"Kebahagiaan hakiki akan diraih jika kita bergantung kepada Allah secara mutlak"
- Mursyid Zamzam AJ Tanuwijaya
Kalau direnungkan lagi, memang benar penyebab diri tidak bahagia dan banyak emosinya adalah karena kita dengan berbagai derajat masih bergantung dan mengandalkan kepada selain Allah.
Jika masih mengandalkan pasangan kita demikian dalam, pasti ada saatnya kecewa saat yang bersangkutan tidak bisa memenuhinya atau dipisah oleh sebuah keniscayaan bernama kematian.
Jika masih mengandalkan pekerjaan yang ada sekarang sebagai penjamin kehidupan dan masa depan keluarga, pasti akan terasa kiamat saat tempat kita mencari nafkah bangkrut, tutup atau dibuat ada masalah di pekerjaan yang menyebabkan ia tidak betah
Jika masih demikian bersandar pada pertolongan handai taulan yang biasanya bisa diandalkan. Pasti suatu saat akan menelan kekecewaan karena kemampuan manusia itu terbatas.
Manusia kemudian menjadi tidak bebas dan menjadi budak-budak tuhan-tuhan selain Allah yang bernama pekerjaan, gaji tetap, tabungan, deposito, warisan, proyek ini dan itu dan sekian banyak skema kehidupan yang tampaknya bisa menopang kehidupannya. Ini memang masalah hati, kemana hati bertawakal. Bukan berarti menafikan semua hal itu, tapi hati jangan bertawakal kepadanya dan hanya tawakal murni kepada Allah. Ini tidak mudah. Butuh ditempa berkali-kali dalam kehidupan karena kemusyrikan itu bisa menyelinap dengan diam-diam seperti yang Rasulullah SAW katakan ketika Allah beritahu ihwal hati seorang sahabat besar, Abu Bakar Ash Shiddiq yang masih memiliki sedikit kemusyrikan yang gambarannya seperti semut hitam yang berjalan di atas batu hitam di kegelapan malam. Itu seorang gambaran keadaan hati seorang sahabat yang sudah dijamin surga lantas bagaimana dengan hati kita?
Agama datang untuk membebaskan manusia dari penderitaan yang tak berujung. Pernyataan tauhid, "Laa ilaa ha ilallah" mestinya menghunjam betul di dalam sanubari setiap muslim yang dengannya dia membebaskan diri dari kebergantungan kepada selain Allah. Dengannya hati kita bebas dalam menjalani hidup. Mulai mensyukuri dan menikmati pergantian pasang surut kehidupan dan melihat pelajaran di dalamnya. Itulah kunci hidup bahagia.
Bandara Abdul Hamid Doha dalam perjalanan transit menuju Amsterdam
Selasa, 18 November 2025 pukul 5.13 pagi yang mulai terik