Saturday, December 17, 2022

 "Saya tidak tahu kenapa saya bisa menceritakan semua hal ini sama kamu. Orang yang baru saya temui hari ini. Penggal kehidupan saya yang satu ini demikian kelam dan menyakitkan hingga saya tidak bisa menceritakannya kepada keempat anak saya...


Dua puluh tujuh tahun yang lalu saya tiba ke Belanda sebagai salah satu pengungsi dari Rwanda. Saat itu konflik perang antar etnis melanda negeri kami. Mengerikan sekali, nyawa orang seperti tak ada harganya sama sekali. Orang seperti kesetanan, begitu menemui orang yang beda etnisnya langsung parang mereka menyabet leher dan memisahkan kepala dari tubuhnya.

Saya menyaksikan ayah dan saudara-saudara saya meregang nyawa di hadapan saya. Mengerikan sekali. Tuhan menyelamatkan kami dan ibu saya. Kami melarikan diri dari kota tempat saya bertumbuh selama 17 tahun ke arah Uganda dengan menumpang bis yang penuh sesak dengan orang-orang lain. Setelah itu kami berjalan kaki hingga memasuki perbatasan negeri.

Selama bertahun-tahun saya mengalami depresi. Hampir setiap malam saya bermimpi buruk. Kami tinggalkan jenazah ayah dalam kalut. Sampai saat ini kami tidak tahu dimana ia dikebumikan. Mungkin beserta ribuan orang lain korban pembantaian. Hingga hari ini pun saya dan ibu tidak sudi menjejakkan kaki ke negara itu. Terlalu menyakitkan buat kami..."

Ibu ini kemudian bercerita bagaimana pengalamannya menjejakka kaki di negara baru dan hidup terlunta-lunta sebagai pengungsi, hingga akhirnya bisa menata kehidupan di negeri Belanda. Menikah dan memiliki empat anak. Anak yang terbesar sudah berusia 25 tahun sekarang.

Saat saya bertanya, "Kamu tampaknya orang yang religius, dengan banyak menyebut Tuhan. Apa kiranya hikmah di balik pengalaman yang menyakitkan ini? Karena iman pasti berbisik Tuhan memberi yang terbaik"

Dia merenung sejenak kemudian berkata, "Anak-anak membuat saya kuat, karena saya harus kuat untuk mereka. Kalau saya melihat anak-anak saya bisa tumbuh besar dan mendapatkan pendidikan yang baik di negeri ini. Saya mulai menduga, ini barangkali yang Tuhan inginkan. Meratakan jalan buat mereka. Sesuatu yang tak akan pernah terjadi jika saya tidak didorong oleh keadaan yang demikian kacau di negara tempat saya dilahirkan dulu..."

Ibu itu berhenti sejenak, sambil menunjukkan tangannya. "Itu anak saya, yang renang di line paling ujung!"

Dan kami sama-sama lanjut menyaksikan anak-anak kami berenang

(Berdasarkan obrolan singkat saat menunggu si kecil les renang) 

Wednesday, December 14, 2022

 

Jika masih disibukkan dengan mengejar popularitas dan penilaian manusia, itu tanda akal jiwa yang masih lemah


Yang namanya penyakit hati bukan hanya dengki, sombong, iri hati dll. Tapi ingin kemahsyuran, ingin kehebatan, ingin kesaktian, ingin ketinggian pun merupakan penyakit hati. Manusia harus terbebas dari itu semua agar bisa mengenal kebenaran. Agar bisa melihat sejatinya hidup. Agar bisa meraih kebahagiaan yang hakiki.

Keinginan untuk terkenal dan disanjung banyak orang jelas tanda jiwa yang masih bodoh akalnya. Begitupun kesenangan memiliki banyak followers bisa membutakan. Karena yang dituju bukan Allah Ta'ala, tapi tepuk tangan dan decak kagum manusia. Ini adalah jalan menuju malapetaka. Karena semua itu hanya bersifat sementara dan sama sekali tidak mendatangkan kebahagiaan yang sesungguhnya. Akhirnya dia akan tertawan dalam arena popularitas yang dibentuknya sendiri, terkungkung dalam persona yang dia bangun sendiri. Harus punya ini, harus punya itu, harus selalu senyum, harus nampak baik terus, harus nampak bahagia dan sukses terus. Sangat melelahkan hidup dalam topeng seperti itu.

Lebih enak hidup apa adanya. Orang mau bilang apa silakan. Orang mau nge-like atau dis-like pun biasa saja. Tanggung jawab saya hanya kepada Allah Ta'ala, begitu hatinya bicara. Dengannya, yang dia utamakan saat melakukan apapun adalah, "Apakah Allah ridho dengan ini? Apakah Allah sedang tersenyum padaku saat ini?" Adapun senyum manusia, itu bonus saja. Agar tidak adanya tidak membuat kita sakit.

Tuesday, December 13, 2022

 Menjadi Midas


Dalam sebuah legenda, ada kisah tentang seorang raja yang punya kekuatan sakti. Segala barang yang dipegangnya bisa berubah jadi emas.


Legenda tentang orang yang bisa mengubah logam biasa jadi logam mulia juga mewarnai novel best seller “The Alchemist” karya Paulo Coelho yang dibaca oleh lebih dari 62 juta orang di lebih dari 74 negara.


Sejak dulu, imajinasi bahwa hal-hal yang biasa bisa bernilai mulia pun mewarnai salah satu karya Hans Christian Andersen berjudul “The Goose with the Golden Eggs”.


Banyak orang terobsesi dengan emas. Makanya dari dulu sampai sekarang memiliki logam mulia ini menjadi lambang kemakmuran. Sebagian orang bahkan menggadaikan masa depannya dalam naungan logam mulia sebagai investasi. Sesuatu yang dianggap nilainya tinggi dan memberi perlindungan. Tapi, rezeki lahiriyah setiap orang toh berbeda-beda. Tidak semua orang bisa memiliki emas. Tapi sebenarnya apapun yang kita pegang punya potensi diubah menjadi bernilai emas. Mulia dalam pandangan-Nya. Dan itu justru investasi yang lebih hakiki dan menguntungkan serta berdaya jangkau dunia dan akhirat.


