Tuesday, October 25, 2016

Mengatasi Rasa Minder atau Sombong

Akar dari semua kejahatan adalah ketamakan, artinya jika dalam hati seseorang tidak ada sifat tamak maka tidak akan tumbuh kejahatan lain seperti ketamakan terhadap jabatan, kehormatan, ketenaran, harta dan lain-lain.

Ketika Iblis menolak untuk sujud kepada Adam as adalah suatu bentuk ketamakan karena Iblis merasa lebih baik darinya. Demikian pun manusia, kadang ia ingin menjadi yang paling pintar, paling kaya, paling banyak koleksinya, yang paling kuat, paling hebat, serta dianggap serba bisa.

Adapun menyadari bahwa setiap orang memiliki misi hidup yang berkaitan dengan kadar diri masing-masing adalah solusi yang luar biasa terhadap penyakit hati yang satu ini. Dengan kesadaran bahwa setiap manusia adalah berharga dan tidak ada manusia kelas dua di dunia ini karena masing-masing kita menyimpan potensi di dalam jiwa yang sangat luhur. Maka tidak pada tempatnya seseorang merasa lebih baik daripada yang lain, sebaliknya tidak layak juga seseorang merasa minder dan rendah diri seraya mematut dirinya selalu merasa kurang dibandingkan dengan yang lain.

(Adaptasi dari Kajian Kitab Al Hikam yang disampaikan oleh Zamzam AJT, Mursyid Penerus Thariqah Kadisiyah, 19 Juni 2016)

Monday, October 24, 2016

Sabar Boleh Mengeluh (?)

"Sabar bukan berarti meninggalkan keluhan kepada Allah seraya memohon supaya Ia meringankan dan menjauhkan sebuah ujian.
Sabar berarti sang hamba menahan diri untuk tidak mengeluh kepada apapun selain Dia."
- Syaikh Ibnu 'Arabi
Apabila seorang hamba ditimpa oleh penyakit, musibah atau kesulitan hal itu semata-mata sebuah ajakan agar ia menghadapkan wajah kepada-Nya.
"Sungguh pada hari ini Aku memberi balasan kepada mereka, karena kesabaran mereka;
Sungguh mereka itulah orang-orang yang memperoleh kemenangan."
(QS Al Mu'minuun [23]:111)

Berhala-Berhala Abad 21

144.000 para nabi diturunkan dari masa ke masa, demikian para penyeru yang tak terhitung jumlahnya dan menyeru dengan cara yang telah ditetapkan bagi dirinya masing-masing.
Demikian intens mekanisme pengingatan tersebut, hingga tak kurang manusia diajak mengingat-Nya setidaknya dalam sebuah momen khusus sebanyak lima kali dalam sehari.
Manusia memang mudah lupa dan bisa jadi dibuat lupa. Lupa akan tugas hakikinya, akan makna hidup sebenarnya. Kebanyakan manusia tenggelam dalam samudera dunia yang melenakan ini, mengira bahwa hidup sekadar mengumpulkan harta benda sebanyak-banyaknya, padahal harta benda yang kebanyakan manusia dibuat pontang-panting mencarinya itu sudah ditetapkan kadarnya, demi untuk memenuhi misi hidup mereka masing-masing yang sakral dan bersifat personal.
Para nabi dulu bertarung secara fisik menghancurkan segala jenis berhala, bagaikan Ibrahim yang harus mengangkat kapak dan menebaskannya sedemikian rupa kepada patung-patung berhala. Namun sekarang berhala yang ada menjelma tidak secara fisik akan tetapi di dalam benak dan hati masing-masing.
Segala sesuatu yang menjadi tujuan dan mengkonsumsi sekian banyak waktu, pikiran, perasaan dan energi kita bisa jadi menjadi berhala.
Segala sesuatu yang kita khawatirkan hilangnya dan elu-elukan kedatangannya bisa jadi perwujudan sebuah berhala.
Segala sesuatu yang menguasai keputusan, perilaku dan arah hidup kita bisa jadi datang dari pengaruh berhala dalam diri.
Pada abad ini seseorang mungkin tidak menyembah patung-patung yang berwujud nyata, akan tetapi mereka mengabdikan hidup mereka dalam 'patung-patung' lain yang berupa kenyamanan hidup, karir yang tinggi, ketenaran, kekayaan, keinginan dianggap terpandang di mata manusia, takut miskin, takut dianggap rendah, dan semua tarikan dalam diri yang secara tidak sadar mengendalikan hidup kita, cara pandang kita terhadap dunia dan penyikapan kita terhadap kehidupan.
Sebagaimana berhala zaman dahulu yang mengalihkan manusia dari Tuhan yang sebenarnya, para berhala saat ini pun dengan halus mengalihkan manusia dari tujuan penciptaannya yang sejati, bahwa hidup lebih dari sekedar berkarir, berkeluarga dan mengerjakan sekian hal yang terlihat mulia dan mengagumkan - akan tetapi tidak dengan menyertakan Tuhan di dalamnya.
Berhala-berhala abad 21 tak terjamah oleh senjata materil, ia hanya bisa dijangkau oleh pedang pengetahuan yang benar (haq). Yang dengannya manusia bisa terbebas dari perbudakan di dalam dirinya sendiri dari hawa nafsu dan syahwat, dan hanya dengan itu ia bisa terbebas dan merasakan kebahagiaan yang hakiki.
-----
Cintailah kebenaran dan berjalanlah di dalamnya.
Dan janganlah mendekatinya dengan hati yang mendua
dan jangan menyekutukan diri dengan segala sesuatu yang datang
dari hati yang mendua.
Akan tetapi berjalanlah (dengan kokoh) dalam jalan kebenaran
(Kitab Nabi Idris 92:4)
Dan amal-amal yang tidak menyertakan Allah di dalamnya
akan musnah dari seluruh permukaan bumi.
(Kitab Nabi Idris 94:14b)