Sunday, July 31, 2022

 Antara Riset, Terjemahan dan Sapu


Lho kok sapu? Kayanya ngga nyambung? Tapi percaya atau tidak, begitu saya menggunakan sapu dan tidak dibiarkan idle, anehnya laju riset dan terjemahan kok ya lancar. Sebaliknya, ketika saya mengabaikan sapu dan ngebut di riset dan terjemahan, kecepatannya ngga lebih dari 10 km/jam.

Pelajarannya adalah bahwa kita harus mengerjakan semua yang Allah amanahkan di tangan kita dengan adil. Saya misalkan, sebagai ibu rumah tangga ya punya kewajiban mengurus rumah yang berantakan - si sapu itu tadi digunakan. Setelah selesai, baru lanjut mengerjakan riset dan terjemahan. Sudah beberapa kali saya uji coba, kecepatan dan inspirasinya ternyata berbeda. Aneh memang. Tapi itu kenyataannya.

Manusia kan memang harusnya menjadi rahmatan lil 'alamiin, rahmat bagi semesta alam. Artinya semua aspek terjamah. Tak hanya alam riset dan alam terjemahan. Tak hanya alam kantor dan bisnis. Tak hanya alam dunia maya. Semua alam. Termasuk keluarga, teman, tetangga, semua ada hak-hak tertentu yang harus ditunaikan.

Mengalir dengan harmoni alam.
Hati sambil larut dalam dzikir kepada-Nya.
Semua jadi indah dan bermakna <3

Senin 8.14 pagi yang cerah, 1 Agustus 2022
Nebeng wifi di BnB Almind, Denmark

Wednesday, July 27, 2022

 Kita cenderung merasa aman dan tidak terjebak pada perilaku musyrik.


Merasa tidak menyembah berhala.
Merasa tidak punya jimat ini-itu yang diandalkan kesaktiannya.
Merasa tidak pergi ke dukun.

Tapi hati sebenarnya masih mengandalkan gaji bulanan.
Masih mengandalkan pertolongan manusia.
Masih bersandar pada pujian dan sanjungan dari orang.
Masih berharap balasan jasa baik.
Masih berharap kesaktian dan karomah tertentu.

Kita tidak sadar bahwa ada berhala-berhala lain yang bercokol dalam di dalam hati. Sesuatu yang kita harus istighfari banyak-banyak. Karena ketika hati masih bergantung dan mengandalkan kepada sesuatu selain Allah, secara hakikat itu adalah sebuah tindak kemusyrikan. Menyekutukan selain Allah. Na'udzubillahimindzaalik.

Tuesday, July 26, 2022

 MENYAPIH KETERGANTUNGAN


Seorang bayi terlahir di dunia ini tidak membawa apa-apa.
Semua rezekinya dihadirkan, lahir dan batin.

Kemudian ia tumbuh menjadi dewasa dan menjadi tergantung kepada berbagai hal.
Tergantung kepada orang tua.
Tergantung kepada pasangan.
Tergantung kepada pujian manusia.
Tergantung kepada gaji dan penghasilan tetap.
Tergantung ini dan itu.

Jika ia orang yang Allah rahmati. Maka satu persatu ketergantungan kepada selain-Nya itu akan dilucuti.
Mekanismenya macam-macam.
Hartanya dibuat berkurang, pangkatnya hilang, posisi tingginya di masyarakat dibuat runtuh, tubuhnya dibuat sakit, apapun itu sehingga manusia mulai mendongak ke atas.

Mulai meminta tolong kepada Yang Maha Kuasa.
Mulai menyadari keterbatasan diri.
Mulai mengakui kekuasaan-Nya yang tak terhingga.

Bagai bayi yang meronta saat awal disapih.
Manusia yang diputus dari kebergantungannya akan merasa gelisah dan resah. Hidup terasa sulit dan menghimpit.

Di saat itu, tak ada yang sebenarnya mampu menyejukkan hati kecuali dzikrullah.
"Ingatlah, hanya dengan dzikrullah hati menjadi tenteram" (QS Ar Ra'd:28)

Apapun duka nestapa dunia hanya terjadi sesaat dibanding derita di alam-alam berikutnya.
Ini sebuah pengetahuan tinggi. Bagi siapa yang menyadari. Bahwa kesulitan dan kesempitan yang dia tanggung di dunia ini sungguh sebuah pertolongan besar dari-Nya.