Lihat ke sekitar. Hal-hal yang Allah hadirkan ke semesta kita. Cucian yang menumpuk, anak yang perlu diurus, keluarga yang perlu dinafkahi, rumah yang perlu diurus, pekerjaan yang mesti dibereskan, tetangga yang perlu bantuan dsb. Kita dilingkupi oleh hal-hal yang bernilai tinggi jika saja hati ikhlas kita menyentuhnya. Maka ia akan berubah menjadi emas, seperti di legenda Raja Midas.

Thursday, December 1, 2022

 Yang namanya orang hidup pasti ada ujiannya.

Tapi itu sebuah rahmat, seperti kehadiran angin untuk memperkuat akar. Pohon yang jarang tersapu angin kencang akan cenderung rapuh. Dia akan menjulang tinggi tapi pada saatnya tercerabut dari tanah, bahkan tak mampu menyangga bobot dirinya sendiri.


Manusia dibuat tangguh dengan ujian hidup. semua orang pasti ada medan ujiannya masing-masing. Jangan sekadar mengambil kesimpulan dari penampilan di luar, apalagi sekadar pencitraan di sosial media. Yang kita tidak tahu adalah saat jelang tidur bahkan dalam alam mimpinya apa hal yang mempertakuti dia atau membuat angan-angannya melambung hingga seakan tak menjejak di bumi takdir kehidupannya. Yang kita tidak tahu adalah tangisnya yang pecah di tengah doa dan saat sendirinya saat mengingat hal-hal yang ia rasa berat dan menghimpit dadanya.


Kita semua punya masalah. Dan itu malah bagus. Sebuah ajakan agar kita kembali kepada Dia yang mengirim semua masalah itu. Karena sampai mati desain kehidupan adalah untuk melahirkan jiwa manusia. Seperti halnya proses kelahiran, mesti ada proses kontraksi, kesakitan,dan kesempitan. Itu harga yang harus dibayar untuk sebuah kebangkitan jiwa. 


Jadi, kalau tahu bahwa setiap orang punya masalahnya masing-masing. The least we can do is be kind, for everyone we meet is fighting a hard battle.

Sunday, November 27, 2022

 COMMON GROUND


Saya dan suami banyak perbedaannya

Hal yang lumrah, mana ada dua orang yang tak berbeda.

Memang di awal pernikahan, ihwal perbedaan itu sering jadi masalah. Jatuh bangun kami belajar. Atas rahmat Allah semata akhir tahun ini insya Allah genap 12 tahun kami membangun bahtera rumah tangga ini bersama.


Hal yang saya pelajari adalah, penting untuk membangun ”common ground”, sebuah area dimana kita sepakat mengerjakan sesuatu. Ada proyek yang kita lakukan bersama-sama. Dalam konteks pernikahan saya dan suami, kami punya fokus yang sama dalam mendidik anak. We want to give the best for them. Walau kadang apa yang dipandang “yang terbaik” belum tentu sama wujudnya. Tapi kalau sudah menyangkut urusan anak-anak, kami berdua komitmen untuk “pasang badan”, bahkan jika harus mengorbankan diri sendiri, apalagi hanya sekadar karir atau uang. Semua tak ada nilainya dibanding senyuman si buah hati dan menjaga bara semangat dan potensi yang ada dalam dirinya. Apalagi anak-anak masih dalam usia tumbuh kembang yang krusial.


Common ground itu juga bisa menjadi semacam ruang pemulihan. Ketika ego meletup-letup dan hawa perseteruan menyala-nyala, kami diingatkan untuk kembali setia kepada tugas. Mengawal anak-anak hingga mereka Allah tegakkan di atas kaki mereka sendiri pada saatnya. Aamiin ya Rabb…

 A Dream World


When you sleep, you dim the light

When you sleep, a light is too intense impairs your function


When you sleep, you’re dreaming

Anything can happen in your dream

Any role you can take on in your dream

And we don’t complain about our role in the dream nor anything that happened to that role

Because you know it’s just a dream, a stage to play where nobody really gets hurt.


In the dream world, all the things that you perceive as reality is not really reality. 

It all being temporary. Pain is temporary, happiness is temporary, illness is temporary, healthyness is temporary.

Nothing is permanent and yet everything is perfectly in its place.


If things keep changing, then how do we achieve understanding?

It is by soften our heart (qalb)

It is an entity inside ourself that is so intelligent and can touch the Divine without getting confused by the everchanging. 


The sufis are the people who strived to cleanse their heart in every heartbeat. Because they want to    understand the meaning of life. 

Therefore, they got awakened. They can see the reality beyond this dream life.

And yet, they don’t just stay in the ocean of knowledge and drawn.

They come back to the shore and help people to be awakened. Being rahmat lil ‘alamin, providing grace to humanity.

Wednesday, November 16, 2022

 SENDIRI (LAGI)


Kita terlahir di bumi ini sendiri. Bahkan bayi kembar pun pada hakikatnya terlahir masing-masing. Kemudian kehidupan memperkenalkan ketertautan dengan orang-orang di sekitar kita. Pertama dengan ibunda. Lalu ayahanda. Kemudian ada adik atau kakak. Lalu kakek, nenek, paman, tetangga, pengasuh dan pada satu titik tertentu jatuh cinta pada sang pujaan hati.

Kita yang terlahir tadinya sendiri menjadi tak terbiasa lagi menjadi sendiri. Ada rasa hampa ketika kita orang yang kita sayangi tidak ada di sekitar kita. Ada rasa sakit yang menyayat saat pasangan yang dicintai pergi ke meninggalkan alam ini. Ada rasa kesepian saat kita pulang ke rumah yang kosong, tak ramai oleh canda tawa anak-anak seperti dulu. Kita menjadi merasa hampa, sepi, dan sedih. Kita sudah terbiasa dengan kehadiran orang-orang tertentu dalam hidup kita.

Padahal, kita datang ke dunia ini sendiri dan akan sendiri dikubur. Juga sendiri berdiri mempertanggungjawabkan setiap langkah hidup yang telah dilampaui. Kesendirian itu hal yang niscaya dan harus dibiasakan kembali.

Maka ada saat di sepertiga malam terakhir, dimana Allah Ta'ala turun ke langit dunia dan menghadap satu persatu hamba-Nya yang bangun dalam sendiri saat kebanyakan orang pulas dibuai oleh mimpi dalam tidurnya.

Maka ada saat dimana Allah pisahkan kita dengan pasangan, dengan anak-anak, dengan orang tua, dengan sahabat. Agar kita meraih kekuatan-Nya dalam kesendirian. Agar kita tak canggung dan menderita menjelang saat sendiri yang pasti akan dihadapi di depan. Ketika gerbang kematian telah dilalui...

