Allah sebenarnya tidak butuh sujud kita. Karena itu sujud dan segenap ibadah itu bukan semata-mata dikerjakan untuk sekadar "memperbanyak setoran", tapi bagaimana semua ibadah itu menjejak ke dalam jiwa hingga hatinya menjadi lebih terang dicahayai oleh cahaya akal.
Friday, September 30, 2022
"Laa ikraaha fid diin..."
Thursday, September 29, 2022
Dont hope for a life without problems
Tujuan kita hidup bukan untuk menyelesaikan masalah. Karena sampai mati masalah akan ada saja. Allah punya seribu satu cara untuk membuat si hamba mendongak ke atas, memohon kepada-Nya. Karena memang tujuan penciptaan manusia adalah agar kita mengenal Dia. Jadi dinamika kehidupan desainnya memang agar menumbuhkan rasa butuh Dia. Realize this and stop playing God. It will safe lots of time and energy.
"Tessa, you will see that someday i will be somebody"
Kolega saya yang satu ini datang dari Ghana, mengadu nasib di Amsterdam. Ingin sukses seperti saudara-saudaranya yang membangun karir di Inggris. Sukses tentu dalam kacamata dunia, punya rumah, punya mobil, punya gaji bagus. Dia merasa minder karena diantara saudara-saudaranya dia merasa yang paling kurang sukses.
Jadilah semalam kami berbincang tentang makna sukses. Saya katakan padanya, "To me, you are somebody. And i'm sorry if you or other people don't see that" Lalu saya kemukakan argumen yang membuat dia o"seseorang" di mata kami, para koleganya. Sesuatu yang diiyakan oleh kolega yang lain, bahwa dia orangnya ringan tangan, a team player, hard working man, jujur dan baik. That is a quality of "somebody".
Karena beliau orang Nasrani, saya pakai pendekatan Bibel, bahwa God measures success differently than the world does. Jesus said, “It is the one who is least among you all who is the greatest” (Luke 9:48; . Mark 9:35).
Di titik itu dia terdiam dan menyahut, "You are right..."
#sepenggal percakapan dengan kolega di malam hari yang dingin, memasuki musim gugur
Amsterdam 29 September 2022
Wednesday, September 28, 2022
GROWTH SPURT
Anak-anak rentang usia 8-13 tahun kalau orang Sunda bilang “keur meujeuhna”. Hampir tiap 10 menit buka kulkas. Ngemilnya banyak. Maklum badannya sedang kencang-kencangnya mengalami proses pertumbuhan. Saat bertumbuh, tubuh perlu nutrisi ekstra.
Jiwa pun begitu. Ciri seseorang jiwanya bertumbuh, dia akan butuh lebih banyak asupan. Tapi asupannya jiwa bukan dari alam dunia. Dia butuh makna yang diteteskan dari alam langit. Makanya dia butuh lebih banyak ngaji, mengkaji Al Quran, membaca buku, mendengarkan ceramah, bertafakur tentang kehidupan. Dia akan mulai mempertanyakan banyak hal, tentang siapa saya, apa fungai hidup, apa makna pekerjaannya, apa kebahagiaan dsb.
Jiwa berasal dari alam malakut, dia bukan penduduk bumi, maka tak ada satupun yang bisa memuaskan dahaganya kecuali yang datang dari alam yang lebih tinggi. Itu kenapa selalu ada kegelisahan dan rasa sepi yang tak akan pernah bisa dipuaskan dengan segenap pencapaian dunia. Kehausan jiwa tak akan hilang hanya dengan meraih posisi top di perusahaan atau di bidangnya. Pun jiwa tak akan bergeming walaupun dirinya masuk ke jajaran 50 orang terkaya versi Forbes, atau menjadi orang yang dianggap terkenal sedunia sekalipun.
Keinginan jiwa hanya satu, mengambil apapun yang datang dari Tuhannya. Karena tujuannya tunggal, agar menjadi hamba yang didekatkan.[]
"Ah, rasanya aku sudah ridho dengan apa yang Dia takdirkan"
Suara hati meninggi-ninggikan diri.Suara akal lalu menyahut, "Beneran nih kamu sudah ridho? Buktinya masih sewot waktu mobil diserempet orang. Masih emosian waktu suami harus membagi waktunya dengan yang lain. Masih gelisah waktu uang proyek terlambat keluar. Masih marah waktu petugas kantor dirasa kurang memberi penghormatan. Masih kebakaran jenggot mengetahui anak baru kemarin dipromosikan jabatannya.