Pada akhirnya, apa-apa yang hilang dari kita akan dikembalikan.
Apa yang belum tercapai akan disampaikan.
Apa yang tak terkabul akan diberikan.

Bagai bayi yang menangis saat ia lapar.
Rezekinya selalu tercukupi.
Itu ayat kehidupan.
Bukti bahwa Dia ada.

Dia yang sebenarnya merawat si bayi, melalui tangan-tangan oran tua dan sekitarnya.
Dan Tuhan yang sama yang merawat kita sejak dalam kandungan sampai lahir dan dewasa sama kuasanya merawat kita sampai kapanpun.

Tali pusar yang memberi makan janin dalam rahim pada hakikatnya selalu ada.
Kehidupan bukanlah sebuah ajang liar tanpa pengaturan Ilahiyah.
Rezeki itu dikadar, itu jika kita beriman pada qadha dan qadar.

Karenanya tak perlu resah dan gelisah masalah pengaturan rezeki.
Baik itu yang berbentuk pekerjaan, rumah, jodoh sekolah anak, sampai rezeki batin seperti ilmu, nur ilmu dsb.
Jika memang kita sudah layak mendapatkannya semua akan berdatangan dengan sendirinya.

Seperti laiknya seorang anak 3 tahun tak mungkin akan diberi hadiah berupa motor. Semua pemberian Tuhan menyesuaikan kemampuan akal yang menerimanya.
Maka tatkala sesuatu karunia belum tiba, jangan salahkan Sang Pemberi hujan, tapi sadari bahwa ada sesuatu yang menahan karunia itu untuk turun.

Sesuatu yang menghalangi rezeki kita adalah ketergantungan-ketergantungan itu sendiri.
Berhala-berhala yang sekian lama bercokol di dalam hati tanpa kita sadari.

Dan Tuhan terlanjur terlalu sayang kepada kita.
Dia hanya ingin melihat kita bahagia. Dengan kebahagiaan yang sebenarnya. Bukan kebahagiaan semu dan palsu dengan beragam berhala yang hanya bersifat sesaat.

Maka satu per satu berhala itu ditiadakan.
Seperti Ibrahim yang membabat habis bermacam patung berhala yang ada di dalam Ka'bah.

Kita tengah disapih. Agar tidak lagi bergantung kepada 'susu'.
Sudah saatnya memakan makanan lain agar pertumbuhan jiwa kita optimal.
Dan sebagaimana halnya sebuah episode penyapihan, akan terasa menyakitkan di awal waktu. Tapi itu hanya sementara. Biarkan si hawa nafsu berteriak sesaat.
Demi kebaikan jiwa kita.
Demi keselamatan hati kita.
Agar kita kembali dengan nafs muthmainnah.
Aamiin <3


Monday, July 25, 2022

 

Semakin berusia semakin menyadari kerentaan diri.

Kalau masih muda biasanya petantang-petenteng.
Banyak kemauannya

Semakin jatah usia berkurang semakin hati-hati. Setiap pilihan akan menuai konsekuensi tersendiri.
Semakin sadar bahwa usia tak lama lagi.
Sehari 24 jam.
Dua puluh empat lemari yang akan dibuka per hari di alam akhirat nanti.
Semoga tidak mendapati lemari yang kosong, karena lalai beramal shalih dan berdzikir kepada-Nya.

Semakin paham bahwa kita bisa melakukan sesuatu, apapun itu bukan karena kemampuan diri. Tapi karena kita dimampukan. Dibuat jadi mampu. Oleh Yang Maha Berkemampuan.

Waktu bermain sudah habis.
Bergegaslah bersiap pulang.
Karena saat senja hampir tiba.

Friday, July 22, 2022

 Mulang Tarima


Dalam Bahasa Sunda ada istilah "mulang tarima ka kolot" yang artinya berterima kasih kepada orang tua atas segala kebaikannya dalam memelihara dan mendidik kita sampai dewasa.