Tuesday, November 15, 2022

 BUKAN SEKADAR INTERUPSI


Sedang asyik-asyik ngetik di depan laptop, tiba-tiba Mama minta tolong, “Sa, tolong belikan tempe, bawang daun, …ini-itu”.


Sedang konsentrasi mempersiapkan slide presentasi tiba-tiba si kecil yang sakit memanggil, minta dipeluk dan dibikinkan teh hangat.


Banyak hal yang seolah “menginterupsi” aktivitas apapun yang kita lakukan sehari-hari. Kata interupsi berasal dari Bahasa Latin, “interruptionem” yang artinya memutus sebuah keberlangsungan. Jika kita memandang semua panggilan itu sebuah interupsi, hal yang memutus fokus kita, keasyikan dan kepentingan kita maka perasaan yang timbul biasanya bernuansa sebuah kekesalan. 


Kesal karena pekerjaan tertunda. Kesal karena tidak bisa fokus melakukannya. Dan kekesalan yang timbul dalam dada kita biasanya dilampiaskan keluar dengan menghardik yang bersangkutan. Atau kalaupun bibir tak berkata-kata, hatinya bergemuruh. Ngedumel.


Repot merespon sesuatu sebagai interupsi, menganggapnya sebagai sebuah gangguan kecil yang memutus kesenangan kita. Padahal hidup akan selalu dihiasi sekian ragam “interupsi”. Sebuah dalil bahwa we are not in control of our life.


Ada cara pandang lain yang lebih menenangkan dalam melihatnya. Yaitu dengan melihat bahwa semua itu sebuah kesatuan yang utuh dari aliran takdir hidup yang sudah ditentukan oleh Allah Ta’ala sejak saat jiwa kita ditiupkan ke kendaraan jasad yang tengah dibentuk di dalam rahim ibunda. Mengagumkan untuk menyadari bahwa Allah telah mendesain kehidupan kita bahkan sampai ke hal yang detil, yaitu “terinterupsi” ketika mengerjakan sesuatu. 


Dengan kesadaran bahwa semua datang dari Allah, kita bisa lebih bijak menyikapi datangnya angin perubahan dalam hidup, lebih tenang dan bahkan bersuka cita menjalaninya. Agar semua yang Allah datangkan itu menjadi punya makna bagi kita dan dipandang sebagai tamu-Nya. Agar kita bisa melihat itu lebih dari sekadar interupsi.[]

Thursday, November 10, 2022

 MIND YOUR OWN BUSINESS 


Suka geram kalau melihat kelakuan seorang suami atau istri yang nyeleneh dalam sebuah rumah tangga. Kerap kita mudah sekali berkesimpulan bahkan menghakimi orang lain sambil berkata, “Dasar suami kurang ajar!” Atau “Dasar istri tak tahu diri!” Dan sekian makian lainnya baik yang dilontarkan oleh lisan maupun yang terlintas di dalam hati.


Padahal, persoalan yang sebenarnya dari rumah tangga orang lain itu tak terjangkau. Jangankan rumah tangga orang, lha wong pasangan sendiri saja sering belum tuntas terpahami. Makanya banyak hal yang belum dimengerti dan menimbulkan prasangka buruk.


Jadi, daripada pusing memikirkan rumah tangga orang lain, lebih baik fokus membenahi rumah tangga dalam negeri sendiri saja. Agar kita tidak memadati hati dan pikiran dengan hal-hal yang tak perlu bahkan mengotori diri.

Wednesday, October 26, 2022

 Kalau mengikuti hawa nafsu, inginnya seharian berkutat dengan naskah, buku dan menenggelamkan diri di depan laptop untuk menulis dan meneliti. Walaupun sepertinya keinginan yang baik tapi bisa jadi itu hawa nafsu yang berjenis positif.


Untungnya hidup kita ada yang mengaturkan. Ngeri kalau hidup berjalan menurut kehendak pribadi. pasti tersesatnya. Memang pengaturan-Nya itu sering dirasa melelahkan atau dianggap sebagai sebuah “waste of time”. Tapi percayalah, itu masih si hawa nafsu yang berkata-kata.


Ada saatnya memang dalam hidup kalau kita terlalu banyak membaca malah tidak berguna karena jadi berkurang perenungannya. Terpaku dengan target mengejar baca sekian buku dalam sebulan. Tapi semuanya hanya dipahami secara superfisial. Maka pengaturan Allah itu menyehatkan sebetulnya. Kita dibuat mesti mengerjakan ini dan itu tapi jika dijalani dengan ikhlas malah akan membuka pintu-pintu pemahaman baru.


Dalam kasus saya, jelang keberangkatan ke Indonesia yang penuh dengan deadline, tetap saja tugas-tugas sebagai ibu rumah tangga, sebagai istri, sebagai anak harus dijalankan. Semuanya harus diberi perhatian dengan adil. Jadi, alih-alih ngoyo mengerjakan proyek penulisan ini dan itu, ikuti saja apa-apa yang semesta sajikan di hari ini. Belajar merespon alamnya saat demi saat dengan baik. Dengan sebuah penghadapan hati kepada-Nya. Agar apapun itu jadi bernilai ibadah.


So, here i am beberapa hari krusial jelang keberangkatan masih berjibaku dengan mengantar jemput les anak sambil bawa laptop - agar bisa kerja di mobil , antar mama belanja, mengganti wallpaper di dapur. And let go the notion that “i should do this and that”. Lebih ringan menjalaninya. Just work with the flow🥰



Tuesday, October 25, 2022

 Sejak SMP dulu saya punya buku catatan yang berisi proyek-proyek dan cita-cita yang ingin saya bangun. Tak tanggung-tanggung jumlahnya 100 proyek. Maklum darah muda, masih menggelora. Belum mahir mengukur kapasitas diri.


Ingin punya pangkalan angkot, karena sering lihat supir angkot yang kesulitan cari penumpang. Saya ingin menyewakan angkot kepada mereka dengan harga murah.


Ingin punya kontrakan rumah petak-petak dengan harga sewa murah karena sering miris melihat orang tidur di bawah jembatan.


Ingin punya jaringan pelayanan kesehatan dari hulu ke hilir hingga bisa melayani pasien yang tak mampu secara ekonomi dengan baik.