Masih naik darah waktu murid lupa memanggil dengan julukan "prof"
Masih gelagapan waktu anak bermasalah.
Masih mengeluh waktu dikasih sakit pinggang sedikit.
Masih ini...
Masih itu..."
Iya ya, tidak mudah bersyukur itu...
Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk, yang telah dicabut akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak) sedikit pun.
Tuesday, September 27, 2022
Orang tua sering terlalu mengandalkan institusi sekolah untuk mendidik anak-anaknya. Lupa bahwa pendidik pertama dan utama bagi anak-anak mereka adalah orang tuanya sendiri.
Hawa nafsu itu sifatnya terburu-buru. Ingin cepat kaya, ingin cepat populer, ingin segera naik pangkat, ingin buru-buru ini dan itu.
Kalau bisa tanpa susah payah. Sogok kiri-kanan. Sikut depan-belakang. Mengemis sana-sini. Tutup mata dan tutup telinga. Sebodo apa kata orang, apalagi kata hati, yang penting egonya terpuaskan.Banyak yang tertipu skema bunga besar, untung sesaat, modal sekecil-kecilnya untuk meraup keuntungan sebanyak-banyaknya. All of those nonsense. Namanya juga "nonsense", cause it simply doesnt make any sense.
Ingin untung banyak tanpa keluar keringat dan tak perlu menunggu lama. Itu jualan setan dan para penipu sejak zaman dulu. Old songs. Tapi toh banyak yang termakan janji-janji seperti itu.
Padahal, dalam berpeluh mencari nafkah ada sekian banyak rahmat yang turun. Dalam bersabar menanggung beban keluarga, ada otot-otot kesabaran yang tengah diperkuat. Dalam tidak mengeluh menjalani takdir yang ada: rasa sakit, kesepian, penantian dan lainnya, ada pohon akal jiwa yang tengah ditumbuhkan.
Pada saatnya, pohon di dalam diri itu akan berbuah manis. Karena kesabaran selalu berbuah manis. Buah-buahan itu yang sejak di dunia saja kita sudah mulai bisa meraup manfaatnya, apalagi di akhirat nanti. Maka tak heran kalau para penghuni surga mengenali buah-buahannya tersebut. Buah dari taqwa dan kesabaran mereka menanggung kesulitan dan ujian di dunia,
“Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan beramal shaleh, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap kali mereka diberi rezeki buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka mengatakan, “Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu”. Mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada istri-istri yang suci dan mereka kekal di dalamnya” (QS al-Baqarah: 25)
Allah tidak akan mengabulkan suatu permintaan orang yang bertaubat jika hal itu malah akan membuat ia lebih jauh dari-Nya
Taubat itu tarikan-Nya agar si hamba senantiasa mendekat kepada Allah Ta'ala. Hanya orang-orang yang Dia kehendaki yang kemudian ditaubatkan.
Sunday, September 25, 2022
Makin berusia, makin melihat bahwa kunci keselamatan itu terletak pada pertolongan Allah Ta'ala. Titik.
Jadi mesti pinter-pinter dalam memikat Allah, apapun yang bisa kita lakukan. Harus banyak memanggil dan berdialog dengan Dia dalam keadaan apapun. Sedang shalat, di luar shalat. Sedang rebahan, sedang olahraga, sedang masak, sedang nyetir, sedang belanja. Sebut terus Dia. Agar hati terpaut hanya kepada-Nya.
Karena begitu hati kita mengandalkan gaji bulanan, uang hasil proyek, keuntungan ini-itu, pinjaman itu, sanak saudara yang dianggap berkemampuan, deposito, harta warisan, janji ini-itu, asuransi, kepopuleran, pangkat dan jabatan, bahkan mengandalkan segenap amal shalih atau ibadah kita yang katanya hebat itu. Wah sudahlah, kita tengah mengundang badai musibah ke dalam kehidupan kita sendiri.