Makanya sering istilah ini mencuat ketika seorang anak diberikan pilihan menikah atau bekerja dan ia memilih untuk bekerja agar bisa fokus mengurus orang tua dan membalas budi baiknya. Walaupun sebenarnya kalaupun kita kerahkan seluruh kekayaan seumur hidup dan tenaga untuk orang tua, tak pernah bisa kita membalas setimpal segala apa yang telah mereka dedikasikan untuk diri kita.

Pengorbanan ibu yang menanggung sakit saat hamil dan melahirkan. Pengorbanan ayah yang mencukupi keluarga, menemani ke dokter, mencari penghidupan untuk keluarga. Semua itu tak akan pernah bisa dibalas dengan amal-amal apalagi uang semata. Oleh karenanya Rasulullah saw bersabda,

“Seorang anak tidak dapat membalas budi kedua orang tuanya kecuali jika dia menemukannya dalam keadaan diperbudak, lalu dia membelinya kemudian membebaskannya.” (Dikeluarkan oleh Bukhari dalam Adabul Mufrod no. 10, shahih)

Jadi balasan yang setingkat dengan jasa kedua orang tua kita adalah membebaskan mereka dari perbudakan. Perbudakan apa? Perbudakan hawa nafsu dan syahwatnya. Sesuatu yang membuat jiwa mereka tertawan dan tidak bebas. Mungkin diperbudak oleh status, ingin dipandang sukses dan mulia di mata orang. Mungkin diperbudak oleh bangga diri dan gengsi. Mungkin diperbudak oleh ketergantungan kepada pertolongan orang lain.

Lantas bagaimana caranya membebaskan mereka dari perbudakan? Pertama, kita sendiri harus lepas dari perbudakan hawa nafsu dan syahwat. Karena bagaimana mungkin seorang tawanan yang terikat pada sebuah rantai bisa membebaskan tawanan lainnya.

Maka kuncinya taubat. Dengan taubat maka Allah akan mengaruniakan nur iman. Sesuatu yang hanya diberikan kepada seseorang yang menghendaki-Nya. Nur iman itu yang membuat kita mulai bisa membaca Al Quran dengan haq, mulai paham rambu-rambu kehidupan agar tidak nyelonong, menabrak pagar-pagar ketetapan-Nya. Dan cahaya iman itu yang bisa mengenali amal-amal shalih setiap orang di setiap saatnya dengan spesifik.

Yang ajaib adalah, seiring dengan intensitas cahaya dan kebenaran makin meningkat dalam diri kita, maka berkahnya akan melimpah juga kepada orang tua. Bahkan kepada orang tua yang sudah berada di alam barzakh.

Itulah cara kita mengubah semesta. Dimulai dari diri. Dimulai dari sujud dalam-dalam dengan sebuah ketakziman hati.[]

 

Banyak yang tidak sadar bahwa berwajah manis dan menyenangkan itu bagian dari sebuah amaliyah yang baik. Karena raut wajah itu mencerminkan kondisi hati. Jika tenang hatinya akan cerah wajahnya, demikianpun kerumitan hati kita akan tampak selain di wajah  juga di lisan dan tindakan.

Maka mohonlah kepada Allah agar diberikan hati yang bersih dan tenang serta bebas dari kendali kedengkian dan kekhawatiran.

Thursday, July 21, 2022

 

Ini tips keseharian dari Mursyid saya agar apapun yang kita lakukan semoga bisa jadi amal shalih. Kuncinya, ketakziman dan doa.

Sesimpel ini, sebelum menyalakan mobil atau motor diam dulu dan berdoa, memohon keselamatan kepada Allah Ta'ala. Sebelum menyalakan laptop atau komputer diam dulu dan berdoa sejenak. Sebelum mengayuh sepeda berdoa dulu. Tak lama, biasanya tak sampai 1 menit. Tapi hal-hal seperti itu justru yang bisa mengamankan dan menyelamatkan.

Monday, July 18, 2022

 “Setiap Zakariya masuk untuk menemui Maryam di mihrab, ia dapati makanan di sisinya. Zakariya berkata: “Hai Maryam dari mana kamu memperoleh (makanan) ini?” Maryam menjawab: “Makanan itu dari sisi Allah”. Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa hisab.”