Tiga puluh tahun berselang, tak ada satupun dari proyek saya di daftar itu yang terwujud. Kecewa? Awalnya sedih menyaksikan satu persatu rencana saya berguguran. Tapi ternyata Allah SWT menyediakan sesuatu yang lebih baik dari sekadar apa yang saya rencanakan.


Satu hal yang dasar yang bisa diwujudkan hingga sekarang, bahkan diberi sarana yang luar biasa dengan kehadiran teknologi internet ini adalah keinginan saya untuk berbagi. Hanya bentuknya saja yang berbeda, bukan berbagi sarana angkot, rumah petak atau layanan kesehatan terjangkau untuk yang tak mampu. Saya mencoba berbagi ilmu, berbagi pengalaman, berbagi kisah, sesuatu yang semoga bisa menyentuh hati mereka yang haus mencari makna hidup. Karena setiap kita sangat butuh untuk menjiwai kehidupannya masing-masing.


Jadi, keterbatasan dalam hidup bukan hal yang buruk. Justru manusia kalau tidak dibatasi dengan pengaturan-Nya akan cenderung liar dan mengejar sesuatu yang sebenarnya tidak bermanfaat bagi dirinya. Maka ketika Allah membatasi ruang gerak kita, membatasi keadaan fisik kita, membatasi waktu kita, membatasi daya finansial kita, di situ justru kita tengah diarahkan kepada sesuatu hal yang lebih utama. Jalan kesejatian diri masing-masing. Ikuti itu  hingga menemukan mata air kebahagiaan dan hikmah yang senantiasa mengalir. Agarkita tidak terjebak oleh fatamorgana oase dunia.

 Bagaimana mengetahui apakah itu emas dan permata yang asli atau bukan?


Uji dia

Logam emas murni tahan asam, dia tak akan korosi

Permata asli tahan panas dan merefraksikan cahaya ke berbagai arah


Demikian pun cara kehidupan menunjukkan mana orang-orang yang berhati emas dan permata adalah dengan dipaparkan dengan asamnya kesulitan hidup, panasnya cobaan takdir dan dibenamkan dalam kegelapan di suatu waktu.


Maka ujian itu wajib hukumnya bagi yang ingin mengetahui diri, apakah sudah berkualitas emas atau ada logam-logam lain yang bercampur dan patut untuk dilebur.


Hanya yang akal jiwanya sudah dewasa yang mensyukuri kehadiran sebuah ujian dengan suka cita. Senang karena masih diperhatikan oleh-Nya. Bahagia karena ini saat untuk ditampakkan keadaan diri yang sebenarnya. Apakah kualitas asli atau masih palsu.

 Saat menghadapi masalah

Tak perlu panik

Juga tak perlu grasa-grusu cari jalan keluar sambil memaksakan diri dan mendobrak segala pagar yang ada dalam hidup.


Panik itu hanya akan makin mengeruhkan suasana

Terburu-buru mencari solusi sambil sekadar mengandalkan kemampuan diri dan orang lain pun seringkali berujung kecewa dan menuai kelelahan yang tak berujung.


Lantas bagaimana menghadapinya?

Cobalah pakai jalan keluar yang ditawarkan Al Quran. KItab yang kita yakini sebagai mukjizat terbesar Rasulullah Saw. Mari buktikan kebenarannya. Dimulai dari hidup yang tinggal beberapa hela nafas lagi yang tersisa ini.


“Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya”

(QS Ath Thalaq [65]:4


Taqwa itu tak perlu berbayar, tak perlu mengemis-ngemis kepada orang, tak perlu menggadaikan kehormatan diri kita kepada orang lain. Hanya tinggal menyiapkan hati. Tawakal 100%. 

Yakin bahwa Allah akan membukakan jalan keluar pada saatnya. 

Yakin bahwa sebesar apapun ujian hidup masih dalam kekuatan pikul kita.

Yakin bahwa Allah menyimpan hikmah dan kebaikan yang besar dari ujian dan malapetaka sebesar apapun.


Itu yang saya pelajari dari kehidupan. Sebuah cara menghadapi segala masalah dengan sangat menenangkan. Saat hidup menimpakan pukulannya kepada kita. Sambut, terima dan katakan, “Aku terima ya Allah, alhamdulillah”.

Jika hati masih menggemuruh, ambil air wudhu, bentangkan sajadah lalu shalat sepuasnya, nangis sekuat-kuatnya, curhat sama Allah sedalam-dalamnya. Dan berdoa sebanyak-banyaknya.

Setelah itu, kembali ke medan pertarungan. Tapi kali ini kita sudah berbeda keadaannya, karena sudah berikhtiar mencelupkan diri dalam kekuatan cahaya-Nya. Kekuatan itu yang akan menguatkan kita dan membantu melapangkan dunia kita.

Lalu saksikan bagaimana Dia bekerja merespon doa dan bisikan kita. Menjadi saksi bahwa Dia, Tuhan memang ada. Bahwa Dia merespon doa hamba-Nya dalam seribu satu cara.


Inilah cara kita menghadapi masalah. Agar kita tidak gentar dengan ujian. Tak mudah khawatir diguncang badai kehidupan. Agar kita benar-benar bisa mengagungkan-Nya dan menyatakan dengan gagah kepada apapun masalah dalam hidup, “Hey masalah, aku tak takut dengan pembawaanmu yang besar itu karena Tuhanku lebih besar kuasanya daripadamu!”

Friday, October 14, 2022

 SMALL THINGS THAT MATTER


Terbukti benar dalam perjalanan hidup saya, kalau ingin memperbaiki keadaan diri dan kehidupan kita, langkah pertama adalah jangan panik dan langsung terjun mengandalkan kemampuan pribadi dalam menghadapinya. Kita akan cenderung pontang-panting sana-sini. Gali lubang tutup lubang. Mengatasi masalah yang tak ada hentinya. Lelah betul hidup seperti itu...

Langkah pertama, justru harus memperbaiki hubungan dengan Allah.
How?
Sesimpel menjaga shalat di awal waktu.
Sesederhana mengenakan baju khusus saat shalat dan menyikat gigi sebelum shalat.
Segampang mencium Al Quran dan diam sejenak memohon dituntun dalam membacanya sambil membaca ta'awudz.

