Feelings constantly changing. One time you feel sad. The next moment you can smile. Feelings don’t last. That’s the bittersweet part about life. So that we learn to be grateful and be patient for whatever we have. Acknowledging these fluctuations as part of growth and learning to understand your internal responses, rather than being controlled by them, is key.
***
Jangan terlalu hanyut dalam perasaan. Sedih, gembira, marah, tenang, semua datang silih berganti dalam hidup. Karena hidup terus mengalir seperti air sungai, kita tidak pernah menginjak air yang sama setiap saatnya. Rangkul semua emosi itu dengan ikhlas, sakitnya berfungsi membersihkan hati dan bahagianya mestinya menjadikan kita lebih mensyukuri kehidupan ini.
It’s okay to be sad. It’s okay to cry. It’s part of life.
Asal jangan berkepanjangan hingga kehilangan kesempatan mengagumi pemberian Allah lain yang tak terhitung itu jumlahnya. Jalani terus kehidupan satu demi satu langkah. Satu demi satu nafas. Beranjak dari satu saat shalat ke saat shalat lainnya. Fokus berdzikir kepada-Nya agar perasaan itu tidak mencuri perhatian kita dari beribadah kepada-Nya.
Dan ingat, kita dulunya adalah entitas tak bernama yang tak memiliki apapun. Jadi sesuatu yang kita tangisi dan dukakan kepergiannya itu mestinya tidak boleh begitu membelenggu hati kita hingga kita seolah tidak bisa hidup tanpanya. Itu sudah tanda kita diperbudak oleh sesuatu selain Allah. Istighfar. Barangkali kita memang sudah menuhankan sesuatu selain Allah itu selama ini dan biarlah rasa sakit ini kita persembahkan untuk menebus kelalaian selama ini. Agar kita pulang bersih hati. Husnul khotimah. Aamiin…
Amsterdam, jeda istirahat di KFC, Jumat 5 Desember 2025 jam 20.18 malam.

No comments:
Post a Comment