(QS. Ali Imran: 37).

Kisah Siti Maryam yang diberi makanan langsung oleh Allah dalam Al Quran tersebut bukan hanya dongeng sejarah. Karena Allah Yang Kuasa menurunkan makanan untuk beliau sangat kuasa menurunkan hal yang sama bagi siapapun yang bertawakal kepada-Nya.

Jangan berkata, "Ah, itu kan Siti Maryam, lha kita?"

Nih, saya kasih tahu sebuah kisah nyata ya. Saya dengar langsung kesaksian dari orangnya. Seorang ibu dua anak yang pernah mengalami kehancuran rumah tangga. Si suami kepincut perempuan lain. Dalam keadaan patah hati dia membawa dua anaknya pulang ke kampung halaman dengan tanpa membawa apa-apa kecuali barang-barang di dalam koper. Rumah tak punya, pekerjaan tak ada. Atas pertolongan Allah melalui saudara-saudaranya dia pun bisa menempati salah satu rumah yang ada. Lantas bagaimana dengan kebutuhan sehari-hari?
Disini letak keajaibannya.

Bayangkan, sang ibu praktis tak punya penghasilan. Kedua anaknya masih bersekolah. Kita tahu biaya sekolah tidak murah. Kadang di pagi hari keluarga ini sama sekali tidak punya makanan untuk makan. Tapi selalu ada yang mengirim makanan kepada mereka.

Singkat cerita, waktu pun berlalu. Anak-anaknya sudah dewasa, ada yang sudah kuliah dan sudah ada yang bekerja. Semua sehat wal afiat, tak mati kelaparan. Dari mana semua rezeki itu? Siapa yang menurunkannya?

Bagi sang ibu, kata-kata Maryam, “Makanan itu dari sisi Allah”. Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa hisab.” Itu bunyi banget. Dia telah mengalaminya.

Jadi, masih ragu juga dengan jaminan-Nya?

 Almarhum nenek saya dulu anaknya 12. Beneran bisa bikin kesebelasan sepakbola plus satu pemain cadangan.

Hidupnya sangat bersahaja dari upah almarhum kakek membuat billboard iklan. Kadang ada, kadang tidak.

Dulu, saat Indonesia baru merdeka relatif belum semakmur sekarang. Mau dapat beras saja harus ngantri, apalagi kebutuhan hidup lainnya. Pernah suatu hari cuma ada telur dua butir untuk dijadikan pendamping makanan. Sementara mulut yang harus diberi makan total ada 14. Apakah nenek saya muring-muring sama kakek? Sama sekali tidak. Beliau tidak kurang akal, dua butir telur yang ada dicampur dengan air dan terigu hingga jadi telur dadar yang enak dan banyak. Dan kakek saya tidak pernah mau duluan makan sebelum semua anaknya kenyang.
Demikian kasih sayang orang tua. Perjuangan hidup mereka demikian menginspirasi hingga sekarang
<3 Al Fatihah untuk mereka.

Sekarang anaknya sudah dewasa semua. Sudah beranak pinak. Hidup. Sehat tak kurang apapun.

Jadi, jangan dibuat gentar oleh keadaan ekonomi yang ada. Hidup itu selalu ada kejutan. Tak selalu 1+1=2. Bahkan hitungan Al Quran dari 1 bisa berbuah hingga 700 kali. Dimana ada perniagaan yang demikian menguntungkan kecuali dengan Allah? Maka pastikan kita punya iman dan identifikasi amal shalih dengan iman itu. Penghidupan yang baik (hayatan thayyiban) sudah jadi jaminan. Bukan kata saya ya. Kata Allah dalam Al Quran :)

 

"Seandainya Allah menghukum manusia karena kejahatannya, niscaya tidak akan ada yang ditinggalkan-Nya (di bumi) dari makhluk melata sekalipun..." (QS An Nahl [16]:61)

Ini adalah sebuah realita. Jika Allah mengedepankan keadilannya kepada manusia, musnah sudah kehidupan di muka bumi ini.