Hal-hal yang tampak kecil dan sederhana seperti itu yang kadang bisa dengan efektif mengubah hidup kita. Karena Allah itu Dzat yang membalas dengan berlipat ganda. Kalau kita berjalan, Dia berlari. Ada haditsnya yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, dari Rasulullah saw yang bersabda:

Allah 'Azza wa Jalla berfirman,
"Jika seorang hamba mendekati-Ku sejengkal, niscaya Aku mendekatinya satu hasta. Jika dia mendekati-Ku satu hasta, niscaya Aku mendekatinya satu depa. Jika dia mendatangi-Ku dengan berjalan kaki, niscaya Aku mendatanginya dengan berlari kecil."

Maka manfaatkan setiap gerak kehidupan untuk mengundang Dia agar lebih dekat. Mulai dari itu, hal-hal yang kita anggap remeh temeh. Who knows, probably all those small thing is not 'small' afterall.

Amsterdam di musim gugur yang dingin dan mendung
14 Oktober 2022
15.53

Wednesday, October 12, 2022

 The Power of the First 10 Second


Sejenak, selama 10 detik saja

Sebelum memulai sesuatu diam dulu

Berhenti sesaat

Berdoa meminta kelancaran dan keselamatan

Menghamba memohon kelapangan dan perlindungan.


Sejenak saja

Sebelum mulai bekerja

Sebelum mulai memasak

Sebelum mulai meeting online

Sebelum mulai membaca buku

Sebelum mulai menyalakan kendaraan


Di saat 10 detik itu kita tengah berupaya

Membuka pintu langit

Agar kuasa, cahaya, pertolongan dan perlindungan-Nya datang menyinari

Agar kita tak terlampau mengandalkan kekuatan diri, apalagi mengandalkan orang lain

Agar kita tak terhanyut dalam arus kesibukan yang tanpa henti

Agar kita ingat, bahwa ini semua kita lakukan semata-mata untuk-Nya.


Sejenak saja

Dalam 10 detik itu

Bermunajat

Mengakadkan kembali segenap aktivitas kita

Sesuatu yang kita katakan setiap hari dalam doa iftitah dalam shalat,


“Inna shalati wa nusuki wa mahyaya wa mamati lillahi Rabbil ‘alamiin”- sesungguhnya shalatku, inadahku, hidup dan matiku untuk Allah Rabbil ‘alamiin.


Kemudian saksikan bagaimana Dia mengaturkan itu semua. 

Agar keberhasilan tidak kita klaim sebagai keberhasilan kita

Agar kegagalan tak membuat kita terlalu terpuruk

Agar pasang surut kehidupan tak menggoyahkan cermin hati kita untuk senantiasa menatap-Nya di balik riuh-rendah takdir di dunia

Selalu memuji-Nya, bersuka cita atas semua ketetapan-Nya. 

Aamiin.


In the train Den Haag to Amsterdam on a sunny day in autumn

12.08 ☀️

Friday, October 7, 2022

 Tumpukan pekerjaan minggu ini sedang tinggi-tingginya.

Deadline sedang ketat-ketatnya.
Tiba-tiba Allah datangkan dari berbagai arah, proyek ini dan itu yang menguras pikiran, tenaga, dan waktu kita.

Semuanya perlu ditangani satu per satu.
Semua menuntut pekerjaan yang baik.
Desir aliran adrenalin mulai terasa.
Stress, but it's a good kind of stress. Masih dalam ambang batas dan malah terasa sangat menggairahkan.

Sementara, pekerjaan rumah tangga tetap tanpa kompromi selalu meminta dedikasi.
Tak ada cuti untuk cucian yang menumpuk, belanja untuk masak, menemani anak les ini dan itu ditambah menemani Elia untuk vaksinasi HPV pertama di usia 10 tahun dan dua pertemuan orang tua, guru dan murid, semua numpuk di minggu ini.

Pekerjaan terasa menggunung semantara waktu sangat terbatas.
Saya mesti mahir dalam memanage waktu.
Tapi siapalah saya, manusia yang fakir yang bahkan tak punya kapasitas mengatur jadwal diri sendiri kecuali dia bimbing.

Jadi, ini yang saya lakukan setiap pagi.
Saya tambah shalat dhuha saya, tidak sekadar dua rakaat.
Lho, kok lagi sibuk-sibuknya malah tambah shalat sunnah, bukannya tambah menyita waktu? Begitu logika saya berkata.
Tapi hati saya berbisik, justru sedang dalam keadaan genting seperti ini kita makin butuh bimbingan dan bantuan-Nya.

Saya memilih mengikuti kata hati saya.
Dan merasakan kedamaian serta kekuatan setiap setelah shalat.
Saya minta agar Allah merapikan urusan saya.
Dan Dia pun bekerja.
Betul-betul bekerja!

Satu persatu urusan selesai, bahkan menuai feedback yang sama sekali tak terduga. Beyond my expectation.
Jelang akhir pekan, satu persatu pekerjaan tertangani, hak keluarga pun tak ada yang terbengkalai.

Alhamdulillah.
Saya cuma bisa bersaksi, "it's not me...it's not me..."
Bukan saya yang membereskan itu semua.
Dia betul-betul merespon doa saya untuk merapikan itu semua.

Makin percaya sudah,
Shalat tiang diin.
Tiang kehidupan
Tiang segenap aktivitas kita.

Mau rapi dan beres urusan hidup kita?
Rapikan dulu shalatnya.
Saya bersaksi untuk itu.

Amsterdam, Jumat 7 Oktober 2022/ 11 Rabiul Awwal 1444 H

Friday, September 30, 2022

 Allah sebenarnya tidak butuh sujud kita. Karena itu sujud dan segenap ibadah itu bukan semata-mata dikerjakan untuk sekadar "memperbanyak setoran", tapi bagaimana semua ibadah itu menjejak ke dalam jiwa hingga hatinya menjadi lebih terang dicahayai oleh cahaya akal.


Karena nilai manusia yang sebenarnya adalah pada pemaknaan hidup. Yang dengannya ia bisa semakin memaknai pekerjaannya yang semula dianggap tidak sukses, memaknai wajah dan bentuk tubuh yang dipandang biasa-biasa, memaknai warna kehidupan rumah tangga yang dia anggap kurang bahagia, memaknai makna sebuah perceraian, memaknai sebuah episode berpoligami, memaknai anak dan pasangan yang dibuat sakit, memaknai konflik yang ada antara orang tua dan anak, memaknai kenapa usahanya dibuat bangkrut di suatu waktu, memaknai kenapa dia dibuat jatuh cinta kepada orang lain, memaknai kenapa hati dibuat begitu beku dan kurang bergairah, memaknai sebuah episode penantian yang lama, memaknai kenapa dia dibuat gagal terus di suatu bidang dll.

