Membangun komunikasi dalam pernikahan itu tantangan terbesar dalam komunikasi. Dulu saya merasa cukup handal dalam berkomunikasi, merasa bisa bergaul dan diterima di berbagai kalangan dan saat bekerja di bidang Medical Marketing kemampuan komunikasi saya diasah saat melakukan presentasi atau harus membangun hubungan dengan klien atau kolega. Selain itu saya mendapatkan penghargaan "favourite employee" dua tahun berturut-turut. I think i was good enough in communication. But i was wrong. Dead wrong...Itu teruji betul ketika saya mulai membangun bahtera rumah tangga.
Tuesday, January 25, 2022
Thursday, January 20, 2022
Kuota Nafas
Wednesday, January 19, 2022
Monday, January 17, 2022
The power of dhikr
Saya belajar bahwa yang menjadi masalah itu bukan masalah itu sendiri, melainkan respon kita dalam menghadapinya. Hal yang biasa dan sepele bisa jadi masalah besar jika kita merespon dengan tidak tepat. Sebaliknya, masalah kehidupan sebesar apapun kelihatannya akan bisa kita hadapi dengan hati yang tenang dengan berdzikir kepada-Nya, sehingga apapun bisa bernilai mulia.
Seperti legenda Raja Midas yang bisa mengubah apapun yang ia sentuh dengan emas. Hati manusia sebenarnya punya daya yang luar biasa untuk mengubah hal yang nampaknya sepele, tak bermakna bahkan tampak mengerikan sekalipun menjadi sesuatu yang berharga dan abadi di sisi-Nya.[]
Friday, January 14, 2022
Kesaksian seorang perempuan Rusia tentang ketakutan dalam hidup
Saya lahir sekitar tahun 1990-an di Rusia - saat itu masih Uni Sovyet - dan itu adalah saat dimana satu persatu negara yang dulunya jadi bagian dari Uni Sovyet mulai mendeklarasikan kemerdekaan dirinya dimulai dengan Estonia.
Orang tua saya bercerai ketika saya berusia 2 tahun. Saya hanya bertemu dengan ayah saya pada saat saya berusia 6 dan 14 tahun jadi praktis saya bertumbuh tanpa kehadiran seorang figur ayah. Tapi saya beruntung ada kakek dan nenek saya yang mengisi kekosongan itu, selain tentu saja ibu saya yang seorang pekerja keras.
Perubahan politik yang terjadi membawa krisis di negara kami. Bahkan kehidupan sehari-hari bagi keluarga saya yang punya pekerjaan bagus pun cukup sulit. Saya ingat gaji bisa terlambat 6 bulan lamanya dan kami harus bisa bertahan hidup dengan apa yang ada.
Demikianlah saya dibesarkan dalam situasi ekonomi dan politik yang sempit juga mencekam. Rasanya itu memberi pengaruh yang kuat kepada bagaimana saya merespon kehidupan saat ini. Saya menjadi takut untuk jatuh miskin dan dalam keadaan tak berdaya, sehingga saya akan bekerja demikian keras untuk tidak berada dalam situasi seperti itu. Apalagi dengan sekarang saya memiliki anak, saya pun dihantui oleh kekhawatiran jangan-jangan anak saya tidak bisa memiliki masa depan yang cerah.
Lama kelamaan saya mulai merasa lelah didera dengan ketakutan seperti itu siang dan malam. Sebuah ketakutan yang tak beralasan sebenarnya karena pada kenyataanya kami punya tempat berlindung dan tidak dalam kondisi kelaparan, bahkan berlebih. Saya jadi memahami bahwa semua ketakutan itu adalah suatu skenario yang pikiran saya hembus-hembuskan sendiri, bisa jadi karena pernah ada memori di masa lalu yang belum diproses dengan baik.
