Monday, December 15, 2025

Allah ingin agar kita bahagia

 Because life is meant to be lived

***

Allah Ta’ala adalah Dzat Yang Maha Pemurah. Dia menciptakan manusia semata-mata untuk menganugerahkan karunia-Nya karena toh Dia tak butuh sujud dan sembah kita. Jikalau segenap makhluk sedunia tunduk memuja-Nya tak akan menambah seatom pun kemuliaan-Nya. Sebaliknya jika seantero ciptaan mencaci-Nya tak akan mengurangi sehelai rambut pun ketinggian-Nya. Dia adalah Dzat Yang terlepas dari makhluk dan tak bergantung pada apapun. 

Kita diberi kehidupan untuk mengenal-Nya. Sebuah perjalanan panjang bagi setetes air untuk mengenal sesamudera ilmu-Nya yang masih bisa dimanifestasikan. Maka kehidupan dunia baru etape ketiga dari sebuah perjalanan panjang itu. Ibnu ‘Arabi menyebut etape pertama kehidupan di alam (mawthin) Alastu, sebuah alam penyaksian tentang Rabb. 

“Alastu birabbikum? (Bukankah Aku Rabbmu)?”

Tanya Allah. Dan setiap jiwa manusia dari awal hingga jiwa yang akan turun nanti di dekat akhir zaman bersaksi,

“Balaa syahidna.(Benar, kami menyaksikan)”

Maka hidup sebenarnya adalah serangkaian penyaksian dari segenap pertolongan Allah dan bagaimana Allah memperkenalkan Diri-Nya melalui manifestasi asma, perbuatan (af’al) dan sifatnya.  Itu intinya. Agar kita tidak terlampau larut dan tenggelam dalam dinamika dunia yang selalu berubah. Agar kita tak terlalu berduka dengan apa yang luput dalam hidup. Dan pun tak lupa diri saat mendapat keluangan.

Hidup itu mestinya dinikmati. Sakit dan enaknya. Lapang dan sempitnya. Tawa dan tangisnya. Semua hal itu dipergantikan seperti bergantinya siang-malam. Itu yang membuat jiwa kita hidup. Mestinya.

Amsterdam, 15 Desember 2025, pukul 20.39 malam di KFC




Friday, December 12, 2025

Belajar dari kesalahan hidup

A wrong decision is sometimes a way to know that it is not that we want. It’s okay to learn by messing up. As long as we learned the lesson.

***

Kadang dalam hidup kita mengambil keputusan yang kita sesali seumur hidup. It’s okay. Jangan terlalu meratapinya. Toh itupun sesuatu yang Allah izinkan, pasti banyak hikmah di dalamnya.

Kadang kita harus berjalan berputar-putar dan sepertinya hidup kok tidak “lurus-lurus” saja. Tapi justru akan ada banyak hal yang lebih kita pelajari dibanding sekadar hidup lurus dan malah jadi bangga diri.

Akhirnya yang mesti kita cermati adalah apakah kita makin mengenal Allah atau malah makin melupakan Dia dalam hidup ini. Jadi biarkan kehidupan mengalir kemana pun yang Dia kehendaki. Yakin bahwa tak ada sesuatu yang di luar kuasa-Nya. Dan kalau itu Dia izinkan terjadi pasti banyak hikmah yang mesti kita raih.

Tetap optimis dan berpengharapan.


Amsterdam, Jum’at 12 Januari 2025 stasiun Bijlmer Arena, dalam perjalanan ke Subway pukul 11.33 pagi




Thursday, December 11, 2025

Allah selalu memberi yang terbaik

 Allah selalu memberi yang terbaik.

Selalu.

Itu sudah sifat-Nya.

Tak pernah dan tak mungkin Dia mencipta sesuatu dengan iseng atau asal-asalan.

Artinya semua takdir kehidupan pasti sarat dengan hikmah dan pembelajaran. Tak ada sebuah kebetulan. Semuanya telah dirancang dengan sangat teliti dalam pertimbangan ilmu-Nya.

Bahkan takdir yang nampaknya buram dan menyakitkan pun sebetulnya mengandung sebuah rahmat. Hanya pengetahuan kita yang setetes memang akan pontang-panting untuk membaca ilmu-Nya yang seluas samudera. Makanya kita diminta untuk berserah diri (aslama). Tunduk dalam kepatuhan. Sabar dalam menjalaninya. Tawakal dalam menjelangnya.

Lagipula, hal-hal yang akal kita yang terbatas ini kira buruk, belum tentu buruk dalam ilmu-Nya. Cukuplah firman Allah berikut menenangkan hati kita saat ditimpa gundah gulana menghadapi episode hidup yang membuat hati kita sedih.

“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimj, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui sedang kami tidak mengetahui.” QS Al Baqarah:216

Amsterdam, di pagi hari yang dingin dan gelap di musim gugur, 12 Desember 2025 pukul 7.45




Sunday, December 7, 2025

I’m proud of you for not giving up

 I’m proud of you for not giving up, no matter how many times you’ve wanted to. I’m proud of you for choosing to keep going.

***

Aku bangga lho pada sama kamu.

Sungguh.

Beberapa kali aku tahu kamu bisa saja menyerah dan banyak orang akan mafhum karena memang demikian berat beban yang kau pikul. Tapi kau bangkit lagi dan lagi dan lagi. Seolah tak ada kata “menyerah” dalam kamus hidupmu.

Aku bangga pada keputusanmu untuk terus mencoba. Walaupun kau harus mengorbankan dirimu sendiri. Itu tanda mulai dewasanya jiwamu. Ketika kau memberikan apa yang kau cintai yaitu dirimu sendiri.

Aku tak tahu kekuatan apa yang bisa membuatmu terus berjalan menerjang semua rasa sakit dan kontraksi takdir. Apapun itu pastilah bukan entitas bumi, karena itu sesuatu hal yang di luar jangkauan nalar manusia. Karenanya balasan untukmu mestilah sesuatu yang di luar kenikmatan dunia. Kau sungguh pantas mendapatkannya. Semoga Allah menjadikanmu cahaya-Nya untuk senantiasa menerangi gelap dunia.

Untuk semua manusia kuat yang menolak untuk menyerah dalam hidup.


Amsterdam, 7 Desember 2025 pukul 21.02 saat jeda istirahat.



Saturday, December 6, 2025

Ambil waktu untuk rehat sejenak

 It’s okay to have moments where all you want to do is disconnect from the world. To step back from the noises and demands to rest, reflect and recharge your soul.

It’s refilling, not fleeing.

You are gathering strength, not surrendering.

You don’t owe others apologies for prioritizing your peace.

***

Kita cuma manusia biasa. 

Ada saatnya kita butuh istirahat.

Ada saatnya kita butuh menyepi.

Ada saatnya kita butuh berjarak dari rutinitqs keseharian yang tak terasa demikian membelenggu.

Dalam agama dikenal uzlah. Menyepi untuk menenangkan dan membuat clear hati. Karena manusia itu memang didesain untuk memiliki daya perenungan yang dalam. Sesuatu yang kerap terberangus oleh seribu satu kesibukan keseharian. Padahal keutamaan merenung ini jelas disebutkan oleh Nabi SAW bahwa “Tafakur sesaat lebih baik dari shalat 100 rakaat.”

Sesaat tafakur lho. Bayangkan.

Shalat 100 rakaat itu saya pernah coba saat melakukan shalat bara’ah di malam nisyfu Sya’ban. Seratus rakaat itu saya kerjakan setelah shalat Isya sampai jelang shubuh. Jadi bayangkan sesaat merenung itu akan melahirkan sesuatu yang jauh lebih baik dibanding ibadah shalat berjam-jam. Ada sebuah rahasia besar di balik berdiam bersama Allah. Karena yang dimaksud merenung disini tentu bukan mengeluhkan nasib akan tetapi berdzikir tentang Allah, merenungkan kehidupan, siapa aku, mau kemana, apa tugasku di dunia ini dll.

Jadi, luangkanlah waktu kosong itu. Dalam keseharian alhamdulillah Allah bantu dengan diwajibkannya ibadah shalat lima waktu. Itu pun bisa jadi saat perenungan jika shalatnya tegak dan khusyu. Inilah indahnya hidup mengikuti hukum aturan agama, karena Sang Pencipta tentu tahu kebutuhan kita yang sejati dan telah merancang jalan-jalan untuk memenuhinya.

Take your time to pause. Give a chance to yourself to redirect and prioritise to find clarity and purpose in this fast-pace world. []

Amsterdam, 6 Desember 2025. Saat jeda istirahat kerja jam 9.42 malam




Friday, December 5, 2025

Perasaan akan datang silih berganti. Lepaskan…

 Feelings constantly changing. One time you feel sad. The next moment you can smile. Feelings don’t last. That’s the bittersweet part about life. So that we learn to be grateful and be patient for whatever we have. Acknowledging these fluctuations as part of growth and learning to understand your internal responses, rather than being controlled by them, is key.

***

Jangan terlalu hanyut dalam perasaan. Sedih, gembira, marah, tenang, semua datang silih berganti dalam hidup. Karena hidup terus mengalir seperti air sungai, kita tidak pernah menginjak air yang sama setiap saatnya. Rangkul semua emosi itu dengan ikhlas, sakitnya berfungsi membersihkan hati dan bahagianya mestinya menjadikan kita lebih mensyukuri kehidupan ini.

It’s okay to be sad. It’s okay to cry. It’s part of life.

Asal jangan berkepanjangan hingga kehilangan kesempatan mengagumi pemberian Allah lain yang tak terhitung itu jumlahnya. Jalani terus kehidupan satu demi satu langkah. Satu demi satu nafas. Beranjak dari satu saat shalat ke saat shalat lainnya. Fokus berdzikir kepada-Nya agar perasaan itu tidak mencuri perhatian kita dari beribadah kepada-Nya. 