Agar manusia jangan sekadar singgah di bumi ini dan terkatung-katung dari satu aliran takdir ke aliran takdir yang lain tanpa memahami bahwa semua didatangkan dengan satu alasan. Agar ma'rifat kita semakin bertambah kepada-Nya. Itulah letak pemaknaan yang hakiki.

 "Laa ikraaha fid diin..."

(QS Al Baqarah [2]: 256)
Dalam diin (agama) tidak ada paksaan.
Bagi yang sudah dalam diin, apapun dia kerjakan dengan sukacita. Timbul dari sebuah kesadaran dan kebaktian yang kerap tak dapat dicerna oleh logika.
Seperti orang yang sedang jatuh cinta, katanya gunung pun kan ku daki, lautan pun kan kuseberangi. Demi bertemu dengan yang dicintai, rela berlama-lama menempuh perjalanan jauh. Rela mengeluarkan ongkos bolak-balik, sekadar bertemu di akhir pekan yang singkat. Rela bermalam-malam pulang sambil menahan kantuk.
Kata paksaan tak dikenal oleh seorang pecinta. Ia melakukan semuanya dengan suka cita. Apapun akan dia lakukan demi menuai senyuman sang kekasih.
Orang yang sudah dalam diin, tak merasa dipaksa.
Mereka mengerjakan semua syariat dengan suka cita.
Tak merasa dipaksa shaum, menahan lapar dan haus seharian.
Tak merasa dipaksa mengenakan jilbab.
Tak merasa dipaksa membayar zakat.
Tak merasa dipaksa bangun di sepertiga malam sambil menahan ngantuk dan menerobos selimut kemalasan.
Tak merasa dipaksa mengerjakan amr-Nya.
Tak merasa dipaksa ketika ia harus mengerjakan petunjuk-Nya yang berat sekalipun. Seperti Ibrahim as yang harus meninggalkan anak dan istrinya di padang tandus Mekkah. Seperti Nuh as yang harus merelakan anaknya ditelan air bah. Seperti Rasulullah saw yang menerima petunjuk harus berperang.
Dalam diin, hanya ada satu keinginan. Keinginan Sang Pencipta.
Hanya ada satu keridhoan. Keridhoan Sang Pencipta.
Hanya ada satu tujuan. Ma'rifat kepada Allah Ta'ala.
Maka diin mempersyaratkan sebuah keberserahdirian (aslama) mutlak.
Itulah Diinul Islam.
Jalan berserah diri untuk menemukan kedamaian yang sejati.
Amsterdam, 30 September 2022 / 4 Rabiul Awwal 1444 H

Thursday, September 29, 2022

 Dont hope for a life without problems


Tujuan kita hidup bukan untuk menyelesaikan masalah. Karena sampai mati masalah akan ada saja. Allah punya seribu satu cara untuk membuat si hamba mendongak ke atas, memohon kepada-Nya. Karena memang tujuan penciptaan manusia adalah agar kita mengenal Dia. Jadi dinamika kehidupan desainnya memang agar menumbuhkan rasa butuh Dia. Realize this and stop playing God. It will safe lots of time and energy.

 "Tessa, you will see that someday i will be somebody"


Kolega saya yang satu ini datang dari Ghana, mengadu nasib di Amsterdam. Ingin sukses seperti saudara-saudaranya yang membangun karir di Inggris. Sukses tentu dalam kacamata dunia, punya rumah, punya mobil, punya gaji bagus. Dia merasa minder karena diantara saudara-saudaranya dia merasa yang paling kurang sukses.

Jadilah semalam kami berbincang tentang makna sukses. Saya katakan padanya, "To me, you are somebody. And i'm sorry if you or other people don't see that" Lalu saya kemukakan argumen yang membuat dia o"seseorang" di mata kami, para koleganya. Sesuatu yang diiyakan oleh kolega yang lain, bahwa dia orangnya ringan tangan, a team player, hard working man, jujur dan baik. That is a quality of "somebody".

Karena beliau orang Nasrani, saya pakai pendekatan Bibel, bahwa God measures success differently than the world does. Jesus said, “It is the one who is least among you all who is the greatest” (Luke 9:48; . Mark 9:35).

Di titik itu dia terdiam dan menyahut, "You are right..."

#sepenggal percakapan dengan kolega di malam hari yang dingin, memasuki musim gugur

Amsterdam 29 September 2022 

Wednesday, September 28, 2022

 GROWTH SPURT


Anak-anak rentang usia 8-13 tahun kalau orang Sunda bilang “keur meujeuhna”. Hampir tiap 10 menit buka kulkas. Ngemilnya banyak. Maklum badannya sedang kencang-kencangnya mengalami proses pertumbuhan. Saat bertumbuh, tubuh perlu nutrisi ekstra.


Jiwa pun begitu. Ciri seseorang jiwanya bertumbuh, dia akan butuh lebih banyak asupan. Tapi asupannya jiwa bukan dari alam dunia. Dia butuh makna yang diteteskan dari alam langit. Makanya dia butuh lebih banyak ngaji, mengkaji Al Quran, membaca buku, mendengarkan ceramah, bertafakur tentang kehidupan. Dia akan mulai mempertanyakan banyak hal, tentang siapa saya, apa fungai hidup, apa makna pekerjaannya, apa kebahagiaan dsb. 


Jiwa berasal dari alam malakut, dia bukan penduduk bumi, maka tak ada satupun yang bisa memuaskan dahaganya kecuali yang datang dari alam yang lebih tinggi. Itu kenapa selalu ada kegelisahan dan rasa sepi yang tak akan pernah bisa dipuaskan dengan segenap pencapaian dunia. Kehausan jiwa tak akan hilang hanya dengan meraih posisi top di perusahaan atau di bidangnya. Pun jiwa tak akan bergeming walaupun dirinya masuk ke jajaran 50 orang terkaya versi Forbes, atau menjadi orang yang dianggap terkenal sedunia sekalipun.

Keinginan jiwa hanya satu, mengambil apapun yang datang dari Tuhannya. Karena tujuannya tunggal, agar menjadi hamba yang didekatkan.[]

 "Ah, rasanya aku sudah ridho dengan apa yang Dia takdirkan"

Suara hati meninggi-ninggikan diri.

