Monday, December 30, 2024

Yakin Rezeki Sudah Allah Jamin?

 Salah satu hal yang kerap membuat pusing manusia, rumah tangga retak, kekeluargaan rusak, persahabatan putus dan tak jarang perang dalam berbagai skala bisa berkecamuk, yaitu perkara duit atau rezeki. Yes, it's all 'bout the money. It's all 'bout the dum dum da da dum dum.

Tapi, kalau kita benar-benar orang yang beragama, sebenarnya tidak perlu dibuat susah oleh masalah rezeki ini, banyak hal dalam khazanah agama memberikan panduan bagaimana kita menyikapi kehidupan berkaitan dengan masalah rezeki ini, misalkan dalam Al Quran surat Al A'raaf [7]:96

“Andai penduduk suatu negeri itu beriman dan bertaqwa kepada Allah, maka Allah akan menurunkan rezeki dari langitnya dan barokah yang datang dari bumi” 

Nabi SAW bersabda, "Sesungguhnya ruhul qudus telah membisikkan ke dalam jiwaku bahwa setiap jiwa tidak akan mati sampai sempurna ajalnya dan dia habiskan semua jatah rezekinya. Karena itu bertaqwalah kepada Allah dan perbaguslah cara dalam mengais rezeki. Jangan sampai tertundanya rezeki mendorong kalian untuk mencarinya dengan cara bermaksiat kepada Allah. Karena rezeki di sisi Allah tidak akan diperoleh kecuali dengan taat kepada-Nya." 

Dan banyak lagi keterangan serupa yang menegaskan bahwa rezeki itu dijamin oleh Allah dan kita tahu itu tapi toh ketika kita berhadapan dengan kesempitan kehidupan hati kita masih tetap berguncang, tidak yakin bahwa Allah akan menjamin. Yang ada kita panik mencari solusi-solusi horizontal, kalau perlu pinjam sana-sini, tak peduli bunganya tak masuk akal. Kita seperti kehilangan akal sehat saat berhadapan dengan himpitan kehidupan dan melupakan Allah. Padahal kalau tenang saja menghadapinya, maka pintu-pintu penyelesaian masalah akan terbuka dan Dia akan bekerja sesuai dengan janji-Nya. Dan sungguh Allah adalah Dzat yang selalu memenuhi janji-Nya. 

Saya kerap mendengar penuturan langsung dari seorang ibu yang ditinggal suaminya, entah karena suaminya meninggal atau pergi meninggalkan dia dan anak-anak untuk perempuan lain. Di awal waktu ibu itu dalam keadaan tidak berdaya, tidak punya penghasilan sedangkan anak masih kecil semua. Selama bertahun-tahun ada yang bekerja dengan berjualan makanan di depan rumah, ada yang pulang ke kampung halaman dan berusaha menapaki kehidupan baru dari nol. Tapi semuanya memberi kesaksian setelah belasan tahun berselang dan anak-anak sudah lulus kuliah dan bekerja. Beberapa ada yang sudah memiliki 7 cucu. Ternyata life goes on. Ibu dan anak-anak tidak binasa walaupun pada saat itu tidak ada bayangan bagaimana mencukup kebutuhan sehari-hari. Mereka menjalani kehidupan hari ke hari dan menyaksikan bagaimana Sang Maha Pemberi Rezeki, Allah Ta'ala bekerja. Ada saja rezekinya, tak ada yang sampai mati kelaparan. 

Jadi, apapun ketakutan yang ada di benak kita itu sama sekali tak beralasan. Itu adalah cerita yang kita kreasi dari sebuah ketakutan yang tak pada tempatnya dan tidak produktif dikuasai oleh ketakutan seperti itu. Lebih baik tenang, berdoa, dan berikhtiar dengan apa-apa yang Dia mudahkan dan disampaikan di semesta kita masing-masing. One day at a time. Tidak perlu mengkhawatirkan esok hari atau minggu depan apalagi bulan depan. Itu masih gaib. Dan orang beriman mestinya lebih percaya dengan rezeki yang ada di tangan Allah - yang memang tidak kelihatan - dibanding sekadar rezeki yang ada di rekening kita. Itulah cara mengenal Dia sebagai Rabb. Ketika tak ada satu makhluk pun yang terlibat dan kita melihat keajaiban demi keajaiban sekecil dan sesederhana apapun terjadi dalam hidup. Hanya dengan itu kita bisa memuja-Nya dan beribadah kepada-Nya dengan sebuah ubudiyah dan tingkat ihsan yang lebih dalam. Karena kita makin mengenal Dia lewat pengalaman hidup itu. Dan tidaklah seseorang mengenal-Nya melainkan dia akan semakin mencintai dan takjub kepada-Nya.[]

Leiden, 31 Desember 2024

1.36 dini hari



No comments:

Post a Comment