Ingat ikrar tauhid kita setiap hari, "asyhadu an laa ilaa ha ilallah". Tiada ilah selain Allah. Tak ada sandaran selain Dia. Tak ada kekuatan selain dari-Nya. Tak ada rezeki selain dari-Nya. Tak ada ketenangan selain bersama-Nya. Tak ada kekuatan selain Dia yang memberi. Tak ada kedamaian selain Dia yang menganugerahkan. Tak ada kelanggengan selain Dia yang memegang.
Dan Dia sungguh tak pantas diduakan oleh selain-Nya.
Doa pagi itu penting.
Sebelum memulai hari, meminta izin kepada Allah Ta'ala sang pemilik jiwa dan raga dan segenap kehidupan ini untuk menggunakan semua amanahnya di jalan yang benar.Memohon agar Dia membimbing di setiap langkah. Memilah inspirasi dan ide yang benar. Menunjukkan kepada pekerjaan yang Dia ridhoi.
Agar kita tidak membenamkan diri dalam samudera kesibukan yang tiada henti.
Tahu-tahu rambut sudah memutih.
Tahu-tahu kulit makin keriput.
Tahu-tahu tubuh makin lemah.
Kita merasa banyak mengerjakan sesuatu tapi tak lain bagaikan debu yang ditiup angin.
Tak ada nilainya di mata Allah Ta'ala.
Sungguh sebuah tragedi besar dalam hidup.
Manakala kita merasa telah berbuat amal dan prestasi yang banyak tapi tak ada satupun yang menuai senyum-Nya.
Na'udzubillah tsumma na'udzubillah.
Amsterdam, di musim gugur 25 September 2022
Tuesday, September 13, 2022
HADAPI SAJA
Dari zaman ke zaman sering terjadi peristiwa yang musykil dan bahkan mustahil.
Semustahil laut yang tiba-tiba terbelah dan menyelamatkan suatu kaum yang bisa menyeberang karenanya.
Semustahil Nabi Yunus as yang ditelan oleh ikan paus berhari-hari dan masih bisa hidup setelahnya.
Semusykil jumlah pasukan yang sedikit di Perang Badar yang bisa mengalahkan armada pasukan yang berjumlah 3 kali lipatnya.
Semusykil gadis desa bernama Joan of Arc yang tidak pengalaman perang tapi kemudian memimpin pasukan Perancis memenangkan pertempuran melawan Inggris yang menentukan peta peradaban dunia selanjutnya.
Dalam kehidupan yang dekat di hari ini, kita pun kerap mendengar keajaiban itu.
Bagaimana orang tua memiliki 12 anak, semuanya lulus semua jadi dokter sedangkan penghasilan ayahnya hanya mengandalkan dari jasa menarik becak. Suatu hal yang musykil.
Seperti musykilnya mengobati pasien stadium terminal kanker yang diperkirakan hidupnya hanya hitungan minggu atau bulan dan tiba-tiba sel-sel kankernya hilang begitu saja dari tubuhnya.
Orang menyebutnya miracle, outliers, coincidence, wonders of nature, keajaiban, atau bahkan kebetulan tanpa sedikitpun menyinggung causa prima, Sang Penyebab di balik itu semua. Maklum di zaman ini menyebut kata "Tuhan" cenderung dianggap klenik, tidak keren, mumbo jumbo, kurang saintifik atau tidak relevan. Na'udzubillah. Kita jadi orang yang cenderung melupakan Tuhan dan mengagung-agungkan sains yang padahal baru berkembang seumur jagung bahkan jauh lebih singkat dari itu dibandingkan usia bumi kita sendiri.
Tapi memang iman itu bukan mainan logika. Ia tak akan sanggup menjangkaunya. Iman itu adanya di qalb. Sebuah entitas yang tak terjangkau oleh deteksi alat-alat canggih laboratorium sains ataupun perhitungan model-model mutakhir. Iman adalah sesuatu yang diseru oleh para rasul sejak manusia ada di muka bumi. Karena para rasul itu berfungsi untuk membawa manusia dari kegelapan kepada cahaya. Dan nur iman adalah bagian dari cahaya itu.