Tapi Dia lebih mengutamakan rasa kasih sayangnya. Seperti yang dinyatakan dalam ayat pertama kitab suci Al Quran. Bismillahirrahmaanirrahiim.
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.

Fakta bahwa dunia masih berputar saat ini adalah karena Allah masih memaafkan.
Memaafkan kita yang sering telat shalat bahkan kebablasan.
Memaafkan perilaku kita yang masih didominasi hawa nafsu dan syahwat.
Memaafkan pikiran-pikiran jahat dan keji yang masih bercokol dalam diri.
Memaafkan keterlambatan kita mengerjakan amr atau perintah-Nya.
Padahal dalam kesaksian Nabi Idris, yang kemudian dituliskan dalam kitabnya. Jangankan tidak mengerjakan amr-Nya, terlambat saja sudah menuai konsekuensi hukuman yang dahsyat. Itu terjadi pada salah satu benda langit yang terlambat menyambut seruan-Nya. Na'udzubillah...

Allah Ta'ala demikian bersabar atas segala kejahatan manusia. Adalah manusia yang tidak sabar dengan segala ketetapan-Nya. Padahal apa-apa yang Dia aturkan dalam hidup kita kurang-lebih, bahagia-sedih, sehat-sakit, sempit-lapang, semua hanya demi kebaikan kita semata. Sesuatu yang akal kita kerap belum mampu menjangkaunya. Seperti bayi yang menangis saat diimunisasi. Dia tidak paham. Dan bagaimana pula cara menerangkan manfaat imunisasi kepada akal seorang bayi?

Jadi kadang, hanya waktu yang bisa menyingkap kebaikan dari segala sesuatunya. Sabar saja. Just sit back and enjoy the ride...

 LAGI-LAGI RESAH


Banyak orang mulai resah (lagi)
Harga-harga barang mulai merangkak naik (lagi)
Resesi membayang (lagi)

Padahal resesi bukan hal yang baru
Sejarah mencatat rata-rata setiap 6 tahun terjadi resesi
Global resesi terjadi empat kali dalam 7 dekade terakhir
1975, 1982, 1991 dan 2009

Ada pola tampaknya
Sesuatu yang datang dan pergi berganti
Sebagai ujian keimanan

Tapi manusia lagi-lagi terjerat panik
Alih-alih meminta kepada Yang Maha Kuasa
Dia sibuk menata dunianya
Dengan daya ala kadarnya sebagai manusia
Yang kekuatannya terbatas
Dan jangkauannya pendek

Siang malam sibuk membereskan dunianya
Sambil kehilangan akhiratnya
Karena takut kurang dapat rezeki
Padahal rezeki yang tak terduga di tangan-Nya jauh lebih banyak dibanding sekadar yang dalam perhitungannya
Karena Allah suka memberi rezeki dari arah yang tak terduga

Tapi manusia lebih suka mengatur-atur sendiri kehidupannya
Kurang sabaran
Akhirnya jadi susah sendiri

Digoyang isu sana-sini
lagi-lagi resah...

Saturday, July 16, 2022

 "You are what you think you are"

Kita berpikir positif, hidup jadi terasa lapang.
Kita berpikir negatif, apapun yang terjadi terasa kurang dan muram jadinya.
"Ah, aku cuma punya segini"
"Yah, keadaanku cuma begini"
"Cuma" itu kata-kata yang tak sopan diungkapkan.
Karena dengannya kita sudah menilai apa yang Dia berikan ya gitu-gitu aja, tidak spesial. Tapi benarkah demikian?
Hanya orang yang belum handal membaca dan menggali khazanah diri dan kehidupannya yang melontarkan istilah itu.
Hidup kita terlalu berharga untuk disia-siakan.
Alih-alih fokus kepada apa yang kita tidak punya, lebih baik kita mulai memandang segenap nikmat yang Dia berikan kepada kita. Saat ini juga. Dan kita akan menyadari bahwa selama ini kita tengah berdiri di atas tumpukan harta karun yang berlimpah!

Wednesday, July 13, 2022

 

Makin yakin kalau mau mengubah orang sekitar kita itu jangan mengandalkan kemampuan bicara kita atau ilmu yang sebenarnya masih céték.

