Kenapa takut untuk menyendiri?
Kenapa sedih jika kita merasa sendiri?
Mungkin karena kita sudah terbiasa bersama-sama dengan seseorang, dilingkup keramaian keluarga atau teman-teman setiap hari hingga kita lupa bagaimana rasanya untuk menjalani hidup sendiri.
Padahal, kita datang ke dunia ini sendiri. Kita pun akan pergi dari dunia ini sendiri. Kita akan dikubur sendiri. Kita akan mempertanggungjawabkan semuanya sendiri. Dan selain itu banyak keutamaan dalam beribadah sendiri, selain fakta bahwa shalat berjamaah lebih baik 27 derajat. Akan tetapi shalat-shalat sunnah terutama tahajjud dilakukan sendiri agar kita punya ruang privasi bersama Allah Ta'ala. Puncak dari ibadah haji yang berupa wukuf di Padang 'Arafah pun pada hakikatnya melakukan perenungan sendiri. Itu kenapa istilahnya "wukuf", berhenti sejenak dari hiruk pikuk dan riuh rendah dunia. Menyenderi hanya bersama Allah Ta'ala di padang yang artinya "Padang Pengenalan". Karena butuh ruang perenungan yang dalam untuk mengenal diri dan kehidupan yang Dia tetapkan agar kita bisa mulai mengenal siapa Dia Ta'ala.
Jadi, memang kita membutuhkan ruang hening dan area privasinya masing-masing. Itu sehat. Agar kita punya kesempatan untuk meraba dan membaca diri, melakukan perenungan akan arah hidup dan hal-hal yang membuat kita menjadi lebih memaknai anugerah kehidupan ini.
Jangan kaget kalau kita dibuat menyendiri dalam kehidupan. Tiba-tiba anak-anak beranjak dewasa dan jarang di rumah, pasangan punya kesibukannya masing-masing, teman-teman tiba-tiba tidak ada yang mengajak kumpul-kumpul. Justru bagi seorang pencari Allah, saat-saat kita dibuat sepi dari semua kegiatan sosialita itulah saat ketika Dia memanggil kita. Seperti kata Jalaluddin Rumi,
"Manakalah kau sedang sendiri, ingatkan dirimu sendiri bahwa Tuhan telah membuat orang-orang pergi darimu agar hanya ada dirimu dan Diri-Nya."
1 Januari 2025 pukul 00.52
Dari lantai 10 Fletcher Wellness Hotel Leiden, masih terdengar suara deru kembang api dan petasan bersahut-sahutan :)
No comments:
Post a Comment