Bagi orang yang beriman, berhadapan dengan hal yang musykil bahkan mustahil adalah sebuah keniscayaan. Maka jangan kaget, kehidupan orang beriman tidaklah mudah. Tapi itu adil saja. Kenapa demikian? Karena backingnya orang beriman adalah Allah Ta'ala. Itu yang membuat sekian banyak hal yang ajaib terjadi di dunia ini. Ketika kuasanya hadir against all odds.
Kalau Dia memudahkan, tidak ada yang sulit.
Kalau Dia melapangkan, tidak ada yang sempit.
Kalau Dia menerangi, tidak ada yang gelap.
Kalau Dia mengangkat, tidak ada yang terpuruk.
Kalau Dia memberi damai, tidak ada artinya huru-hara.
Kalau Dia memberi kepuasan di hati, tak ada artinya sebuah episode kekurangan.
Kalau Dia memberi kebahagiaan, sebuah kesepian dan derita menjadi seakan tak bertaring.
Seperti Nabi Ibrahim as yang pernah dilempar ke dalam gunung api dan dia tidak merasakan panas sedikitpun karena sang api diperintahkan untuk menjadi dingin oleh Allah Ta'ala.
Maka kehidupan orang mukmin akan bagaikan ditimpa prahara dari luar. Orang lain mungkin akan merasa iba dengan keadaannya. Orang yang tak paham akan bahkan mengira ia tengah diazab. Tapi semua api kehidupan itu tak membinasakannya, karena si mukmin tawakalnya 100% kepada Allah Ta'ala.
Jadi, apapun permasalahan yang Allah datangkan dalam kehidupan kita hadapi saja. Sungguh tidak akan binasa kita dalam aliran takdir-Nya. Dan tidak akan kecewa mereka yang berharap dari-Nya.[]
Saturday, September 10, 2022
ROLLERCOASTER OF LIFE
Sekilas dia baik-baik saja. Penampilannya bak artis Hollywood. Semua yang dia pakai merk papan atas. Dan orangnya nampak selalu ceria. Tapi hari ini entah kenapa saya ingin berhenti sejenak saat berpapasan dengannya. Sekadar bertanya kabar.
"How are you?"
"I'm fine and you?" Jawabnya standar.
"I'm fine. But really how are you?"
Dia masih bilang fine. Cerita sana-sini. Tentang anaknya. Tentang pekerjaannya. Dan saya dengarkan dengan seksama sambil menatapnya dalam-dalam sampai dia terhanti dan melempar berita mengejutkan.
"My husband was asking for a divorce"
Dia nampak berusaha tegar saat mengatakannya. Walaupun demikian saya lihat pandangannya dilempar jaih-jauh seakan masih tak berdaya menghadapinya. Wajar saja, setelah 20 tahun pernikahan, ini hal yang mengejutkan buatnya. Dia berusaha kuat, untuk diri dan anaknya.
"I cried for weeks everyday and I lost my weight!" Sambil memerlihatkan lingkar pinggangnya yang jauh mengecil dan tersembunyi di balik jas mahalnya yang panjang menjuntai.
Dia sudah mengendus gelagat tidak beres berbulan-bulan sebelumnya. Suaminya sering pulang dini hari, kadang bau alkohol. Kalau ditelepon tak diangkat. Tapi kalau anaknya yang telepon pasti diangkat, sambil sering terdengar suara musik hingar-bingar dan suara tawa banyak perempuan. Tapi dia pikir suaminya sudah cukup dewasa untuk melindungi rumah tangga yang telah mereka bina bersama selama dua dekade lamanya.
But life is like rollercoaster sometimes and really bites.
"Luckily I have job that keeps me busy" katanya sambil membetulkan letak kacamata yang efektif menyembunyikan tatap mata kesedihannya.
I went speechless. Saya cuma bisa memeluknya dan berdoa untuk kekuatannya.
Saya tahu dia sering menyebut nama Tuhan.
Bisa jadi itu sumber kekuatan utamanya.
"God bless you"
Saya berbisik padanya.
"Thanks Tessa...."
Sedikit senyum mengembang di bibirnya yang merah menyala, pasti oleh lipstick merk mahal lainnya. Dia memang suka membeli barang-barang mahal. Ternyata itu hiburan buat dirinya. Menutupi sebuah kekosongan di hatinya. Lubang besar yang kian menganga dengan proses perceraian ini.