Kuncinya sujud.
Sujud pada Yang Maha Kuasa
Yang "kun fa ya kun"nya bisa menembus apapun.

Apapun, bahkan Yang tampaknya mustahil sekalipun.
Sujud, dalam-dalam...

Tuesday, July 12, 2022

 STEREOTYPING


Makna "stereotyping" berdasarkan kamus Britannica adalah: to believe unfairly that all people or things with a particular characteristic are the same.

Jadi percaya bahwa semua hal yang memiliki karakteristik tertentu adalah sama. Misal, semua orang yang berjanggut tebal pasti teroris. Semua orang yang berkulit putih pasti kaya. Dsb.

Stereotyping adalah perilaku memukul rata. Semua yang punya ciri tertentu pasti ini dan itu. Tentu tidak akan akurat dan secara logika kita paham bahwa memiliki pemikiran seperti itu tidak benar. Tapidalam kehidupan sehari-hari, kadang kita terjatuh pada perilaku "stereotyping" secara tidak sadar. Biasanya karena ada jejak-jejak memori pengalaman sebelumnya baik itu yang menyenangkan atau menyakitkan. Cara otak kita bekerja memang cenderung memilah-milah. It's a survival mechanism. Tapi, manusia lebih dari sekadar impuls neuron-neuron otak. Kita punya nurani. Sesuatu yang daya tembusnya jauh melebihi kemampuan nalar.

Saya mau berbagi pengalaman saya terjebak pada perilaku stereotyping ini.

Diawali satu minggu yang lalu saya menghadapi beberapa klien orang kulit hitam yang kasar perilakunya. Saya harus menahan diri kuat-kuat agar tidak ikut terbawa emosi. Tidak hanya satu-dua masalahnya. Berkali-kali kebetulan saat menghadapi orang kulit hitam tidak enak interaksinya.

Oke. Satu minggu berselang.
Saat saya hendak memarkir sepeda di depan supermarker, ada seorang perempuan kulit hitam tak jauh dari tempat saya berdiri. Penampilannya kusam, tidak sedap dipandang mata. Saya lihat dia berusaha meminta uang dari orang yang lewat. Begitu saya melintasinya dia pun menyapa saya "How are you?" Saya menunduk, tidak menjawab. Dalam sekian detik otak primitif saya berkata, "Orang hitam. Get away from her!" Karena sel otak masih menyimpan memori tentang pengalaman sebelumnya. Saya menggelengkan kepala memberi sinyal bahwa saya tidak mau memberi apapun pada dia.

Selang sekian langkah, suara hati nurani saya mulai mengencang. Sedemikian rupa hingga ketakutan saya yang mewujud menjadi pola steretyping itu mulai melemah. Nurani saya mengatakan agar saya kembali dan memberikan apapun uang yang ada.

Saya coba melangkah kembali dan dia sudah raib. Seperti hilang ditiup angin. Tanpa jejak.
Deg!
Disitu hati saya menyesal sekali. Menyesal telah mendengarkan rasa takut saya dibandingkan menjulurkan tangan. Menyesal telah kehilangan saat beramal. Dan kesempatan yang hilang tak akan pernah kembali lagi sampai kiamat. saya hanya istighfar banyak-banyak dalam perjalanan pulang.

So you see. Kita kadang bisa membenci sesuatu, tak suka akan sesuatu, atau terlalu menyukai sesuatu. Tapi kalau diamati lagi kebencian dan kecintaan itu tidak rasional. Sesuatu yang berakar dari pengalaman masa lalu kita. Bisa jadi masa lalu itu berorde tahunan hingga ke masa kecil. Atau dalam kasus saya semua pengalaman ini baru terjadi dalam hitungan 1 minggu.

Sesal memang selalu terjadi di belakang...

Monday, July 11, 2022

 Butuh 40 tahunan untuk saya memahami betul hal ini. Bahwa jika ingin dunia kita berubah, maka kita betul-betul harus mengubah hati kita. Membersihkan sebisa mungkin dari segala gelap dosa yang berasal dari hawa nafsu dan syahwat.