Saya mulai belajar untuk berdamai dengan kehidupan, apapun warnanya. Dengannya saya mulai lebih bisa rileks dan nyaman menjalaninya. Seiring dengan itu segala keluhan fisik seperti sakit kepala yang dulu saya kerap keluhkan pun mulai reda. Saya belajar bahwa mengkhawatirkan tentang masa depan adalah sebuah kegilaan yang tak berdasar. Dan saya bertekad untuk terbebas dari hal tersebut...
(Based on true story)
"Apa kabar tante?"
"Baik" jawabnya datar.
But here what i've learned from my coaching class. Biasanya jawaban pertama yang diberikan adalah jawaban superfisial, jawaban normatif, plainly spoken it's "basa-basi".
"But how do you really feel?" I asked again.
Baru dia diam. Menundukkan kepala dan tiba-tiba menangis sesenggukan. Keponakan dekatnya baru saja meninggal secara tiba-tiba terkena serangan jantung. Yang membuat dia tambah sedih adalah satu hari sebelumnya tante ini bilang dia ingat untuk menelepon keponakannya ini yang biasanya ngobrol banyak dengannya. Tapi entah kenapa dia tunda niatannya untuk menyapa dia. Sesuatu yang dia kemudian sesali seumur hidup karena dia tak pernah bisa bicara lagi dengan keponakan kesayangannya.
"Life is fragile..." lanjutnya
"Hari ini kamu ada dan besok sudah tidak ada. Jadi kalau ada hal yang kamu ingin lakukan, jangan tunda karena hari esok belum tentu ada..."
Tuesday, January 11, 2022
Setiap orang dilahirkan di bumi ini dengan membawa ketetapannya masing-masing, sesuatu yang disabdakan oleh Rasulullah saw sudah ditentukan ketika janin berusia 20 hari di dalam kandungan ibunya. Rezeki, ajal, amal, kebahagiaan & kecelakaan adalah bagaikan garis-garis kehidupan yang membatasi kita.
Lantas dimana peran manusia? Bayangkan kalau guratan garis-garis yang membentuk sebuah pola dan gambar itu adalah sekian ketetapan Allah yang dikatakan bahwa tinta ciptaan sudah kering*. It's done. Tidak bisa berubah, untuk sebuah alasan yang baik. Karena itulah desain yang terbaik. Yang dengan ketetapan itulah manusia harusnya bisa meraih sesuatu yang terbaik dalam hidupnya dan menjadi kekal di sisi-Nya. Kemudian kehidupan kita adalah serangkaian proses untuk merespon. Kehidupan akan selalu dipergilirkan bagaikan siang dan malam. Kadang lapang, di lain waktu sempit. Kadang bahagia, di saat lain bersedih. Kadang mudah tapi kadang susah. Respon hati kita adalah bagaikan mengisi pola-pola dalam bidang yang telah Allah desain untuk kita warnai dengan sebaik-baiknya. Yaitu dengan warna yang ceria dan penuh kebersyukuran serta goresan yang baik dan rapi. Hingga pada suatu saat nanti buku kehidupan hasil pewarnaan itu akan dibuka kembali. Semoga kiranya membuat Sang Desainer bahagia dan puas dengan karya kita.
*Rasulullah saw bersabda, “ Telah ditulis lembaran-lembaran dan tinta ciptaan telah kering.” (HR. Muslim).
Kita kerap terjebak dalam angan-angan panjang,
"Kalau saya sudah pensiun akan lebih fokus beribadah"
"Kalau proyek sudah beres akan memperbaiki shalat"
"Kalau anak-anak sudah besar akan lebih sering ngaji"
Seperti mempersyaratkan sebuah kondisi kehidupan tertentu baru kita memperbaiki hubungan kita dengan Allah Ta'ala. Padahal yang namanya ajal itu bisa mengintip setiap saat. Siapa yang bisa menjamin kita masih bisa hidup besok?
