya sesuatu yang Dia pinjamkan dan pelihara setiap saat. Iman dan keyakinan juga sesuatu yang diberikan dan dapat diambil setiap saat jika kita tidak amanah, semudah mencabut rambut dari tepung, kata sang Nabi.

Bapak tadi juga sadar bahwa yang namanya pinjaman harus dikembalikan dan diminta pertanggungjawaban. Strateginya jitu, menggunakan barang-barang pinjaman untuk bekerja hingga akhirnya beliau bisa pulang ke kampung yang ia dambakan.

Kita pun sebenarnya musafir, sekadar singgah sesaat di dunia ini. Kampung kita akan dijelang di depan dalam waktu yang sungguh tak lama. Kalau seseorang yang bepergian lintas negara bisa demikian serius mempersiapkan diri, maka bagaimana mungkin kita yang hanya sementara mengendarai kendaraan jasad di bumi ini bisa bersantai sementara usia senantiasa berkurang setiap kita menghembuskan nafas.

Terima kasih bapak sudah berbagi kisahnya, mengajari tidak dengan bahasa yang menggurui tentang kesabaran, , ketangguhan, bersifat amanah, syukur dan mempersiapkan diri untuk kampung akhirat yang di depan mata.

Wednesday, February 14, 2018

My children, no matter how much the world flatters you, NEVER forget teh purpose of your life.

- Muhammad Raheem Bawa Muhaiyyaddeen

Kadang cara dunia ´memuji´ seseorang adalah dengan dibukakan pintu kemudahan: karir melesat, bisnis sukses, buku jadi best seller, lagu yang populer, anak menang lomba ini-itu, tawaran bisnis sana-sini, pinangan dari beberapa orang, ditawari jabatan dsb. Silakan saja mengelola itu semua satu persatu dengan baik, asal wajah hati jangan dipalingkan dari mencari Dia, Allah Ta´ala juga jangan terlalaikan agar selalu menelisik dan mengevaluasi apakah diri sudah mengerjakan apa yang Dia ingin kita lakukan, sebuah misi hidup, tujuan masing-masing dicipta dan diberi kehidupan di dunia ini.

Tuesday, February 13, 2018

Masa kesempitan, kurang rezeki, uang pas-pasan akan mendatangi setiap manusia. Tidak ada yang bisa melarikan diri dari datangnya masa sulit. Tidak jarang ketika seseorang diberikan situasi yang kurang malah diuji dengan didatangkan orang lain yang lebih butuh.

Mereka yang bertaqwa adalah mereka yang menafkahkan hartanya baik dalam keadaan lapang maupun dalam keadaan sempit (QS Ali Imran:133-134).

Justru jika seseorang berada dalam kesempitan dan kondisi yang pas-pasan akan tetapi rasa kasih sayangnya tinggi hingga dia tidak membiarkan seorang pun yang meminta pulang dengan tangan hampa seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah Saw, maka ia telah mengejawantahkan sifat Ar Rahman di muka bumi. Dan tidak ada yang efektif melambungkan seorang hamba hingga mendapatkan ridho-Nya kecuali dengan menebarkan sifat kasih sayang. Inilah sebuah keutamaan yang harus dikejar oleh mereka yang menghendaki Allah.



Monday, February 12, 2018

Tiga Makar Besar Hawa Nafsu


Anak-anakku, ketahuilah ada musuh di dalam dirimu sendiri yang berupa pikiran, keinginan, syahwat, kemarahan, karma dan ilusi. Mereka akan berpura-pura berteman akan tetapi sambil menghisap darah kalian hingga jiwa kalian mati dan tidak menjalankan fungsinya. Akibatnya segala keputusan hidup, gejolak emosi, dan cita-cita kalian dikendalikan oleh mereka, bukan oleh petunjuk Allah. Mereka bekerja sangat cepat dan pandai membujuk, hingga kebanyakan kalian tidak sadar betapa jauh kalian sudah tersesat dari jalan kebenaran. Hingga sebagian besar manusia baru tersadarkan ketika nyawa hendak lepas dari badannya.

Camkan hal ini anak-anakku, mereka akan membuat makar besar dalam hidupmu tiga kali. Upaya yang pertama akan diluncurkan saat usiamu memasuki usia antara 15-25 tahun, maka disini banyak orang terjebak dalam ilusi kesenangan sesaat dan berbuat kebodohan dalam hidupnya. Upaya yang kedua akan dilakukan ketika usiamu menginjak rentang 25-40 tahun, saat ketika badanmu didera oleh sakit dan banyak kekecewaan. Engkau harus banyak istighfar dan bersabar melewati fase ini. Lalu upaya makar terakhir adalah saat usiamu mencapai rentang antara 45-65 tahun, untuk menarikmu sejauh mungkin dari kebersyukuran. Maka waspadalah!

(Adaptasi dari 101 stories for children, Muhammad Raheem Bawa Muhaiyyaddeen'

Saturday, February 10, 2018

Amalan Nafs Termulia

"Pada hari ini setiap jiwa (nafs) diberi balasan sesuai dengan apa yang dikerjakannya. Tidak ada yang dirugikan pada hari ini. Sungguh, Allah sangat cepat perhitungan-Nya."
(QS Al Mu'min [40]:17)

Apa yang dilakukan jiwa melebihi amalan jasadiyah, karena hal seperti kesabaran, kesyukuran, tawakal, ridho adalah hal yang tidak dapat ditangkap dengan indera jasad, amalan hati adalah amalan yang halus antara seorang hama dengan Tuhannya, bahkan para malaikat pun tak diberi kemampuan untuk membacanya.