Dan ingat, kita dulunya adalah entitas tak bernama yang tak memiliki apapun. Jadi sesuatu yang kita tangisi dan dukakan kepergiannya itu mestinya tidak boleh begitu membelenggu hati kita hingga kita seolah tidak bisa hidup tanpanya. Itu sudah tanda kita diperbudak oleh sesuatu selain Allah. Istighfar. Barangkali kita memang sudah menuhankan sesuatu selain Allah itu selama ini dan biarlah rasa sakit ini kita persembahkan untuk menebus kelalaian selama ini. Agar kita pulang bersih hati. Husnul khotimah. Aamiin…

Amsterdam, jeda istirahat di KFC, Jumat 5 Desember 2025 jam 20.18 malam.








Thursday, December 4, 2025

Waktu di bumi dan misi hidup kita

 There is something sacred about time. It is related to our purpose of life. Something that has been written in our soul even long before we were born here on earth.

***

Waktu menyingkap sesuatu yang gaib buat manusia. Adapun bagi Allah, Dia Maha Tahu awal dan akhir. Maka beriman kepada yang gaib, yang belum terlihat, yang belum terbayang dan belum terpikirkan sangat membantu manusia dalam menjalani ketidaktahuan masa depan. Itulah fungsi taqwa kepada Allah. Tanpa itu kita hanya menjadi budak sekian banyak perubahan zaman dan pergerakan arus kehidupan. 

Al Quran menjadi pemandu dalam menjalani waktu-waktu kehidupan. Tanpa tuntunannya kita hanya akan menduga-duga dan meraba dalam kegelapan sambil memegang sesuatu yang tak pasti. Betapa melelahkan dan tersiksanya hiduo seperti itu! Sementara Allah menghendaki kebahagiaan hakiki bagi semua hamba-Nya. Adalah kita yang suka mendikte Allah dengan mempersyaratkan keadaan dan situasi tertentu untuk bisa bahagia. Padahal kebahagiaan itu terkait dengan pemenuhan misi hidup kita di dunia. Our unique purpose of life. Sesuatu yang setiap insan diciptakan untuk itu. Sesuatu yang tertulis sejak di Alam Alastu (QS Al A’raaf:172) dan dikalungkan ke leher jiwa-jiwa kita. Sebuah perjanjian untuk menjadi khalifah di bumi. Perwakilan-Nya dalam alam terjauh ini. Setiap orang dicipta untuk misi hidup tertentu dan semua garis takdirnya mempersiapkan dia untuk melakukan misi itu. Tugas kita di titik ini adalah berhenti dan tafakur sambil memohon kepada Allah agar dituntun untuk membaca kitab kehidupan kita agar kita hidup menjadi seperti apa yang Dia inginkan.[]


Amsterdam, 4 Desember 2025

Di sela jeda istirahat saat shift malam di KFC, 7.49 malam



Wednesday, December 3, 2025

Kerjakan dengan cinta dan ikhlas

 When you do things with love and sincerity, you live your life with so much sense of purpose and devotion. And that what makes life worth living.

***

Saya perhatikan, mereka yang betah di satu pekerjaan selama lebih dari 10 tahun biasanya adalah mereka yang menyukai pekerjaan tersebut. Walaupun ada faktor kebutuhan ekonomi yang berkelindan tapi dalam derajat tertentu mesti ada kesukaan dengan hal yang mereka lakukan setidaknya selama 40 x 5 jam setiap minggunya itu. Kalau tidak, bisa dibayangkan melakukan hal yang tidak disukai hampir setiap hari dan bertahun-tahun? Bagaimana efeknya bagi jiwa dan kesehatan mental dan fisik dirinya. Belum lagi bicara kualitas pekerjaan tersebut dan dampak serta dinamikanya terhadap klien atau rekan kerja.

Kadang, kehidupan membuat kita tidak berkutik dan mengerjakan apa yang ada karena tidak ada pilihan lain. Tapi kita bisa belajar untuk setidaknya menyukai kegiatan dan pekerjaan itu. It’s about a mindset. Karena kecintaan itu bis- dibangun. Adapun keikhlasan, nah ini yang diberi. Kita harus minta kepada-Nya agar diberi hati yang ikhlas. Setidaknya langkah awalnya adalah menerima dulu apa yang ada dengan senyum dan kebersyukuran. Allah akan melihat bagaimana kita merespon terhadap segenap pemberian-Nya, dan kalau kita bersyukur dengan apa yang ada tentu Dia akan bukakan pintu rezeki lain, itu sudah janji-Nya. Jadi berjuanglah untuk menyukai apa yang kita lakukan, lihat segi positifnya, gali keutamaannya, eksplorasi titik-titik yang bisa membuat kita tersenyum dan senang mengerjakannya. Agar semua yang kita lakukan jadi bernilai ibadah dan amal shalih. Hanya dengan cara ini hidup kita jadi bermakna, apapun manifestasinya. 

Reigersbos, Amsterdam, Rabu, 3 Desember 2025

Menunggu Elia les piano, 18.34 senja hari yang gelap di musim gugur






Just keep walking

One day, it won’t hurt so much, i promise. But today it does. So, cry it out. It’s okay. Because your feelings are worth validating. And letting yourself feel is how you heal.

Just keep walking. One breath at a time. One step at a time. One day at a time. You never know what can come from taking it just one day at a time.

***

Sakit memang rasanya. Kehilangan orang yang kita cintai. Apakah melalui kematian, terpisah jarak, atau apapun dinamika kehidupan yang mungkin terjadi. Itulah kehidupan dunia. Semuanya fana. Tidak ada yang abadi. Begitulah desain kehidupan di alam ini. Kita hanya singgah sebentar untuk belajar dan menjadi, untuk kemudian berjalan pulang ke kampung akhirat.

Mendera rasa sedih adalah salah satu hal yang mesti dirasakan di sini. Agar tumbuh kuat sifat sabar dan kasih sayang. Jangan bungkam rasa sedih itu. Jangan juga pura-pura kuat dan cuek kepada kesedihan. Seakan ia tak pernah ada. Rangkul rasa sedih itu, coba duduk dan dialog dengannya. Karena ia di balik rasa sedih ada ribuan kisah cinta dan asa yang mesti dikenali. Sebab itu bagian dari kita juga.

Dalam Islam dikenal periode waktu berduka cita. Lama waltunya bervariasi. Tapi lihatlah bahkan rasa duka diberi tempat dalam agama yang mulia ini. Syaratnya tidak berlebihan dan tidak berkepanjangan. Karena roda kehidupan terus berjalan dan di setiap harinya ada karunia-Nya yang tak terkira yang tak akan kita raih kecuali kita bangkit dari keterpurukan duka cita dan mencoba mensyukuri apa yang ada. Hari demi hari. Langkah demi langkah. Nafas demi nafas.[]

Amsterdam, Ceintuurbaan, 3 Desember 2025 jam 10.21 pagi




Agar hidup benar-benar bahagia

Happiness will radiate from within when you’re living a life that’s fulfilling your soul.

***

Kunci kebahagiaan hidup ada di kepuasan si jiwa (nafs) bukan sekadar pemenuhan segenap kebutuhan fisik. Karena esensi dari manusia itu justru jiwanya. Qalb adalah entitas yang ada di jiwa. Ia bagaikan jantung bagi raga. Jika qalb baik maka baik seluruhnya. Dan hanya dengan dzikir kepada Allah qalb akan tenang. Bukan dengan yang lain, sebab qalb insan dicipta hanya untuk-Nya, agar Dia bisa bertajalli di sana.

“Tidak memuat-Ku langit-Ku dan bumi-Ku melainkan qalb hamba-hamba-Ku yang beriman” - Hadist Qudsiy.

Maka mulailah merasakan keberadaan jiwa, dimulai dengan mangasah hati nurani dengan limpahan cahaya shalat (terutama shalat di awal waktu) dan gosokan dzikir agar qalb mengkilap dan kita bisa membaca petunjuk-Nya. Sebab kita perlu ditunjuki agar tidak terantuk-antuk dalam pilihan dan langkah yang salah dalam hidup. Agar tidak terjebak dalam fatamorgana dunia yang tampaknya memberi kenyamanan tapi sebenarnya membuat jiwa merana. Karena jika itu yang terjadi sampai kapanpun kita hanya terlunta-lunta dalam padang pasir penderitaan, kebingungqn dan kesepian sambil kehilangan arah hidup. Sampai akhirnya maut menjelang kita pun gelagapan karena belum sempat mempersiapkan bekal akhirat.[]

Amsterdam, Ceintuurbaan 

3 Desember 2025 jqm 9.58 pagi




 Don’t let yourself down because you’re afraid of the unknown or you don’t want to leave your comfort zone. 

Move on. Don’t dwell too much on the past. It’s not productive. You can’t change anything that has happened. Move forward and trust your new path will bring anything that makes you happy.

***

Salah satu tanda hati yang taqwa adalah kita beriman pada yang ghaib (QS Al Baqarah:3). Artinya tawakal kepada Allah atas apa-apa yang belum terpikir solusinya, akan sesuatu yang belum kelihatan jalan keluarnya dan secara logika rasanya tidak mungkin. Hati yang taqwa melampaui semua ketakutan itu dengan sebuah keyakinan bulat bahwa Allah Ta’ala menggenggam hidupnya. Dan Dia adalah Sang Rabb, sebaik-baik pemelihara.

Syukuri saja hidup yang ada dari hari ke hari. Karena jika kita mensyukuri apa yang ada dan memberikan pensikapan yang terbaik dari hari ke hari, itu yang justru akan membuka pintu rezeki ke depan.

Tinggalkan pikiran-pikiran yang tak produktif yang berkata “gimana kalau…nanti gimana…” dan ribuan bisikan ketakutan yang tak produktif itu. Karena kenyataannya apa yang dipertakuti itu bukan menjadi realitas saat ini. Hiduplah di saat ini. Live your present moment. Itu kunci hidup tenang.

Amsterdam, Ceintuurbaan

Pagi mendung di musim dingin, 3 Desember 2025 jam 9.38 pagi.






Tuesday, December 2, 2025

Saat cinta bertepuk sebelah tangan

 Sakit memang rasanya.

Saat cinta bertepuk sebelah tangan.

Ketika semua limpahan kehangatan dan kasih sayang tidak berbalas.