Karenanya, jadikan semua hal yang ada di saat ini sebagai tangga mendekat menuju Allah. Situasi yang itu, pekerjaan yang itu, keadaan rumah tangga yang itu, kerepotan yang itu, kondisi fisik yang itu, dsb. Bukankan semua datang dengan seizin-Nya? Pasti di balik apa yang mewujud di semesta kita masing-masing ada pintu untuk lebih mengenal-Nya. Dengannya kita tak perlu berangan-angan mengharapkan situasi atau kondisi tertentu untuk bisa berdekatan dengan-Nya. Cukup dengan apa yang ada, saat ini di titik ini. Insya Allah :)
Sunday, January 9, 2022
Ada satu hukum Allah Ta'ala yang tertera dalam QS Thahaa [20]:131 agar kita tidak dibuat silau dengan sebagian orang yang dibukakan pintu dunianya.
"Dan janganlah engkau tujukan pandangan matamu kepada kenikmatan yang telah Kami berikan kepada beberapa golongan dari mereka, (sebagai) bunga kehidupan dunia agar Kami uji mereka dengan (kesenangan) itu. Karunia Tuhanmu lebih baik dan lebih kekal."
Kenapa jangan tergiur oleh kemewahan dan pencapaian dunia itu? Karena ketertarikan dan keberpalingan wajah hati memberikan implikasi ke dalam diri. Ada hal yang berbahaya di balik kekaguman kita kepada suksesnya karir seseorang, megahnya rumah seseorang, banyaknya gaji seseorang dan hal-hal yang bersifat perhiasan dunia. Hal itu cenderung mengecilkan nilai pemberian-Nya per saat ini, seakan itu semua menjadi kurang berharga kalau tidak dipandang tidak berharga sama sekali. Dan pandangan seperti ini yang justru akan menutup pintu rezeki kita ke depan.
Jadi, fokus saja mensyukuri apa yang ada. Biarkan yang lain ganti mobil, renovasi rumah atau tambah rumah sekalipun. Semoga mereka bahagia dan membawa berkah. Kita jalani dan berbuat yang terbaik dengan warna kehidupan yang ada. Karena percaya atau tidak, inilah yang terbaik untuk kita per saat ini. Dan melangkahlah dari saat ke saat. Nikmati semua prosesnya. Kalau sudah memiliki mentalitas bersyukur, maka rezeki akan terbuka dengan sendirinya dengan ajaib dan membawa berkah dari langit.
Wednesday, January 5, 2022
Rambut putih
Pagi ini saat berkaca saya perhatikan ada beberapa rambut putih mengemuka.
Saya hitung, "satu...dua...tiga..."
Saya menarik nafas dalam-dalam.
Utusan-Nya telah tiba secara bergelombang. Sang penyeru yang mengingatkan bahwa usia di dunia tak lama lagi, dan memang tak pernah lama. Karena demikian singkatnya kehidupan disini dibanding alam-alam yang akan dijelang.
Siapkah aku untuk berpulang kepada-Nya?
Akankah Dia tersenyum ridho menyambutku nanti? Atau jangan-jangan Dia bermuka masam karena amanah-Nya luput aku kerjakan di bumi ini atau tidak paripurna kukerjakan. Na'uszubillahimindzaalik.
Kehadiran tiga helai rambut putih baru itu mengingatkanku. Agar aku mengevaluasi semua yang ada. Hal-hal yang aku anggap sudah baik jangan-jangan hanya ilusi kebaikan. Juga pemikiran yang aku anggap sudah lurus jangan-jangan nyata bengkoknya di mata Allah.
Intinya, jangan merasa diri sudah baik. Jangan merasa diri sudah aman. Biarkan hati diliputi rasa takut yang dengan-Nya aku akan berlari memeluk-Nya. Dia saja. Bukan yang lain.
Terima kasih atas nasihatnya hari ini, wahai tiga helai rambut putih...
2 Jumadil Akhir 1443 H / 5 Januari 2022