Selain berbicara tentang amalan yang berupa amal shalih (amalan yang dilandasi keimanan kepada Allah) maka hal besar yang diberi balasan oleh Dia Yang Maha Teliti. Diantara sekian banyak amalan hati, maka sabarlah yang merupakan amalan yang akan membela seseorang saat dia menelusuri aliran takdirnya dan bahkan saat sang manusia berpindah ke alam kubur seperti diriwayatkan dalam hadits sbb:

"Apabila seorang mu'min masuk ke dalam kuburnya, maka shalatnya akan berada di samping kanannya, zakat di sisi kirinya, amal shalih meneduhinya dan kesabaran berada di sampingnya.

Ketika dua malaikat yang berwenang untuk menanyainya datang, maka sabar akan berkata kepada shalat, zakat, dan amal shalih, 'belalah tuan kalian, apabila kalian tidak mampu, akulah yang akan membelanya.'"

(Al-Hadist)

Maka bersabarlah atas semua ketetapanNya yang datang,
bersabarlah atas doa yang belum kunjung terkabul,
bersabarlah atas hal-hal yang engkau anggap kurang,
bersabarlah atas sakitmu,
bersabarlah bahkan atas kekurangan dirimu sendiri.
Pujilah Dia dalam setiap kondisi, ucapkan "alhamdulillah" ini yang akan membuat perjalanan kita lebih ringan dan hati lebih tentram, insya Allah.

(Oleh-oleh tadabbur Al Quran, 10 Februari 2018, 14.07 waktu Amsterdam)

Wednesday, February 7, 2018

Jika kita merasa bahwa Allah sedang menatap kita saat kita shalat, saat kita membaca Al Quran, saat kita melakukan pekerjaan dan kegiatan lainnya itulah ihsan, sebagaimana sabda Rasulullah saw, "..Ihsan adalah mengabdi kepada Allah seolah-olah engkau melihat-Nya. Meskipun engkau tidak melihat-Nya, sesungguhnya Dia melihatmu..." (HR. Muslim hadis no 1).



Melaksanakan ibadah dengan hati yang ihsan akan memberikan efek yang jauh berbeda kepada hati, karena saat hatinya mengingat Allah ia tengah berada dalam balutan kasih sayang yang menghangatkan jiwanya. Hasil yang berbeda akan dirasakan oleh seseorang yang shalatnya hanya sekedar menggugurkan kewajiban dengan hati yang hambar pada perjumpaan dengan-Nya di menit yang singkat di sela-sela kesibukannya, juga berbeda jika seseorang membaca Al Quran dengan mengejar target ingin khatam atau membagus-baguskan suara dengan hanya fokus kepada keindahan suaranya dan luput dari bersentuhan rasa hati dengan-Nya. Atau seseorang yang kerja pontang-panting atas nama kebenaran atau kemanusiaan akan tetapi hatinya lebih tertawan kepada hasil pekerjaannya dibanding dengan Dia yang mengirim itu semua.[]

Saturday, February 3, 2018

Pentingnya Belajar Sejarah Dalam Al Quran

Dalam Al Quran banyak disebutkan kisah tentang Bani Israil. Oleh karenanya penting bagi seorang muslim untuk mempelajari asal-usul Bani Israil, seperti apa dinamikanya, bagaimana jatuh bangunnya untuk bisa membaca hikmah yang terkandung di dalamnya.

Al Quran memberi visi untuk kita bahwa dalam mengkaji sejarah akan baik kalau kita melihat peta besarnya terlebih dahulu, kalau langsung terjun ke detail sejarah akan berat buat mereka yang belajar sekilas, akan tetapi kalau orang itu belajar secara sistematik dari awal maka akan dapat dibaca dengan baik.

Kita sebenarnya tidak sekadar melihat sejarah yang telah berlalu, akan tetapi mencoba membaca posisi kita masing-masing dalam rentang waktu ini. Penting untuk mengerti koordinat masing-masing, karena kita tidak lahir di luar ordinat ruang dan waktu. Kepentingan mempelajari sejarah dengan baik sebenarnya untuk menentukan fungsi kita baik sebagai individu maupun secara jamaah. Kita lahir di zaman apa, apa latar belakang yang ada dsb.

Manusia tidak akan pernah lepas dari masa lampaunya. Terkait dengan sejarah, kita tidak bisa memotong masa lampau, malah seharusnya menghargai proses yang telah terbentang demikian panjang. Itu sebabnya Al Quran pun bercerita tentang nabi-nabi, rasul-rasul dan para shiddiqin, karena di balik kisah mereka tersimpan bekal yang baik untuk kita hari ini, tetapi karakter manusia cenderung diperangkap oleh urusan yang hari ini, setan pun akan sibuk memalingkan wajah kita kepada urusan hari ini, uang hari ini, kesibukan hari ini, kesulitan hari ini, konflik hari ini dan lain seterusnya. Kalau kita hanya diperangkap oleh kehariinian dan memotong insaniyah kita yang panjang itu bagaikan orang yang sakit dan tidak memiliki obat.

Sejarah yang panjang itu sebenarnya mengobati kita dan memberi visi, karena itu kenapa dikatakan dalam Al Quran, "dan dalam kisah mereka ada sesuatu yang menguatkan fu'admu." (QS Yusuf: 111)

(Adaptasi dari Kajian Hikmah Al Quran yang disampaikan oleh Mursyid Zamzam AJT Tanuwijaya, 26 Agustus 2006)