Manakala kita berharap demikian jauh dan dengan rasa yang dalam tapi pihak lain sepertinya dingin-dingin saja menanggapinya.

Mau begini terus? Sampai kapan?

Bukankah kita berhak mendapatkan seseorang yang setidaknya memancarkan kehangatan rasa yang sama? Bukan sekadar bertepuk sebelah tangan. Akan lelah sendiri.

Memang tidak mudah untuk move on. Apalagi saat rasa itu masih menggelora di hati. Maka inilah saat untuk bersujud banyak-banyak. Agar emosi kita bisa Allah kendalikan dan segala pikiran yang mengharapkan serta memimpikan hal yang bukan hak kita tak perlu dihadirkan. Hanya Allah yang kuasa mencabut, karena adalah Dia yang menghadirkan semua itu.

Jangan berkecil hati. Setiap orang sudah ditakdirkan berpasang-pasangan. Dan kalau memang dia pasangan sejati kita pasti cinta kita tak akan bertepuk sebelah tangan. Tetaplah berpengharapan sambil menapaki hari demi hari dengan amal shalih dan kerja serta pikiran produktif. It’s the only way!


Amsterdam, 2 Desember 2025

Saat jeda kerja, 20.12 malam.


Cintai makhluk sekadarnya saja

 Mencintai ciptaan itu sekadarnya saja. Jangan all-out. 

Agar hati kita penuh untuk Allah saja. Adanya dinikmati dan tiadanya tak perlu diratapi lama-lama.

Yakinlah bahwa apa-apa yang hilang dari kita akan digenapi keberadannya. Karena itulah hukum keseimbangan alam, setiap yang diambil akan diganti dengan hal lain. Memang butuh kebijaksanaan untuk melihatnya. Jelas butuh kesabaran dalam menjalaninya. Tapi inilqh kehidupan. Sebuah proses yang menakjubkan untuk menjadi manusia yang seutuhnya (insan kamil).


Amsterdam, sepulang dari Futuhat team meeting di Zurich, 2 Desember 2025

7.51 pm




Monday, November 24, 2025

Dunia dalam genggaman-Nya

 “Bumi seluruhnya ada dalam genggaman-Nya”

QS 39:67


Jika sesuatu berada dalam genggaman-Nya berarti yang berlaku di sana adalah hukum dan aturan-Nya semata.

Kita boleh bercita-cita, tapi ketetapan-Nya yang akan terjadi.

Kita boleh berusaha keras hingga ujung batas, tapi hasil berada di tangan-Nya.

Kita boleh menginginkan sesuatu, tetapi karsa-Nya yang akan terjadi.

Maka penting untuk mempelajari Al Quran dan Sunnah agar kita paham bagaimana Allah mengatur semesta kehidupan ini. Agar kita tidak pontang-panting tak punya arah dan kehilangan tujuan dalam hidup singkat ini di dunia.

Agar cita-cita kita selaras dengan cita-cita-Nya.

Agar usaha keras kita diberkahi-Nya.

Agar keinginan kita mengalir bersama keinginan-Nya.

Itulah kunci hidup damai.


Amsterdam, 25 November 2025 / 4 Jumadil Akhir 1447 H

7.17 pagi di musim gugur yang dingin 3 C

Tuesday, November 18, 2025

Ini pun akan berlalu

 “This too shall pass”

Itulah tulisan yang ada di cincin yang dibuat oleh Nabi Sulaiman yang masih kecil dalam rangka menjawab tantangan ayahnya, Raja Daud a.s. yang mengadakan sayembara untuk membuat sesuatu yang jika ia lihat hal itu akan membuatnya tidak begitu terpuruk saat dilanda kesedihan, tetapi juga tak lupa daratan jika sedang mendapat kesenangan. Di saat tak ada yang membuat sesuatu yang bisa memenuhi keinginan raja tersebut, Sulaiman kecil sudah tampak kebijaksanaannya. Sebuah bakat dan inspirasi yang Allah berikan berupa sebuah pesan di cincin bahwa semua pun akan berlalu.

Kesenangan akan berlalu, maka jangan terlalu terikat kepadanya agar tak terlalu sakit saat hal itu usai.

Kesulitan dan kesedihan pun akan berlalu agar kita tak putus asa dan tetap berpengharapan.

Ingat bahwa matahari akan selalu bersinar esok walaupun kita tengah berada dalam kegelapan malam yang pekat tanpa setitik cahayapun.

Roda dunia akan selalu berputar.

Allah Ta’ala sampai berpesan dua kali secara berurutan dalam Al Quran.

 Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan” (QS. Al-Insyirah: 5-6).

- Dalam penerbangan ke Amsterdam, 2 jam 37 menit sebelum mendarat. Selasa, 18 November 2025


Kebenaran pada akhirnya akan tersingkap juga

 Pada akhirnya kebenaran akan tersingkap.

Apa yang di mata orang tampaknya buruk atau malah seperti sebuah tragedi atau kesalahan fatal akan terbuka rahasianya.

Sudah merupakan ketetapan Allah bahwa yang bathil akan lenyap, dia tak akan bertahan karena hidup adalah sebuah penyingkapan bertahap akan sebuah kebenaran (haq). Hingga akhirnya semua orang bisa bersaksi bahwa tak ada yang bathil, semua adalah haq.

Maka pastikan kita berada di jalan yang benar. Pastikan pilihan kita adalah pilihan yang diridhoi Allah. Dan berjalanlah tegap di dalamnya. Jangan kecil hati oleh hinaan dan cacian orang. Ikhlaskan. Berjuang untuk senantiasa peduli dengan perasaan Allah dibandingkan perasaan manusia. Karena bukankah kita datang dari-Nya dan pada suatu saat nanti akan berhadapan dengan-Nya kembali?

- Di dalam penerbangan kembali ke Amsterdam, 18 November 2025 di musim gugur yang makin mendingin


Monday, November 17, 2025

Akibat bergantung setengah-setengah kepada Allah

 "Kebahagiaan hakiki akan diraih jika kita bergantung kepada Allah secara mutlak"

- Mursyid Zamzam AJ Tanuwijaya


Kalau direnungkan lagi, memang benar penyebab diri tidak bahagia dan banyak emosinya adalah karena kita dengan berbagai derajat masih bergantung dan mengandalkan kepada selain Allah. 

Jika masih mengandalkan pasangan kita demikian dalam, pasti ada saatnya kecewa saat yang bersangkutan tidak bisa memenuhinya atau dipisah oleh sebuah keniscayaan bernama kematian. 

Jika masih mengandalkan pekerjaan yang ada sekarang sebagai penjamin kehidupan dan masa depan keluarga, pasti akan terasa kiamat saat tempat kita mencari nafkah bangkrut, tutup atau dibuat ada masalah di pekerjaan yang menyebabkan ia tidak betah 

Jika masih demikian bersandar pada pertolongan handai taulan yang biasanya bisa diandalkan. Pasti suatu saat akan menelan kekecewaan karena kemampuan manusia itu terbatas.

Manusia kemudian menjadi tidak bebas dan menjadi budak-budak tuhan-tuhan selain Allah yang bernama pekerjaan, gaji tetap, tabungan, deposito, warisan, proyek ini dan itu dan sekian banyak skema kehidupan yang tampaknya bisa menopang kehidupannya. Ini memang masalah hati, kemana hati bertawakal. Bukan berarti menafikan semua hal itu, tapi hati jangan bertawakal kepadanya dan hanya tawakal murni kepada Allah. Ini tidak mudah. Butuh ditempa berkali-kali dalam kehidupan karena kemusyrikan itu bisa menyelinap dengan diam-diam seperti yang Rasulullah SAW katakan ketika Allah beritahu ihwal hati seorang sahabat besar, Abu Bakar Ash Shiddiq yang masih memiliki sedikit kemusyrikan yang  gambarannya seperti semut hitam yang berjalan di atas batu hitam di kegelapan malam. Itu seorang gambaran keadaan hati seorang sahabat yang sudah dijamin surga lantas bagaimana dengan hati kita?

Agama datang untuk membebaskan manusia dari penderitaan yang tak berujung. Pernyataan tauhid, "Laa ilaa ha ilallah" mestinya menghunjam betul di dalam sanubari setiap muslim yang dengannya dia membebaskan diri dari kebergantungan kepada selain Allah. Dengannya hati kita bebas dalam menjalani hidup. Mulai mensyukuri dan menikmati pergantian pasang surut kehidupan dan melihat pelajaran di dalamnya. Itulah kunci hidup bahagia. 

Bandara Abdul Hamid Doha dalam perjalanan transit menuju Amsterdam

Selasa, 18 November 2025 pukul 5.13 pagi yang mulai terik

Monday, November 3, 2025

Pejuang kehidupan

 Jam lima pagi ibu ini sudah bersiap dengan dagangannya. Sang buah hati sudah terbangun dan berada dalam pelukannya. Di tengah kesibukannya melayani para pembeli, dia ingin memastikan sang anak tetap merasakan naungan kasih sayangnya. Ikut bekerja menemani ibu mencari nafkah. 


Segurat senyuman menghiasi wajahnya manakala sang suami datang bergegas membawa sekeranjang makanan rebus laij untuk dijual. Semoga hari ini ada rezekinya…Demikianlah ruang fakir para pedagang. Beliau salah satu dari puluhan orang yang menjajakan dagangannya. Barangkali ada yang berminat membeli. Dengannya ia bisa membayar kontrakan rumah bulan ini, bisa membayar seragam sekolah anaknya, mencicil motor yang dipakai untuk berbelanja dan segenap keperluan kehidupan yang ada.

Mereka, para pejuang kehidupan. Menjajakan dagangannya setiap hari, melempar asa. Tak menyerah pasrah dengan kehidupan. Pantang meminta dikasihani. Sekadar sebuah dukungan menjalani hidup berdasarkan muamalah yang baik. Dukung mereka, luangkan waktu untuk menyapa dan membeli dari mereka. Karena kita adalah satu.🥰




Sunday, October 26, 2025

 Afterlife is real, yet not so many people make a consequential preparation for it. While it is only a matter of time we will be given a one-way-ticket there.