Semoga Tuhan membimbingmu menemukan kebahagiaanmu yang sejati kawan...
Thursday, September 8, 2022
Tuesday, September 6, 2022
BUTTERFLY EFFECT
JEJAK PANJANG SEBUAH INGKAR JANJI
Seseorang pernah menjanjikan memberikan buku alamat kecil. Janji itu terucap sekitar 37 tahun lalu. Dan sampai sekarang buku itu tidak pernah saya terima. Buku alamat kecil berwarna merah yang kala itu masih seharga 200an rupiah.
Itu salah satu yang mengguncang diri saya dan membuat saya merenung. Bisa ya, orang janji tapi kemudian tidak ditepati. Walaupun saya tagih berkali-kali ia tetap tidak memedulikannya.
Kesimpulan saya, janji manusia tidak bisa dipegang.
So i grew up with that believe. Bahwa manusia kurang dapat dipercaya. Sedemikian dalamnya kepercayaan saya sampai-sampai ketika ada ujian salah satu pelajaran di SD yang dalam soalnya menyatakan demikian:
Ketika kamu ada di perempatan lampu merah, kau melihat lampu lalu lintas berwarna merah, tapi ada polisi yang memberikan sinyal untuk terus jalan. Apa yang akan kamu lakukan?
A. Mengikuti instruksi polisi
B. Diam saja karena polisi bisa salah.
Bisa diduga, saya memilih opsi B ;)
Dan jejak itu saya bawa berlari hingga tumbuh dewasa, ia mengakar menjadi sebuah makhluk bernama 'ketakutan'. Saya tidak menyadarinya hingga Guru saya berkali-kali menyindir saya, "Tessa ini takut menikah". Ah, masa? Saya masih dalam modus penyangkalan diri. Belum terbaca saat itu bahwa kekecewaan saya bertransformasi menjadi ketakutan. Takut dikecewakan, takut disakiti. Karena manusia rentan ingkar janji.
Tapi rasa skeptis yang sama kepada manusia dan dunia secara umum membawa saya pada pencarian kepada sesuatu yang tidak akan pernah bisa mengecewakan. Dan itu adalah Tuhan, yang tak pernah ingkar janji. Sebuah pengembaraan panjang untuk mencari sebuah makna "kepastian hidup". Sesuatu yang membuat kita menjejak dalam keseharian dan tidak mudah terombang-ambing oleh isu sementara yang akan selalu datang dan pergi. Oleh emosi yang berputar bagai siang dan malam. Oleh aliran takdir yang pasang surut. It's all just temporary, transient, momentary, short-lived, evanescent, ephemeral, you name it...
Jadi, saya tak pernah mendapatkan buku alamat merah kecil itu yang mungkin sekarang sudah tak dicetak lagi. Tapi kesan yang mengemuka karena kekecewaan yang muncul berpuluh tahun yang lalu telah menggelindingkan saya ke dalam sebuah petualangan yang menakjubkan. Like Alice in wonderland the deeper we go into the rabbit hole the more curiouser and curiouser we've become!
Monday, September 5, 2022
TERUNTUK PARA IBU BARU
Selamat ya, sudah menjadi ibu
Sebuah amanah besar yang mulia
Jalannya tidak akan mudah
Mendaki, terjal dan melelahkan
But very rewarding
Bu, ini adalah pekerjaan seumur hidup
24/7
Kadang harus kuat bermalam-malam kurang tidur
Semua agenda pribadi kita di-freeze dulu
Demi mengawal si jiwa dan jasad yang baru lahir
Dunia kita akan berputar di sekitar anak
Anak kita menjadi poros kehidupan kita
Kalau dia sakit pekerjaan yang lain disimpan dulu
Saat dia perlu perhatian, kegiatan yang lain dihentikan dulu
Demikian adab menjamu tamu
Tak ada kurikulum formal yang menyiapkan kita untuk menjadi ibu
We have to learn by doing
Semua ijazah kita, S1, S2, S3 sampai Es Teler pun tak berkutik
Sama-sama mesti mengandung,
Sama-sama mesti menyusui
Sama-sama mesti ganti popok
And so on and so forth
Melelahkan? Oh iya
Namanya juga jihad
Mana ada jihad sambil siul-siul dan santai-santai
But this is the way
Ini medan jihadnya kaum perempuan
Berpeluh keringat
Menahan kantuk
Mendera rasa bosan
Did i say bosan?
