Wednesday, October 9, 2024

Menemukan Kebahagiaan

 "Orang hanya akan bahagia jika menemukan hal yang pas dengan dirinya"

- Zamzam AJ Tanuwijaya, Mursyid Thariqah Qudusiyah


Selama berabad-abad lamanya orang menafsirkan kebahagiaan. Beragam konsep dan teori serta metode dicoba dikembangkan untuk membuat orang bahagia. Bermacam produk dan hiburan tertentu diluncurkan untuk membuat manusia bahagia. Tapi kenapa kenyataannya tidak sedikit orang yang merasa tidak bahagia bahkan dirinya merasa menjalani kesengsaraan hidup?

Konsep bahagia dalam Al Quran tersemat dalam kata "thayyibah", dimana akar kata yang sama diulang sebanyak 50 kali dalam berbagai ayat yang tersebar di dalam Al Quran. "Thayyib" terkait dengan konsep diri, karena yang dinamakan bahagia adalah ketika kita menemukan, bekerja, berkecimpung dalam hal yang pas bagi diri kita yang hakiki. Yaitu sang jiwa. Hati yang akan mengenali. Bukan kecocokan semu yang diukur dari hawa nafsu atau syahwat kita. Sangat halus memang pada pelaksanaannya, akan tetapi semakin kita mengasah hati dengan dzikir, hal-hal yang halus akan semakin teraba keberadaannya. Mengapa hati perlu diasah ? Agar dia mampu menerima petunjuk Allah.

"...siapa beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya..."

- QS Ath Thaghabuun [64]:11

Tuntunan Allah itu yang akan memandu kita menemukan pasangan yang pas, pekerjaan yang pas, makanan yang pas, baju yang pas, hiburan yang pas, rumah yang pas dan lain-lain kebutuhan kita di dunia ini. Karena siapa yang lebih mengetahui apa yang paling pas buat kita selain Sang Pencipta kita sendiri. Masuk akal bukan?

Maka, absurd kiranya mencoba meraih kebahagiaan dengan melupakan Tuhan dan tidak melibatkan Dia dalam proses meraihnya. Yang ada orang hanya akan terapung-apung dalam samudera ketidakpastian dan tanpa arah. Merasa bahagia, tapi sebenarnya hanya membekukan perasaan sedih saja atau denial - mendustakannya, berpura-pura hal itu tidak ada. Karena bahagia bukan sekadar tidak merasa sakit. Dan orang hanya akan berlomba-lomba menenggak pain killer atau melakukan apapun yang bisa mengalihkan rasa sakitnya, rasa sepinya, rasa hampanya dan deritanya. Justru kebahagiaan hanya bisa diraih setelah kita berhadapan dengan semua aspek kegelapan diri, itu satu-satunya jalan untuk menjelang cahaya kebahagiaan. Sebuah kebahagiaan yang tidak lagi terikat oleh sebab-akibat, tidak lagi tergantung oleh keberadaan sesuatu atau seseorang yang akan selalu datang dan pergi. Sebuah kebahagiaan yang menjejak dalam di hati sanubari, bukan sekadar angin lalu yang mudah disapu oleh perubahan waktu. 

Bahagia yang kita cari adalah thayyibah, sesuatu yang berakar pada pengetahuan tentang siapa diri kita. Dan pengetahuan diri itu yang akan menuntun kita untuk semakin mengenal-Nya. Sang Pencipta kita. Cinta pertama kita...


Amsterdam, 9 Oktober 2024 / 6 Rabi'ul Akhir 1446 H

10.17 pagi, saat anak-anak sekolah di musim gugur yang mulai dingin.

No comments:

Post a Comment