It’s your choice to deny it. But when you finally go there, i don’t want to be the one who say “i told you so”


Amsterdam, Foodstrips KFC

27 Oktober 2025, 2.03 pagi



Thursday, October 23, 2025

Memilih jalan takdir

 Pena-pena (pencatat takdir) telah diangkat dan lembaran-lembaran (catatan takdir) telah kering.

- Hadits Rasulullah SAW riwayat Tirmidzi.

Pilihan-pilihan dan semua alternatif kehidupan sudah dituliskan. Artinya manusia hanya bisa beranjak dari satu takdir ke kemungkinan takdir yang lain yang telah kering tulisannya. Maka  Allah ingin melihat bagaimana kita memilih. Dan diantara semua alternatif jalan kehidupan yang ada di situ ada shiraatal mustaqiim. Jalan yang terbaik yang ditempuh oleh orang-orang yang Allah beri nikmat (QS Al Fatihah :7) yaitu para nabi, para shiddiqin, para syuhada dan para shalihin (QS An Nisaa’ : 69).

Setiap pilihan membawa konsekuensi yang berbeda, seperti kita memilih jalur kereta dengan melintasi berbagai stasiun yang berbeda. Tapi desain jalur Allah Ta’ala jauh lebih canggih dan lebih kompleks, dimana di setiap titik ada jalur kolateral yang senantiasa bisa mengalihkan seorang yang mencari-Nya kembali ke shiraathal mustaqiim. Jalan yang paling dalam ma’rifatnya, paling melimpah rezekinya dan yang membawa kebahagiaan hakiki. Bukankah pada akhirnya kita semua ingin hidup bahagia? Bukan dengan kebahagiaan yang semu. Bukan dengan kebahagiaan sementara. Itulah kiranya yang Allah ajatkan agar kita minta di setiap rakaat shalat yang mestinya menjadi saat paling spesial antara sang hamba dan Tuhannya. Insya Allah.


Itw to subway, Amsterdam, Kamis 23 Oktober 2025

Saat liburan musim gugur





Saturday, October 11, 2025


 Saya bersaksi, tak ada masalah sepelik apapun, ujian seberat apapun, cobaan segila apapun yang tak dapat diatasi dengan berserah diri kepada Allah di atas sajadah.


“Jadikan sabar dan shalat sebagai penolongmu…”

- QS Al Baqarah: 45


Amsterdam, Sabtu 11 Oktober 2025

14.27

Thursday, October 9, 2025

Agar seimbang aspek langit dan bumi kita

 Ajaran agama itu indah. Ia membawa kita pada titik kesetimbangan masing-masing, yang kita kokoh berdiri di sana. Kokoh menjalani takdir kehidupan yang naturnya selalu berganti. Kokoh menghadapi kehilangan. Tangguh menjalani ujian. Kuat dalam mengalir dalam keluangan dan keberlimpahan agar tak lupa diri dan lupa bersyukur.

Shalat sebagai tiang agama, perintahnya turun secara istimewa. Berbeda dengan ibadah lainnya yang diturunkan. Perintah shalat ini sang hamba, Rasulullah SAW harus naik menjemput di langit. Tapi tidak sembarang naik. Karena kalau sekadar naik ke langit, kenapa tidak langsung saja terbang ke atas dari Masjidil Haram? Kenapa harus 'jauh-jauh' ke Masjidil Aqsa dulu? Ada makna di balik semua pertanda. Hikmahnya dalam. Kenapa kita harus isra', berjalan di muka bumi. Dalam Islam, aspek bumi itu dihargai sekali. Itu kenapa mau shalat pun raganya dibasuh dengan air wudhu. Bahkan ibadah shalat, raga kita diajak ruku dan sujud (jika tidak berhalangan). Tidak hanya itu, raga pun akan diganjar dengan surganya tersendiri nanti. 

Aspek raga atau bumi kita bagaikan tanah yang menyangga dan menjadi tempat tumbuh benih yang berbuah pada akhirnya. Di bumi yang kita pijak itulah tempat air kehidupan dan unsur hara berada agar pohon jiwa kita bertumbuh dan berbuah lebat pada saatnya. Maka manusia tidak bisa mencampakkan takdirnya. Tidak bisa menolak bentuk wajah dan raganya. Tidak boleh tutup mata dengan kondisi keadaan orang tua yang dari mereka kita berasal. Tidak layak untuk melupakan tempat kita berasal karena merasa tidak keren dibanding yang lain. Apapun takdir yang Allah tetapkan kepada setiap kita, dari orang tua mana kita lahir, tahun berapa, keadaan ekonomi seperti apa, potongan raga seperti apa, kelebihan dan kekurangan masing-masing, itu semua adalah bumi yang perlu kita jalani (isra) dengan kebersyukuran. Agar kita layak untuk Allah mi'rajkan. Insya Allah.

Amsterdam, Kamis 9 Oktober 2025 / 17 Rabi'ul Akhir 1447 H

Musim gugur yang cerah, selepas kelas Serambi Suluk Online 11.17 pagi

Friday, September 26, 2025

Serahkan nasib anak kita di tangan-Nya

 "....maka sungai menerima anak itu dan membawanya..."

Di tengah suasana mencekam dan menakutkan akan teror dari Firaun dengan membunuh setiap bayi laki-laki yang terlahir dari Bani Israil. Allah Ta'ala memberi petunjuk kepada ibunda Musa untuk mengalirkan anaknya di sungai Nil. Sebuah solusi yang "tidak masuk akal". Siapa orang tua yang tega menghanyutkan bayi yang baru berusia 3 bulan ke sungai besar dengan risiko tenggelam atau dimakan binatang buas.

Tetapi demikianlah hidup. Kita belajar untuk membangun keyakinan kepada Allah Ta'ala. Bahwa jalan keluar dari sebuah permasalahan yang menghimpit itu bisa jadi tak terduga dan tak harus masuk akal. Disitu pentingnya kita berserah diri dan tawakal sepenuhnya kepada ketetapan Allah. 

Kita pun sering lupa bahwa semua adalah ciptaan Allah. Sungai adalah ciptaan Allah yang tidak akan menenggelamkan kecuali kalau Allah perintahkan dia menenggelamkan sesuatu. Binatang buas pun adalah ciptaan Allah yang tak akan menyakiti seujung rambut pun kecuali Allah izinkan dia berbuat demikian. Ingat kisah Nabi Daniel a.s. yang dimasukkan ke gua yang penuh dengan singa yang buas dan lapar, tapi Allah selamatkan, singa-singa itu dibuat tunduk dan tidak menyakiti Nabi Daniel seujung kuku pun. 

Kita lupa, bahwa Allah yang menjamin masa depan dan kesejahteraan anak-anak kita. Bukan karena ia sekolah di tempat tertentu yang dikenal lulusannya "sukses". Bukan karena dia mengambil jurusan tertentu yang katanya bakal cepat dapat kerja. Bukan karena dia punya segudang talenta, yang bisa saja hilang dalam sekejap dalam depresi yang tak berujung. Bukan karena dia punya backing kuat yang kapanpun bisa tiada. Bukan karena ini-itu. Semata-mata karena Allah yang menjamin dan melindungi. Demikian mestinya kita menjaga keutuhan tauhid kita. Agar kita tidak mentawakalkan masa depan anak-anak kita pada tuhan-tuhan palsu yang pasti akan musnah. 

Don't play God. Ingat bahwa anak kita bukan milik kita pada hakikatnya. Mereka adalah jiwa-jiwa yang dititipkan kepada kita untuk kita sayangi dan pelihara sampai pada saatnya mereka harus menapaki jalan mereka masing-masing yang telah Allah Ta'ala rancang dengan sangat spesifik. Iya betul, kita punya kewajiban sebagai orang tua. Tapi kita pun harus mengenal batas-batas kita sebagai manusia yang fakir dan tak berdaya berhadapan dengan ketetapan-Nya. Karena sebaik-baik bekal bagi mereka adalah taqwa, bukan menyandarkan pada skema penyelamatan kita yang terbatas ini. Agar kita tidak dibuat susah karenanya. Sebagaimana firman Allah Ta'ala dalam surah Al Baqarah: 233,

"...Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah (menderita kesengsaraan) karena anaknya..."


Amsterdam, Openbaare Bibliotheek Reigersbos, Jum'at 26 September 2025

Jam 12.41 pagi, selepas Dutch conoversation class




Karena Allah lebih mencintai anak kita

 Jochebed tengah mengandung bayi Musa ketika titah Firaun untuk membunuh semua bayi laki-laki Bani Israil diberlakukan. Hal ini muncul karena informasi dari seorang peramal bahwa akan lahir seorang bayi laki-laki Bani Israil yang akan membebaskan bangsa itu dan membawa mereka pada kejayaannya kembali. Maklum, saat itu Bani Israil tengah diperbudak oleh Firaun. Mereka disuruh kerja paksa mengerjakan sekian banyak proyek pembangunan di Mesir dan diperlakukan dengan semena-mena.


Bisa dibayangkan betapa mencekamnya suasana saat itu. Firaun memerintahkan para bidan untuk mengawasi setiap perempuan Bani Israil yang mengandung dan melaporkan apakah bayi yang dilahirkan laki-laki atau perempuan. Dan jika yang terlahir adalah bayi laki-laki, bala tentara akan ditugaskan untuk langsung membunuhnya . Jikalau keluarga itu melawan maka seluruh keluarga akan dihabisi.


Amram, ayahnya Musa kemudian berdoa dan memohon pertolongan Allah dengan sangat. Khawatir akan keselamatan bayi yang masih dalam kandungan ibunya dan masa depan Bani Israil jika hal ini terus terjadi. 


Suatu ketika, Amran bermimpi bahwa Allah berbicara kepadanya dan menjamin keselamatan bayi itu dan agar ia tidak berputus asa atas kebaikan-Nya. Sambil mengingatkan bagaimana Allah telah menyelamatkan para leluhurnya, Ibrahim a.s.dan Yaqub a.s. dan memberitakan tentang anaknya demikian, 


“Anak itu, yang ditakuti kelahirannya akan diselamatkan dari mereka yang berusaha membunuhnya dan akan dibesarkan dengan cara yang mengejutkan.”