Well, there is something about that
Bosan itu muncul tatkala jiwa kita tidak mendapatkan makanannya
I know it's pretty challenging
This job
Doing the same thing all over again
Till your brain feels want to exlplode
Pretty much like one of interrogation method employed by the KGB
But i found a way to deal with it
with the grace of God
And that is...
Keep your mind busy
Kerjakan apa yang kita senang lakukan
you may call it hobby, passion, intellectual activities or whatsoever
Jangan biarkan kapasitas intelektual kita kering
hanya digunakan untuk scrolldown social media
Menulis, membaca, menjahit, merajut, melukis, menerjemah, mendesain apapun pekerjaan produktif yang bisa dilakukan di sela-sela anak-anak kita tenang dan tidur (oh yeah, thanks God they also sleep alot in the first period)
Intinya lakukan hal yang memberi makna bagi diri masing-masing
Something that you feel good about it
It created balance somehow
Karena menjadi ibu itu total sebuah pekerjaan mengurus seorang anak manusia
Tapi jangan lupa ibu untuk mengurus diri sendiri
Jangan sampai energi lahir batin kita terkuras habis karenanya
Akibatnya jadi mudah marah, murang-maring dan tidak fun lagi sama anak. Padahal mereka makhluk-mahkluk yang tidak bersalah. They simply dont deserve our bad treatment.
Menjadi ibu akhirnya mengajarkan kita untuk menjadi dewasa
Agar tidak hanya badannya saja yang bongsor seiring dengan pertambahan usia
Dewasa yang sesungguhnya adalah ketika kita mulai bertanggung jawab dengan semua amanah yang ada dan berhenti melempar tanggung jawab sambil menyalahkan kiri-kanan depan-belakang untuk segenap ketidakkompetenan diri kita.
Berbuat kesalahan itu wajar, bagian dari sebuah proses belajar.
Just have a courage to admit it and move on
Stop punishing yourself and pushing people away
Calm down
Take a deep breath
You are fine
And know that you are loved
if you still doubting it
please look into your children's eyes
you'll find love there
<3
Sunday, September 4, 2022
PERFECTLY PLANNED
Waktu co-ass dulu saya sempat sedih saat tidak lulus satu mata kuliah yang membuat wisuda saya mundur satu semester. Saat itu rezeki saya dapat pasien dengan kasus yang paling mudah dan dosen penguji yang dikenal jarang meluluskan mahasiswa. Sampai-sampai dokter residen pendamping ujian saya sudah langsung berbelasungkawa bahkan sebelum ujian terjadi sambil bilang, "kasihan amat kamu dek..." Yah nasib.
Puluhan tahun berlalu, ternyata saya mulai bisa membaca hikmah di balik satu episode itu. Jadi, kalau saya dibuat lulus saat itu maka saya tidak akan bertemu si A yang akan membawa saya kepada si B yang melalui si B ini saya bisa kerja di salah satu perusahaan multinational yang membawa saya dinas ke Inggris dan bertemu suami saya hari ini hingga saya pindah ke Belanda. One thing leads to another.
Hidup itu kompleks jalannya. Tidak bisa dibaca dengan akal pikiran jasadiyah saja, terlampau banyak hal yang gaib yang tersimpan di dalamnya.
Itulah salah satu hasil perenungan saya saat membaca aliran takdir kehidupan yang telah berlalu. The moral of the story is, jangan terlampau bersedih dengan apa yang luput dalam kehidupan. Kehilangan, perpisahan, kegagalan adalah manuver-manuver Ilahiyah yang memperjalankan kita ke suatu titik tertentu. And it all has been perfectly planned oleh Yang Maha Kuasa. Artinya tak ada satu untai takdirpun yang diluar ilmu dan kehendak-Nya. Kesadaran ini mestinya membuat kita bisa lebih bersabar dan mensyukuri apa yang ada.
Sunny sunday morning,
Amsterdam 4 September 10.59am