Suara akal lalu menyahut, "Beneran nih kamu sudah ridho? Buktinya masih sewot waktu mobil diserempet orang. Masih emosian waktu suami harus membagi waktunya dengan yang lain. Masih gelisah waktu uang proyek terlambat keluar. Masih marah waktu petugas kantor dirasa kurang memberi penghormatan. Masih kebakaran jenggot mengetahui anak baru kemarin dipromosikan jabatannya.
Masih naik darah waktu murid lupa memanggil dengan julukan "prof"
Masih gelagapan waktu anak bermasalah.
Masih mengeluh waktu dikasih sakit pinggang sedikit.
Masih ini...
Masih itu..."

Iya ya, tidak mudah bersyukur itu...

 Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk, yang telah dicabut akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak) sedikit pun.

(QS Ibrahim [14]:26)

Ada jenis manusia yang digambarkan dalam Al Quran seperti pohon yang tercerabut akarnya dari bumi, dimana pohon itu tidak dapat tegak sedikitpun. Ini adalah gambaran manusia yang tidak kokoh berpijak di buminya. Tidak memegang amanah dunia yang ada. Berpaling dari takdir yang Allah tetapkan baginya di bumi dimana dia berpijak.

Bumi kita adalah tubuh kita dengan segala keadaannya, keadaan rumah tangga, hubungan dengan pasangan, keadaan anak-anak, warna kehidupan yang melingkupi, pekerjaan yang sekarang ada, rumah yang sekarang ditempati, negeri dimana dia berada. Semua dihadirkan oleh Allah Ta'ala yang mengatur takdir setiap insan dengan sangat detil.

Pohon yang tercerabut dari akar adalah gambaran dari manusia yang berpaling dari realita yang ada. Dia mengeluhkan bahkan menolaknya. Alih-alih akarnya mencengkeram kuat bumi dan menyerap air dan unsur hara sehingga membuat batang dan ranting-ranting pohon merentang ke langit dan menerima banyak anugerah. Ia pun tumbang, jatuh, terpuruk, kehilangan dirinya. Jiwanya merana walaupun seolah-olah penghidupan dunianya tercukupi sekalipun.

Lalu bagaimana agar pohon itu akarnya menjejak kuat? Kata kuncinya adalah syukur. Terima dan syukuri apa yang ada. Sepahit dan setidak enak apapun fenomenanya. Bagian dari menjadi dewasa adalah kita harus belajar menelan pil pahit kehidupan demi kesehatan jiwa.[]

Tuesday, September 27, 2022

 Orang tua sering terlalu mengandalkan institusi sekolah untuk mendidik anak-anaknya. Lupa bahwa pendidik pertama dan utama bagi anak-anak mereka adalah orang tuanya sendiri.

Dari orang tuanya anak-anak menyerap berbagai karakter baik itu yang baik atau yang buruk. Disadari atau tidak adalah orang tua yang memberi warna kepada karakter si anak.
Tak peduli sebagus apapun reputasi sekolah atau perguruan tingginya. Tak peduli sebanyak apapun inspirasi atau motivasi yang diberikan di luar. Tapi yang akan banyak anak serap dan kemudian membentuk karakternya adalah bagaimana orang tuanya berperilaku.
Bagaimana orang tua memerlakukan pasangan satu sama lain. Bagaimana orang tua berinteraksi dengan tetangga.
Bagaimana orang tua menghormati orang kecil.
Bagaimana orang tua memegang janji.
Bagaimana orang tua sabar menghadapi kelelahan dengan tanpa mengeluh.
Bagaimana orang tua memilih berbuat jujur ketika ada kesempatan untuk berbuat curang walaupun kecil-kecilan.
Bagaimana orang tua tidak berbohong, walaupun sekadar menjawab "Apakah mama atau papa ada di rumah?"
Bagaimana orang tua berkendara dan berperilaku di jalanan.
Bagaimana orang tua merapikan dan menjaga kebersihan rumahnya.
Semua hal yang orang tua tampilkan akan diserap oleh anak dan mewarnai karakternya. Sesuai dengan sabda Nabi, "Setiap anak terlahir fitrah...." Orang tuanya yang menjadikan dia melenceng dari fitrahnya.

 Hawa nafsu itu sifatnya terburu-buru. Ingin cepat kaya, ingin cepat populer, ingin segera naik pangkat, ingin buru-buru ini dan itu.

Kalau bisa tanpa susah payah. Sogok kiri-kanan. Sikut depan-belakang. Mengemis sana-sini. Tutup mata dan tutup telinga. Sebodo apa kata orang, apalagi kata hati, yang penting egonya terpuaskan.

Banyak yang tertipu skema bunga besar, untung sesaat, modal sekecil-kecilnya untuk meraup keuntungan sebanyak-banyaknya. All of those nonsense. Namanya juga "nonsense", cause it simply doesnt make any sense.

Ingin untung banyak tanpa keluar keringat dan tak perlu menunggu lama. Itu jualan setan dan para penipu sejak zaman dulu. Old songs. Tapi toh banyak yang termakan janji-janji seperti itu.

Padahal, dalam berpeluh mencari nafkah ada sekian banyak rahmat yang turun. Dalam bersabar menanggung beban keluarga, ada otot-otot kesabaran yang tengah diperkuat. Dalam tidak mengeluh menjalani takdir yang ada: rasa sakit, kesepian, penantian dan lainnya, ada pohon akal jiwa yang tengah ditumbuhkan.

Pada saatnya, pohon di dalam diri itu akan berbuah manis. Karena kesabaran selalu berbuah manis. Buah-buahan itu yang sejak di dunia saja kita sudah mulai bisa meraup manfaatnya, apalagi di akhirat nanti. Maka tak heran kalau para penghuni surga mengenali buah-buahannya tersebut. Buah dari taqwa dan kesabaran mereka menanggung kesulitan dan ujian di dunia,

“Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan beramal shaleh, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap kali mereka diberi rezeki buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka mengatakan, “Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu”. Mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada istri-istri yang suci dan mereka kekal di dalamnya” (QS al-Baqarah: 25)

Allah tidak akan mengabulkan suatu permintaan orang yang bertaubat jika hal itu malah akan membuat ia lebih jauh dari-Nya 


Taubat itu tarikan-Nya agar si hamba senantiasa mendekat kepada Allah Ta'ala. Hanya orang-orang yang Dia kehendaki yang kemudian ditaubatkan.