Sekian lama berselang, tibalah saat kelahiran Musa dengan cara yang menakjubkan, karena sang ibunda dibuat hanya menderita rasa sakit yang sedikit sehingga ihwal persalinannya itu tak terpantau oleh bidan kerajaan. Bahkan dengan ajaib, selama tiga bulan lamanya bayi Musa masih bisa berada dalam pengasuhan kedua orang tuanya dengan aman. Hingga suatu hari Amram, sang ayahanda Musa merasa takut jika bayinya ini terlalu lama berada dalam pengasuhannya kemudian akan diketahui oleh kerajaan dan akan berakibat fatal bagi bayi dan istri serta dua anaknya yang lain, yaitu Harun (Aaron) dan Miriam. 


Dalam teks sejarah yang ditulis oleh Flavius Josephus , sejarawan Yahudi yang hidup sekutar tahun 40-100 M. Dikatakan bahwa kemudian keluarga itu memutuskan untuk membuat sebuah bahtera kecil yang bisa memuat sang bayi untuk kemudian dihanyutkan ke dalam sungai. Adalah Al Quran yang mengungkap detil dari peristiwa penting ini terkait dengan Jochebed, ibunda Musa, sebab kapasitas hatinya dikonfirmasi oleh Allah sebagai seseorang yang bisa menerima wahyu Allah Ta’ala, 


“Kami mewahyukan (wa awhayna) kepada ibu Musa, “Susuilah dia (Musa). Jika engkau khawatir atas keselamatannya, hanyutkanlah dia ke sungai. Jangan engkau takut dan jangan pula bersedih” 

- QS Al Qashash 28:7


Inilah panduan luar biasa dari Allah terkait keselamatan anak kita dan jaminan masa depan baginya yang kerap kali mempertakuti kita. Memang sekilas logikanya aneh, kalau khawatir akan anak itu justru hanyutkan dia, bukan malah makin digenggam oleh kita. Kuncinya ada pada tawakal kepada Allah. Sebagaimana Amram, ayahanda Musa yang rela melepaskan bayi laki-laki lucu yang baru dia nikmati tiga bulan bersamanya untuk dihanyutkan dalam aliran takdir yang Allah kehendaki, dengan sebuah kesadaran dalam bahwa penjagaan Allah jauh lebih baik dari sekadar upaya penyelamatannya.


Saya jadi ingat pesan dari guru, “Ingat, Allah lebih sayang kepada anak-anak kita dibandingkan rasa sayang kita kepada mereka.”


Kita harus mentawakalkan masa depan anak-anak kita kepada-Nya. Itu adalah penjagaan yang terbaik. Ya, kita berupaya sebaik mungkin menjalankan amanah kita sebagai orang tua. Tapi tidak bersandar pada upaya dan skema kehidupan kita yang sangat terbatas ini. Agar jiwa kita tidak dibuat susah oleh anak-anak kita. Wallahu’alam

Amsterdam, Jumat 26 September 2025 / 4 Rabiul Akhir 1447 H. Memasuki musim gugur yang dingin. 9.12 pagi

Lukiean “The Infant Moses” oleh Gustav Moreau



Saturday, September 20, 2025

Siapa aku sebenarnya ya Allah?

 Sebelum kita meminta ini dan itu pada Allah

Sebelum kita memutuskan akan melakukan ini dan itu

Sebelum kita mengambil kesimpulan tentang siapa diri kita dan menjalani hidup dengan kesimpulan itu.


Barangkali baik kiranya kita bertanya kepada Sang Maha Pencipta, “Siapa aku sebenarnya wahai Allah?”

Dan tanya terus setiap hari. Karena jawabannya bisa jadi terurai dalam keping-keping puzzle kehidupan bahkan sejak kita lahir. Dan seperti halnya puzzle, butuh waktu untuk merangkainya satu persatu hingga kita mulai bisa menebak gambaran apa yang ada di dalamnya. Itulah informasi siapa diri kita yang sebenarnya. We have all the piece of puzzles, but we need to take time to pause and to contemplate. 


Hanya dengan pertolongan Allah.

Hanya dengan kekuatan dari-Nya.

Hanya dengan dukungan cahaya dari Sang Sumber cahaya.


Baru perlahan-lahan kita bisa mulai membaca, “iqra”, kitab kehidupan, kitab diri, dan semoga membaca Quran dengan hakiki. Karena hanya melalui Quran kita bisa menjangkau Dia yang “laisa kamitslihi syai’un” tak ada satupun yang serupa dengan-Nya.

Itulah anak tangganya. Tak ada yang lain. 

Karena hidup adalah untuk mengenal-Nya.

Sang Sumber kebahagiaan kita ❤️


Chester, UK

Minggu, 21 September 2025 pukul 4.10 pagi 

Menanti waktu shalat shubuh

Tuesday, September 9, 2025

Packing untuk alam barzakh

Kalau kita mau keluar negeri saja persiapannya banyak. Beli tiket jauh-jauh hari, asuransi perjalanan, bagasi puluhan kilo, backpack, oleh-oleh dll. Serius sekali. Tapi bersiap untuk perjalanan ke alam barzakh seringkali kita lalai. Boro-boro “packing”, mengumpulkan bekal untuk perjalanan alam sana saja belum. Padahal ngga akan bawa hape, atm dll, cuma modal amal shalih. 


Apa pula itu amal shalih? Jangan-jangan semua amal baik yang kita lakukan belum terhitung shalih dalam pandangan-Nya. Celaka kita! Na’udzubillahimindzaalik, mana pergi pakai one way ticket lagi. Tak akan ada lagi kesempatan beramal shalih kalau sudah terlanjur dideportasi ke alam kubur. Makanya mumpung masih ada nafas, kita taubat. Itu kunci mendapat cahaya iman yang menuntun kita ke amal shalihnya masing-masing.

Yuk mulai packing, supaya pas malaikat maut datang menjemput kita sudah siap. Insya Allah🥰

Hari tenang terakhir, sebelum kontraksi harian 😅

Amsterdam, 09/09/2025 - 15 Rabi’ul Awwal 1447 H

15.14 sore memasuki musim gugur yang mulai berangin kencang dan dingin




Thursday, September 4, 2025

Karunia berupa keterbatasan

 Apa yang kita alami sebagai sebuah keterbatasan, sesungguhnya adalah sebuah pertolongan dan panduan yang besar dari Allah Ta’ala agar hidup kita lebih terarah dan tidak liar.


Keterbatasan waktu,

Keterbatasan kesempatan,

Keterbatasan uang,

Keterbatasan kesehatan,

Keterbatasan tenaga.


Semuanya adalah perwujudan dari kasih sayang Dzat yang mengatur alam semesta. Agar fokus diri kita pada hal-hal yang memang penting dan bermanfaat bagi diri.


Makanya seorang ulama mengatakan, “Jangan meminta kepada Allah rezeki sebanyak-banyaknya” tapi mintalah sesuai apa yang dibutuhkan saja dari saat ke saat. Karena makin dibuat berlimpah dan tak terbatas manusia itu cenderung liar hidupnya. Akan cenderung melalaikan tugas utamanya. Tahu-tahu malaikat maut datang menjemput, sedangkan kehadirannya tak bisa dinegosiasi. Ketika ia datang “game over” sudah, hanya menyisakan penyesalan, 


“Ya Tuhanku, kembalikanlah aku (ke dunia) agar aku dapat beramal saleh yang telah aku tinggalkan.” 

QS Al Mu’minuun [23]:99-100


Dalam perjalanan Amsterdam-Leiden

Di hari mulia kelahiran Rasulullah SAW

12 Rabi’ul Awwal 1447 H

Tuesday, September 2, 2025

To lead is to serve

 “To lead is to serve”


Saya yakini dan mencoba menerapkan betul istilah itu sejak dulu. Ketika saya diamanahi menjadi manager marketing, direktur rumah sakit atau manager restoran pertanyaan yang selalu saya tanya crew saya setiap hari adalah “apa yang bisa saya bantu”. 


Ternyata sikap ini adalah sesuatu yang universal yang bisa diterima dimanapun. Saat ini ketika saya hidup di Belanda pun dengan falsafah kerja yang seperti ini alhamdulillah diterima dengan baik oleh rekan-rekan kerja saya hingga saya terpilih sebagai manager favorit dua tahun berturut-turut. Dampaknya? Mereka suka cita dalam bekerja, bahkan beberapa tidak mau kerja jika bukan saya yang jadi shift manager😅. And i feel so much love everytime i walked into my working space. Sampai-sampai ada seorang rekan kerja baru bertanya, “Kenapa kalau Tessa datang, semua orang berseru riang “Hey Tessa!” Seperti suhu ruangan naik beberapa derajat”. Saya tersenyum mendengarnya. Itulan kuasa kasih Allah. Saat kita berusaha menjadi hamba yang baik, Dia pun membalas kontan dengan mengubah dunia kita jadi indah. Di titik manapun kita tengah berpijak. Alhamdulillah❤️


Sunday, August 31, 2025

 Salah satu tanda kedewasaan seseorang adalah sebuah kesadaran bahwa kehidupannya tidak dimulai saat dia dilahirkan di dunia dan tidak berakhir dengan kematian jasadnya.

Amsterdam, jelang siang hari 11.51 di tengah penerjemahan “Bandoeng en Haar Hogevlakte”

Minggu, 31 Agustus 2025 / 8 Rabi’ul Awwal 1447 H

Tuesday, August 19, 2025

Saat kita meragukan Allah

 Nama Nabi Yeremia a.s. (atau Uzair a.s) namanya tidak tercantum dalam Al Quran, tapi kisahnya ada dalam surat Al Baqarah 259, tentang seseorang yang bertanya kepada Allah, 


“Bagaimana Allah menghidupkan kembali negeri ini setelah kehancurannya?”


Mohon diingat bahwa untuk setingkat nabi, bahkan sekadar mempertanyakan kebijakan Allah bisa dihukumi keras. Saking demikian dekatnya mereka kepada Allah. Mirip kita akan lebih merasa tersakiti oleh pernyataan yang sama yang datang dari orang yang kita anggap dekat.