Caranya? Istighfar banyak-banyak. Ikuti syariat Rasulullah saw, tidak hanya syariat yang bersifat ritual tapi syariat batin seperti menahan marah, tidak bangga diri, memaafkan, tidak memandang rendah orang lain, tidak mengeluh dll. Sedemikian rupa sehingga kita sibuk dengan merawat hati. Apapun dinamika yang terjadi dalam hidup, fokusnya ke dalam diri. Tidak melempar kesalahan kepada orang lain ataupun situasi. Dengan sebuah keimanan bahwa mereka dihadirkan oleh Yang Maha Kuasa sebagai bagian dari pensucian diri.

Perlahan tapi pasti kehidupan kita dibuat menjadi semakin thayyib. Tidak hanya baik dalam pandangan kebanyakan orang. Tapi yang lebih penting warna hidup kita menjadi lebih diridhoi oleh-Nya. Amal-amal shalih kita didekatkan. Dunia dilapangkan. Segala sesuatunya dimudahkan. Rezeki pun mengalir dengan sendiri. Tidak hanya rezeki lahir tapi juga rezeki batin.

Jadi yang dijaga adalah iman agar selalu menyala di hati dengan senantiasa memohon rahmat-Nya. Dan uniknya, cara kita memancing rahmat Allah justru dengan menolong orang lain. Sebuah mekanisme timbal balik yang indah di dunia ini.
Selain iman, pastikan kita mengerjakan amal shalih.
Kalau masih bingung apakah ini amal shalih atau bukan, setidaknya berbuatlah kebaikan di bumi manapun kita berada. Sekecil apapun itu. Walaupun sekadar menyingkirkan batu dari jalanan, khawatir ada yang jatuh karenanya. Walaupun sekadar merapikan alas kaki yang berantakan di masjid. Jika kita lihat ke sekitar kita akan selalu ada hal yang bisa kita lakukan. Kerjakan dengan basmallah, memohon pertolongan-Nya dengan mengerjakan kebaikan itu. Who knows? Kita tidak pernah tahu amal kebaikan yang mana yang kemudian secara efektif melontarkan kita ke hadapan-Nya.

"Barangsiapa mengerjakan amal saleh baik laki-laki mau­pun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya Kami akan berikan kepadanya kehidupan yang baik." (QS. An- Nahl: 97) 

Saturday, July 9, 2022

 QS Yunus [10]: 107

Dan jika Allah menimpakan suatu kemudhoratan kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia.

Ini hal yang harus kita imani, bahwa jika Allah Ta'ala yang menimpakan sesuatu maka sebenarnya hanya Dia yang mampu mengangkatnya.

Mungkin kita sedang diuji dengan sakit, kekurangan, kesempitan, kemelut, kesepian, penantian, kerugian, kehilangan dll. Seringkali dalam hidup alih-alih menjadikan semua fenomena sebagai anak tangga untuk mendekat kepada-Nya, bermunajat dengan ikhlas kepada-Nya, bersujud hingga menitikkan air mata kepada-Nya - kita malah sibuk mencari solusi dari selain-Nya. Walaupun kemudian permasalahannya selesai, tapi dengan modus senantiasa mencari solusi horizontal dan tidak vertikal menghadapkan wajah hati kepada-Nya. Maka seumur hidup kita hanya lompat dari satu masalah ke masalah lain dan tak pernah meraih kedekatan kepada-Nya.

Oleh karena itu penting untuk memiliki pengalaman langsung ditolong oleh Allah dalam hidup ini. Punya pengalaman disembuhkan oleh Dia setelah melalui sekian banyak ikhtiar kesana-kemari. Punya pengalaman mendapatkan pertolongan tak terduga setelah semua pintu solusi rasanya tertutup. Pernah punya pengalaman dunianya dibukakan dengan ajaib ketika kesempitan rasanya demikian menghimpit dan seolah tak ada jalan keluar lain.

Itulah kehidupan, sebuah medan pengenalan atas semua asma dan perbuatan Allah Ta'ala. Di dunia ini kita mulai mengenal Dia dari bagaimana Dia memainkan semesta dan melihat pesan yang tersembunyi di balik itu semua. Sebuah rangkaian kalimat dan pernyataan cinta. Dari Dia yang sangat cinta untuk dikenal oleh hamba-Nya.[]