Monday, December 15, 2025

Allah ingin agar kita bahagia

 Because life is meant to be lived

***

Allah Ta’ala adalah Dzat Yang Maha Pemurah. Dia menciptakan manusia semata-mata untuk menganugerahkan karunia-Nya karena toh Dia tak butuh sujud dan sembah kita. Jikalau segenap makhluk sedunia tunduk memuja-Nya tak akan menambah seatom pun kemuliaan-Nya. Sebaliknya jika seantero ciptaan mencaci-Nya tak akan mengurangi sehelai rambut pun ketinggian-Nya. Dia adalah Dzat Yang terlepas dari makhluk dan tak bergantung pada apapun. 

Kita diberi kehidupan untuk mengenal-Nya. Sebuah perjalanan panjang bagi setetes air untuk mengenal sesamudera ilmu-Nya yang masih bisa dimanifestasikan. Maka kehidupan dunia baru etape ketiga dari sebuah perjalanan panjang itu. Ibnu ‘Arabi menyebut etape pertama kehidupan di alam (mawthin) Alastu, sebuah alam penyaksian tentang Rabb. 

“Alastu birabbikum? (Bukankah Aku Rabbmu)?”

Tanya Allah. Dan setiap jiwa manusia dari awal hingga jiwa yang akan turun nanti di dekat akhir zaman bersaksi,

“Balaa syahidna.(Benar, kami menyaksikan)”

Maka hidup sebenarnya adalah serangkaian penyaksian dari segenap pertolongan Allah dan bagaimana Allah memperkenalkan Diri-Nya melalui manifestasi asma, perbuatan (af’al) dan sifatnya.  Itu intinya. Agar kita tidak terlampau larut dan tenggelam dalam dinamika dunia yang selalu berubah. Agar kita tak terlalu berduka dengan apa yang luput dalam hidup. Dan pun tak lupa diri saat mendapat keluangan.

Hidup itu mestinya dinikmati. Sakit dan enaknya. Lapang dan sempitnya. Tawa dan tangisnya. Semua hal itu dipergantikan seperti bergantinya siang-malam. Itu yang membuat jiwa kita hidup. Mestinya.

Amsterdam, 15 Desember 2025, pukul 20.39 malam di KFC




No comments:

Post a Comment