Nabi Yeremia adalah salah seorang nabi yang ditugaskan untuk mengawal dan menjaga kaumnya, Bani Israel. Tetapi ketika beliau menyaksikan bagaimana Allah Ta’ala mengizinkan orang Babilonia di bawah pimpinan Nabukadnezar II sekitar tahun 586 SM meluluhlantakkan penduduk Yerusalem beserta bait sucinya hingga tak bersisa satu tanda kehidupan pun. Sifat manusiawinya muncuk dan melontarkan pertanyaan yang bernuanda keraguan itu. 


Dalam kitab Jila’ al-Khatir, Syaikh Abdul Qadir mengatakan bahwa karena Uzair mempertanyakan Allah bagaimana membangun kembali negeri yang sudah dilumat itu maka Allah menghukum beliau dengan mencabut kenabiannya selama 100 tahun.


Sekarang kita berefleksi. Berapa kali kita meragukan kebesaran dan kekuasaan Allah sambil berkata sompral “ah itu ngga mungkin” atau “dia mah ngga akan berubah”. Kita kerap menjatuhkan hukuman kepada fenomena kehidupan lantas dengan seenaknya melabel “itu tidak mungkin” atau “sudah tak bisa lagi”. Masalahnya di saat yang bersamaan otu mulut berucap “Allahu Akbar” setiap shalat. Katanya Allah Maha Besar, tapi saat kesulitan dan fenomena kehidupan datang menjelang kok jadi ciut keyakinan kita. Mungkin karena pernyataan saat shalat itu masih “lip service”. Hati sih masih meragukannya. Buktinya banyak cemas dan khawatir menghadapi ujian hidup. Seolah-olah Allah tak berkutik. 


Maka menjalani kesulitan dan ujian kehidupan itu sudah menjadi makanan orang beriman. Hanya lewat itulah jiwa kita bertumbuh pengetahuannya dan kuat keyakinannya. Agar saat kita dipanggil pulang di alam persinggahan (barzakh) kita bisa menjawab dengan lantang pertanyaan sang malaikat “Siapa Rabbmu?”


“Allah”

Bukan yang lain.


(Lukisan Yeremia di reruntuhan Yerusalem oleh Horace Vernet, 1844)




Sang Guru Kesabaran

 Guru pertama yang memberi pelajaran tentang kesabaran dalam hidup saya temukan dalam sosok almarhum nenek saya. Beliau, Mbah Oemijati adalah ibunda dari mama. 


Mbah Oemi adalah sosok yang sangat santun. Tak ada dalam ingatan saya selain wajah beliau yang senantiasa ceria dan penuh kasih sayang. Saya selalu merasa aman bersamanya. 


Beliau tahu saya kutu buku, cara beliau membelikan saya buku adalah dengan memberi saya ‘pekerjaan’ sebagai pencabut uban beliau. Sehelai uban beliau hargai 5 sen. Dan saya sangat bersemangat mengerjakannya, karena uban beliau banyak! Haha.😅


Dari anak-anaknya pun saya mendengar banyak keteladanan dari Mbah Oemi ini. Diantaranya kesabaran beliau dalam mengurus suami dan anak tirinya yang dia tak bedakan dengan anak yang lain. Sedemikian rupa hingga sang anak tiri ini tidak merasa seperti anak tiri dan bahkan sangat dalam cintanya kepada ibu tirinya hingga saat Mbah Oemi meninggal saya menyaksikan sendiri anak tertuanya ini, yang saya panggil sebagai Pakde Sis, menangis tersedu-sedu sambil memeluk gundukan tanah tempat jasad Mbah Oemi dibaringkan di bawahnya.


Kisah keteladanan lainnya adalah tentang ketabahan dan kesabarannya sebagai ibu dari 12 anaknya. Bagaimana beliau me-manage dua butir telur untuk bisa dimakan oleh seluruh anggota keluarga selama masa krisis ekonomi negara dan berdampak ke keluarga pada saat itu. Mbah menjalaninya dengan senyum dan syukur. Alhamdulillah semua anaknya terpelihara. Tak ada satu pun yang terlantar atau mati kelaparan. 


Mbah Oemi mengajarkan kepada saya tentang kesabaran bukan dengan teori atau mengutip dalil-dalil. Beliau sudah menjadi kesabaran itu sendiri. Sehingga pancaran cahaya kesabarannya bisa saya rasakan. Dan itu rasanya yang menjadi salah satu warisannya yang luar biasa kepada anak cucunya.

Dengan ridho beliau ditempa oleh ujian dari Allah hingga pohon kesabaran itu bertumbuh dan buah-buahnya bisa dinikmati oleh kami. 


Sekarang, semenjak menjadi seorang ibu saya menjadi lebih paham. Bahwa kita perlu menjalani sekian takdir kehidupan yang tak masuk akal dan mungkin dianggap sebagai sebuah kegagalan atau bahkan tragedi oleh orang banyak. Tapi sebenarnya itu adalah sebuah pendidikan Ilahiyah untuj menempa jiwa kita agar dia menumbuhkan sifat-sifat-Nya. Dan saat kita berbuah dengan sifat-sifat kebaikan, yang menikmati buah-buah itu adalah anak cucu dan orang-orang sekitar kita. Karena tak ada pohon yang memakan buahnya sendiri.


Terima kasih Mbah Oemi, sudah mengajarkan banyak tentang kesabaran. Masih terngiang di telinga bagaimana beliau rajin membaca Surat Al Waaqi’ah setiap hari. Semua pelajaran hidup ini saya bawa sebagai bekal hidup dan diturunkan pada anak-anak, juga semoga generasi berikutnya. Semoga jadi amal jariyah yang menemani hari-hari beliau di alam barzakh. Yang hanya masalah waktu kita pun akan menyusul. Al Fatihah untuk Mbah Oemi.❤️




Monday, August 11, 2025

Stop comparing lifes

 Stop comparing. It will make you feel more miserable, because you will lose so much peace when you measure your life with someone else’s life.

Amsterdam, 11 August 2025, 9.40 am

Hot summer day and school holiday.




Tuesday, August 5, 2025

Agar kita makin yakin

 Hidup itu untuk membangun keyakinan kepada Allah.

Semakin kita yakin dan menyandarkan diri kepada-Nya semakin Dia bekerja membereskan seluruh keperluan hidup kita, bahkan sampai hal yang tak terjangkau oleh akal bawah kita sekalipun. Sesuatu yang tidak terbayangkan oleh kita saat ini, tapi Dia tahu.

Tentu saja perlu kesabaran untuk membangun keyakinan. Dan tentu kita harus punya pengalaman berada dalam situasi yang tak berdaya, dimana tak ada seorang pun yang bisa menolong lalu tiba-tiba kita menyaksikan keajaiban dalam kehidupan. Dalam hal keseharian. Di tengah himpitan kehidupan yang membuat kita kerap merasa putus asa. Tidak terbayang dari mana jalan keluarnya, tapi ada saja solusi yang datang walaupun di saat terakhir. Itulah saat Allah, Sang Rabb tengah memperkenalkan Diri-Nya.

Jadi jangan kecil hati menghadapi tantangan kehidupan.

Percayalah bahwa Tuhan yang sama yang membentangkan jalan di tengah lautan bagi Musa dan kaumnya adalah Tuhan yang sama dimana kita bersujud kepada-Nya saat shalat.

Yakinlah bahwa Tuhan yang sama yang menyelamatkan Nabi Daniel dari serangan kawanan singa di dalam gua tertutup adalah Tuhan yang sama yang kita menengadahkan wajah ke langit saat berdoa memohon kepada-Nya.

Sadarilah bahwa Tuhan yang sama yang membuat api yang berkobar menjadi dingin dan membuat Nabi Ibrahim selamat adalah Tuhan yang sama tempat kita mengadu saat kita berseru, “Ya Allah tolong aku…”

Sahabat, lautan masalah yang membentang, ancaman singa kehidupan dan api ujian dalam hidup bisa dengan ajaib tunduk dengan kuasa-Nya karena semua tak lain hanya ciptaan-Nya.

Jangan putus asa dengan rahmat-Nya. Jangan kecilkan kuasa-Nya. Hadapi masalah sebesar apapun dengan gagah berani. Jangan pernah mengeluhkan kepada Allah betapa besar masalahmu tapi pandang masalah itu dalam-dalam dan katakan dengan lantanh bahwa kau punya Tuhan Yang Maha Besar yang bisa menundukkan semua. Ya, semuanya…

Kuncinya tawakal total. Maka saksikan bagaimana Dia bekerja.


Walibi, 5 Agustus 2025

18.06

Sambil ngasuh anak-anak liburan musim panas

Wednesday, July 30, 2025

 Know that it’s necessary to experience certain degree of sadness, so we return to God the Almighty, seek refuge and appeal for help whenever we feel helpless.

***

Manusia memang cenderung lalai jika diuji dengan kenikmatan.

Dan apabila Kami memberikan nikmat kepada manusia, ia berpaling dan menjauhkan diri; tetapi apabila ia ditimpa malapetaka, maka ia banyak berdoa.

QS Fushshilat : 51



London, UK

Life is a constant change, accept it.

 Just observe.

Save your energy, no need to overreact.

Life is a series of fleeting moments.

It’s a constant change.

Feelings changed, things changed, circumstances changed.

Everything’s changed.

Accept this transient nature of existence and find the joy in the simple moments. The beauty in seemingly ordinary things. And find out that how these small moments can be incredibly meaningful when we are fully present to experience them.



On a flight back from London to Amsterdam 

Tuesday, July 29, 2025

Saat hati tidak tenang

 “…Dan qalb menjadi muthmainnah bil iman” QS 16:106


Jadi kekhawatiran, kecemasan, kegelisahan dan hal-hal yang tidak menenangkan berasal dari kegelapan di dalam hati. Cahayanya sedang tertutup dosa. Obatnya banyak istighfar…

Monday, July 28, 2025

Because life is perfect

 Somehow, through all the pain and questioning, we don’t find answers so much as we find a deeper kind of faith amd that is actually enough.

Because life is perfect as it is. 

Our sacred duty is to see its perfection in every single stage of it.



Abcoude, Amsterdam.

Embracing uncertainty in life

 Embracing the dance of the uncertainty in life.

For uncertainty plays a crucial note in the grand symphony of life.

It humbles us and shapes us into a being who surrender.

Somehow, there is something freeing in embracing the unknown.

And that, i think, is the way to experience the Divine power within.



Gein, Amsterdam

Just keep walking

 The path can be very messy, hard and probably not the way you you had imagine it at all.

I bet at some point you will get tired and just want go quit.

But if you are being honest to yourself, it’s the only thing that you have ever wanted to.

So, take a deep breath.

Feel the joy of being alive!

Keep walking.

And that’s enough.



Efteling, the Netherlands

Pray. Trust. Wait

 Pray. Trust. Wait.

Cherish every moment.



Gorinchem, the Netherlands.

In the midst of the uncertainties…Alhamdulillah

Embracing difficult times

 In difficult times. That’s where we grow the most.



Efteling amusement park, the Netherlands.

First days out with my two boys🥰


This is life

 At the emd of the day everyone will leave

Love whom you will but know that one day you will be separated from that person”

Hadith Qudsiy



Abcoude, Amsterdam

 Just trust the journey.

It will get wild sometimes, but like the river. It always knows its way to the ocean.

Datanglah kepada-Ku dengan suka cita atau terpaksa”

QS Fushshilat: 11



Paris, 2025

Just trust Allah and be patient

 Trust the light you cannot yet see.

Mereka itulah orang yang dibalas dengan martabat yang tinggi (dalam surga) karena kesabaran mereka dan mereka disambut dengan penghormatan dan ucala  selamat di dalamnya.” QS Al Furqan: 75





A new beginning

 When the earth shakes and foundations crumbles.

That is the moment when our light is called to rise up.

***

“And suddenly you know. It’s time to start something new and trust the magic of beginnings.”

- Meister Eckhart




Life is hard sometimes

 Life is hard sometimes.

And we need to keep going no matter how broken we feel inside. 

But we persevere. That is a miracle of being human.

There is an invisible string from Above that keeps us going.

We persevere…




Tidak Ada Yang Sia-sia

 Semua yang terjadi adalah dengan kehendak-Nya.

Dan jika Allah menghendaki sesuatu pasti dengan ilmu-Nya.

Pasti ada hikmah dan pembelajaran di dalamnya.

Pasti ada sesuatu yang menumbuhkan jiwa kita.

Jadi jangan sesali pernikahan yang kandas.

Jangan benci tempat kerja lama yang tidak kita sukai.

Jangan tolak mentah-mentah keadaan yang kita anggap sulit, lambat, atau gagal.

Semua adalah bagian dari kehidupan.

Karena manusia itu kalau senang terus atau berhasil terus hidupnya dia cenderung lupa diri dan lupa Dia.

Terima dengan senyum dan alhamdulillah.

Agar pelajarannya bisa kita dapatkan. Agar kita makin mengenal diri kita, karena bagaimanapun itu sudah menjadi bagian dari kisah hidup pribadi. Dan mengenal diri adalah kunci untuk mengenal Rabb. Ingat, nanti di alam barzakh kita harus menjawab pertanyaan “Man Rabbuka?” - “Siapa Rabbmu?”


Amsterdam, Selasa 5.37 pagi 29 Juli 2025

Pagi yang dingin di musim panas. Di masa liburan anak-anak

Wednesday, July 16, 2025

Mengubah musuh menjadi teman

 Menghadapi orang yang menyebalkan, kasar kalau bicara dan perilakunya tidak menyenangkan adalah sebuah keniscayaan dalam hidup. Pasti ada dan Allah pertemukan dengan orang-orang yang seperti ini. Seseorang yang kita cenderung emoh menghadapinya. Padahal berinteraksi dengan orang semacam ini justru akan memperkuat jiwa kita dengan kualitas sabar, pemaaf, penyayang dll.

Kalau orang seperti kita temui sesekali atau bahkan random stranger yang beririsan dengan kita sekali saja, mungkin agak mendingan. Tapi bagaimana kalau orang ini kita temui hampir setiap hari di tempat kerja atau bahkan serumah? 

Perintah Allah adalah “do good anyway”. Al Quran memberi panduan,

 Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia.” (QS. Fussilat: 34)

Jadi kuncinya balas keburukan dengan kebaikan. Dan ini tidak mudah, karena manusia cenderung ingin balas dendam. Kalau disakiti ingin menyakiti balik. Kalau ditampar pipi kanan boro-boro memberi pipi kiri, yang ada pengen nabok balik. Lebih keras kalau perlu biar tahu rasa dia. Iya kan…itulah hawa nafsu manusia. Astagfirullah.

Ceritanya, saya punya pengalaman menghadapi rekan kerja yang menyebalkan. Ternyata bukan hanya saya yang berpendapat demikian tentang dia. Hampir semua (kalau tidak semua) orang di kantor berpendapat yang sama. Sedemikian rupa sampai kita punya julukan khusus untuk dia. Kasihan sebenarnya.

Nah, dua minggu terakhir tampak rekan kerja yang menyebalkan itu agak berkurang derajat menyebalkannya. Dia mulai melunak dan sedikit jadi baik. Ternyata dia punya masalah di rumah tangganya, saking beratnya sampai berdampak ke kesehatan dirinya. Pernah satu malam saya kerja bareng dan dia tampak kesakitan. Saya bilang, “just take your time and sit down at the office, i will take care of this”. Saya kerja double untuk dia sejak malam itu. Dua hari kemudian dia tidak masuk sama sekali dan harus periksa ke dokter. Tampaknya dia benar-benar tumbang. Saya kirim pesan sama dia setiap hari, menanyakan kabarnya dan menulis kata-kata penyemangat. Di saat yang sama, rekan-rekan kerja bahkan salah satu boss kami bahkan tidak percaya bahwa dia benar-benar sakit. Saking tidak baiknya reputasi dia di kantor. Dan saya bela dia sambil mengatakan bahwa saya betul-betul melihat dia kesakitan malam itu.

Walaupun dia menyebalkan and i don’t really consider her as friend, i try to be kind anyway. Belajar dari akhlak Rasulullah SAW yang luar biasa pengasih dalam menghadapi orang-orang yang memusuhinya. Dan hal yang menakjubkan memang terjadi ketina kita menghadapi manusia dengan kasih sayang. Hari ini dia mengirim serentetan pesan yang berbunga-bunga dan menyatakan terima kasih. Saya tersenyum membacanya dan jadi teringat ayat surat Fushshilat tadi. Betapa mencengangkannya hati manusia. Dia bisa berubah cepat dengan izin-Nya. 

Alhamdulillah ya Allah. Lesson learned.

Be kind anyway. Do good anyway.😊🙏🏻


Tuesday, July 8, 2025

JEJAK LUKA MASA KECIL

 Anak muda ini bagus sebenarnya kalau kerja hanya saja dia kerap berkonflik baik dengan pelanggan atau dengan sesama rekan kerja. Saya perhatikan pencetusnya hal-hal yang 'sepele'. Rekannya bertanya sesuatu dan dia akan cenderung menjawab dengan ketus atau bahkan "nyolot". Nah, kalau pas ketemu karakter api lagi udah deh saling teriak satu sama lain. Sedemikian rupa saya harus melerai mereka dan membawa mereka ke dalam kantor. 

Malam ini terjadi lagi. Dia terlibat adu mulut tidak hanya dengan pelanggan tapi juga dengan rekan kerjanya. Sedemikian memanas situasinya hingga ia mengeluarkan kata-kata kasar yang saya tidak bisa terima. Saya panggil anak muda ini secara pribadi ke kantor untuk bicara empat mata. Saya ungkapkan bahwa kelakuannya berkata-kata kasar seperti itu tidak bisa diterima dan jika ia tidak bisa menahan dirinya lebih baik pulang saat itu juga. 

Dia terdiam. Lalu mencoba menjelaskan apa yang terjadi dengan seribu satu jurus. Dan dia mulai bicara tergagap-gagap. Saya perhatikan dia mulai begitu kalau stress. Dan dia pun mulai meracau bicara ngga karuan hingga saya harus stop. Sambil memegang dadanya.

"Listen, i know you meant well. I know you are a good person. And i'm sure you didn't mean what you say. I know you. You can do much better than this. What's happened?"

Dia terdiam beberapa saat. Lalu mulai memalingkan wajahnya. Tampak bulir-bulir air mata mengalir di pipinya.

"My mom always so hard on me. She beats me if i misbehave. She will say nasty things to me. I feel like no matter what i do, i can never be good enough for her..." Dia pun tenggelam dalam tangisannya.

Saya terdiam. Memberinya ruang untuk mengeluarkan semua unek-uneknya.

Malam itu saya menyaksikan bagaimana luka yang ditorehkan oleh orang tua bisa berdampak sedemikian rupa dalam performa kerja seseorang. Anak muda ini seorang pekerja keras. Akan tetapi jika ia ada dalam situasi dimana orang lain bicara agak keras atau seperti memberikan tekanan kepadanya, maka seluruh sel memori dalam dirinya seperti teraktivasi dan cenderung memberikan defense mechanism dengan tindakan dan kata-kata yang agresif. Sesuatu yang dia pelajari dari orang tuanya. Dia tidak pernah belajar cara lain untuk mengatasi situasi yang tidak menyenangkan seperti itu. It's the only coping mechanism that he knows. 

"Do you want to learn other was to deal with such situation?" tanya saya kepadanya.

Tangisnya mulai reda dan dia mulai tampak lebih tenang hingga ada dalam posisi untuk bisa mendengarkan. 

Dia mulai belajar untuk tenang menghadapi situasi yang dirasa menekannya. Tentu dibutuhkan waktu untuk mengganti pola yang sudah terbiasa dilakukan berpuluh tahun lamanya. Tapi setidaknya dia mulai berubah. 

Pelajaran buat kita orang tua. Jangan sampai emosi kita menoreh luka di hati anak-anak kita. Kalaupun sudah terjadi, istighfar banyak-banyak dan minta supaya Allah mengganti sayyiah yang sudah terlanjut kita tularkan kepada anak-anak itu supaya diganti dengan hasanah. Dia Maha Kuasa. 

Pelajaran lain buat saya, saat berhadapan dengan seseorang yang tingkah lakunya demikian menyebalkan. Lagi-lagi, luangkanlah waktu untuk bicara dari hati ke hati. Timing is of essence. Karena kalau orang itu belum siap tidak akan bisa terbuka. Meanwhile, be like an ocean. It remains pure even when it receive such polluted streams.[]

Amsterdam, 8 Juli 2025 

11.04

Di sela-sela penerjemahan Kitab Nabi Daniel di perpustakaan Reigerbos

Monday, July 7, 2025

Mulang Tarima

 "Mulang tarima" adalah istilah dalam Bahasa Sunda yang artinya membalas jasa. Biasanya kita kaitkan dengan seorang anak yang ingin membalas pengorbanan dan kasih sayang orang tua dalam membesarkannya, yaitu dengan apapun yang bisa diberikan dan membahagiakannya. Walaupun sebenarnya seorang anak tidak akan pernah bisa membalas kasih sayang orang tua dalam bentuk materi, kalaupun ia memiliki tujuh bumi dan segala isinya. Kasih sayang orang tua itu tidak bisa dipadankan dengan sesuatu yang bersifat material dunia. Namun agama memberi panduan, bahwa ada cara untuk membalas kasih sayang mereka yaitu dengan membebaskan mereka dari perbudakan hawa nafsunya. Agar jiwanya merdeka. Itulah syarat untuk berjalan di shiraathal mustaqiim. Merdeka dari hawa nafsunya. Agar orang  tua kita menjadi hamba-hamba yang dilimpahi dengan nikmat-Nya. 

Seorang anak yang baik akan cenderung membahagiakan orang tuanya. Tak terlepas dari kolega saya, katakanlah namanya Ano, seorang perempuan paruh baya dari Ghana. Dia baru saja kehilangan ibunya beberapa minggu lalu. Beberapa setelah kabar kewafatan ibunya saya lihat dia sudah kembali bekerja, walau saya dapati beberapa kali matanya sembab. Saya panggil dia untuk bicara empat mata. 

"How are you Ano?"

"I'm sad Tessa..."

"I can see that. Of course you need time to grief."

(Saya lalu peluk dia dan membiarkan dirinya menangis sesenggukan di bahu saya)

"But Ano, why don't you take several day off so that you can give yourself time to grief?"

"Tessa, you know my contract, i won't get money if i don't make hour. I need to bury my mother."

Hah? Saya kaget. Beliau perlu uang untuk mengubur ibunya yang telah meninggal beberapa hari yang lalu. Rupanya di Ghana biaya pemakaman dan semua ritualnya tidak murah, rata-rata butuh 5000-an USD bahkan bisa lebih untuk melaksanakan prosesi pemakaman dan sebagian besar dana itu biasanya ditanggung oleh anak-anaknya. Sebagai anak tertua, Ano merasa bertanggung jawab untuk bisa segera memakamkan ibunya. Makanya dia kerja keras hingga mengumpulkan cukup uang demi bisa memakamkan ibunya dengan layak.

Wow, saya geleng-geleng kepala. Untung ya di dalam Islam kita tidak dibebani biaya yang mahal untuk menguburkan jenazah. Bahkan dibantu oleh para saudara kita. Sebab secara hukum, jenazah orang yang meninggal harus sesegera mungkin dikebumikan. 

Kisah Ano adalah salah satu dari kisah perjuangan seorang anak untuk membahagiakan orang tuanya, bahkan sampai ke titik akhir dari perjalanan jasadnya. Namun sebenarnya, perjalanan di barzakh adalah perjalanan yang panjang, kadang kita sebagai anak lupa bahwa orang tua kita yang telah tiada justru membutuhkan 'nafkah' dari kita melebihi saat mereka masih hidup di dunia. Kita sering lupa berdoa bagi mereka. Sering lupa mengirim hadiah bagi perjalanan mereka di alam barzakh. Dalam sebuah hadits dikisahkan bahwa setiap hari Jum'at para penghuni alam kubur dibebaskan untuk bisa mengunjungi sanak saudara yang masih hidup. Sebagian kita mungkin tidak merasakan atau tidak menyadari kehadiran mereka. Akan tetapi usahakan di hari itu kita lakukan doa khusus, mengaji khusus atau kalau perlu berinfaq khusus atas nama mereka, agar saat mereka pulang kembali ke tempat kediamannnya masing-masing di alam barzakh tidak dalam keadaaan tangan hampa. Itulah bentuk mulang tarima yang indah dan menakjubkan bagi segala limpahan kasih sayang dan perlindungannya kepada kita semasa kecil. 

Al Fatihah untuk kedua orang tua kita.


Amsterdam, 7 Juli 2025

15.13 sore. Saat anak-anak sudah mulai kembali dari sekolah dan rumah mulai ramai dengan suara canda tawa mereka. 

THE ILLUSION OF POWERLESSNESS

 Saya senang memerhatikan kisah hidup seseorang. 

Kadang saya bisa asyik ngobrol lama dengan "random stranger" yang tiba-tiba terbuka dan menceritakan kisah hidupnya yang luar biasa. Saya mengagumi kisah hidup setiap orang karena setiap detilnya adalah tulisan tangan Yang Maha Kuasa. Dan Allah tidak pernah berbuat sesuatu yang sia-sia, selalu ada pelajaran yang melimpah dalam setiap takdir kehidupan yang Dia izinkan ada. 

Kalau saya perhatikan, banyak titik balik seseorang untuk kemudian menapaki jalan kembali dan bertaubat kepada Allah setelah yang bersangkutan dihadapkan dengan sebuah situasi hidup yang dia tidak dibuat berdaya disana. It's when you become powerless. 

Itu adalah saat kita kehilangan orang yang kita cintai baik melalui kematian atau perpisahan. Saat ketika orang dekat kita harus menjalani sakit berat sekian lama. Saat ketika usaha atau bisnis yang kita andalkan sebagai sumber penghidupan kita harus gulung tikar oleh berbagai sebab. Apapun itu, Allah tidak pernah kehilangan cara untuk membuat hamba-Nya fakir. 

Sesuatu yang oleh orang banyak dipandang sebagai sebuah tragedi atau kegagalan dalam kehidupan, ternyata di sisi lain adalah sebuah rahmat-Nya yang luar biasa, yang tanpa mengalami itu seseorang hanya berkutat di dunia fana yang akan dia tinggalkan suatu saat dan lalai untuk berbekal mempersiapkan akhiratnya. 

Inilah pentingnya mempelajari Al Quran sebagai panduan kehidupan. Karena semua kaidah dalam menghadapi pernak-pernik kehidupan ada di dalamnya. Agar kita tidak terlampau sedih dengan apa yang luput dari kita dan terlampau bahagia hingga lupa daratan akan apa yang kita dapatkan di saat ini. 

Jadi, sahabat. Manakala kita berada dalam kondisi tidak berdaya. Whenever you feel powerless, know that it is actually a moment when you'll find your true strength. Just be patient and have faith to Allah.[]

Amsterdam, 7 Juli 2025

Senin, one of my favourite day of the week. 13.27. Di musim panas yang mendung dan berangin kencang. 

Monday, June 9, 2025

 Perbudakan Zaman Ini


Ternyata isu perbudakan masih merupakan hal yang relevan di saat ini.

Memang fenomenanya bukan berwujud orang yang dirantai dengan belenggu besi dan dipaksa mengerjakan hal yang diinginkan oleh yang memperbudak. Belenggu perbudakan zaman sekarang lebih canggih, ia tak nampak tapi mengikat dengan sangat kuat. Kasat mata, sehingga yang diperbudak pun tidak sadar bahwa dirinya tengah diperbudak.

Belenggu-belenggu itu bisa berupa keinginan-keinginan yang melampaui kapasitas dirinya. Sedemikian rupa sehingga ia memaksakan diri menjadi seperti apa yang dia inginkan, walaupun harus menjalani kehidupan dengan berjinjit atau memakai topeng agar dianggap hebat oleh manusia.

Belenggu itu bisa berupa harapan-harapan yang tak pada tempatnya dari keluarga atau orang sekitarnya yang dia pandang begitu penting pendapatnya. Sedemikian rupa hingga mempengaruhi keputusannya dalam mencari jodoh, memilih jurusan kuliah, atau menetapkan pekerjaan tertentu.

Belenggu itu bisa berupa kejadian-kejadian di masa lalu yang suram yang belum tuntas diproses dengan tuntunan Allah. Sedemikian rupa hingga mewarnai karakter dirinya.

Manusia ternyata banyak yang tidak merdeka. Diperbudak oleh sekian rantai persoalan. Lupa bahwa mereka punya Tuhan. Lalai merenungi bahwa setiap hal yang menimpa dirinya betul-betul hanya dari Allah Ta'ala. Dzat yang tidak pernah menzalimi ciptaan-Nya bahkan sebutir atom pun.

Siang malam manusia hanya bertarung dan disibukkan dengan fenomena lahiriyah dan menghabiskan energi, kapasitas dan sisa usianya untuk membangun istana pasir di tepi pantai. Hanya menunggu waktu ia hilang dihempas oleh ombak kematian.

Manusia menjadi terbelenggu di dunia. Lupa atas kapasitas dirinya yang berpotensi sebagai insan kamil, manusia sempurna yang memiliki raga, jiwa dan ruh. Yang dengannya ia mestinya bisa menjadi orang yang merdeka. Terbang tinggi ke alam keabadian melalui apapun anak tangga di bumi dimana dia ditempatkan.

"Engkau punya sepasang sayap (jiwa) untuk terbang, mengapa memilih untuk merangkak?" - Jalaluddin Rumi

Amsterdam, Senin 9 Juni 2025, libur hari kedua paskah di musim semi yang cerah