Pahamilah bahwa taubat itu sebuah jalan mendekat kepada Allah, Sang Sumber dari segala sesuatu. Maka bagi orang yang ditaubatkan, semua takdir yang diberikan semata-mata sebuah pengaturan agar hatinya semakin bergantung kepada Allah, semakin tawakal, semakin merindui-Nya.

Di sisi lain, apa-apa yang berpotensi membuat si hamba menjauh dari-Nya akan dicegah. Kadang itu berupa diganti pekerjaannya, diubah penghidupannya, ditenggelamkan egonya, ditahan mimpi-mimpinya, dibuat bercerai, diperjalankan ke tempat yang jauh, dan hal-hal lain yang dirasa menyakitkan tapi ketahuilah bahwa pil pahit itu sangat menyehatkan jiwa. Asalkan kita sabar dan memelihara baik sangka kepada Allah, maka apa-apa yang luput dan diambil dari kita akan dikembalikan dalam bentuk yang lebih baik dan lebih berkah.[]

Sunday, September 25, 2022

 Makin berusia, makin melihat bahwa kunci keselamatan itu terletak pada pertolongan Allah Ta'ala. Titik.


Jadi mesti pinter-pinter dalam memikat Allah, apapun yang bisa kita lakukan. Harus banyak memanggil dan berdialog dengan Dia dalam keadaan apapun. Sedang shalat, di luar shalat. Sedang rebahan, sedang olahraga, sedang masak, sedang nyetir, sedang belanja. Sebut terus Dia. Agar hati terpaut hanya kepada-Nya.

Karena begitu hati kita mengandalkan gaji bulanan, uang hasil proyek, keuntungan ini-itu, pinjaman itu, sanak saudara yang dianggap berkemampuan, deposito, harta warisan, janji ini-itu, asuransi, kepopuleran, pangkat dan jabatan, bahkan mengandalkan segenap amal shalih atau ibadah kita yang katanya hebat itu. Wah sudahlah, kita tengah mengundang badai musibah ke dalam kehidupan kita sendiri.

Ingat ikrar tauhid kita setiap hari, "asyhadu an laa ilaa ha ilallah". Tiada ilah selain Allah. Tak ada sandaran selain Dia. Tak ada kekuatan selain dari-Nya. Tak ada rezeki selain dari-Nya. Tak ada ketenangan selain bersama-Nya. Tak ada kekuatan selain Dia yang memberi. Tak ada kedamaian selain Dia yang menganugerahkan. Tak ada kelanggengan selain Dia yang memegang.
Dan Dia sungguh tak pantas diduakan oleh selain-Nya.

 Doa pagi itu penting.

Sebelum memulai hari, meminta izin kepada Allah Ta'ala sang pemilik jiwa dan raga dan segenap kehidupan ini untuk menggunakan semua amanahnya di jalan yang benar.

Memohon agar Dia membimbing di setiap langkah. Memilah inspirasi dan ide yang benar. Menunjukkan kepada pekerjaan yang Dia ridhoi.

Agar kita tidak membenamkan diri dalam samudera kesibukan yang tiada henti.

Tahu-tahu rambut sudah memutih.
Tahu-tahu kulit makin keriput.
Tahu-tahu tubuh makin lemah.
Tahu-tahu malaikat maut datang menjemput.

Kita merasa banyak mengerjakan sesuatu tapi tak lain bagaikan debu yang ditiup angin.
Tak ada nilainya di mata Allah Ta'ala.
Sungguh sebuah tragedi besar dalam hidup.
Manakala kita merasa telah berbuat amal dan prestasi yang banyak tapi tak ada satupun yang menuai senyum-Nya.

Na'udzubillah tsumma na'udzubillah.

Amsterdam, di musim gugur 25 September 2022


Tuesday, September 13, 2022

 HADAPI SAJA


Dari zaman ke zaman sering terjadi peristiwa yang musykil dan bahkan mustahil.

Semustahil laut yang tiba-tiba terbelah dan menyelamatkan suatu kaum yang bisa menyeberang karenanya.
Semustahil Nabi Yunus as yang ditelan oleh ikan paus berhari-hari dan masih bisa hidup setelahnya.

Semusykil jumlah pasukan yang sedikit di Perang Badar yang bisa mengalahkan armada pasukan yang berjumlah 3 kali lipatnya.
Semusykil gadis desa bernama Joan of Arc yang tidak pengalaman perang tapi kemudian memimpin pasukan Perancis memenangkan pertempuran melawan Inggris yang menentukan peta peradaban dunia selanjutnya.

Dalam kehidupan yang dekat di hari ini, kita pun kerap mendengar keajaiban itu.
Bagaimana orang tua memiliki 12 anak, semuanya lulus semua jadi dokter sedangkan penghasilan ayahnya hanya mengandalkan dari jasa menarik becak. Suatu hal yang musykil.
Seperti musykilnya mengobati pasien stadium terminal kanker yang diperkirakan hidupnya hanya hitungan minggu atau bulan dan tiba-tiba sel-sel kankernya hilang begitu saja dari tubuhnya.

Orang menyebutnya miracle, outliers, coincidence, wonders of nature, keajaiban, atau bahkan kebetulan tanpa sedikitpun menyinggung causa prima, Sang Penyebab di balik itu semua. Maklum di zaman ini menyebut kata "Tuhan" cenderung dianggap klenik, tidak keren, mumbo jumbo, kurang saintifik atau tidak relevan. Na'udzubillah. Kita jadi orang yang cenderung melupakan Tuhan dan mengagung-agungkan sains yang padahal baru berkembang seumur jagung bahkan jauh lebih singkat dari itu dibandingkan usia bumi kita sendiri.

Tapi memang iman itu bukan mainan logika. Ia tak akan sanggup menjangkaunya. Iman itu adanya di qalb. Sebuah entitas yang tak terjangkau oleh deteksi alat-alat canggih laboratorium sains ataupun perhitungan model-model mutakhir. Iman adalah sesuatu yang diseru oleh para rasul sejak manusia ada di muka bumi. Karena para rasul itu berfungsi untuk membawa manusia dari kegelapan kepada cahaya. Dan nur iman adalah bagian dari cahaya itu.

Bagi orang yang beriman, berhadapan dengan hal yang musykil bahkan mustahil adalah sebuah keniscayaan. Maka jangan kaget, kehidupan orang beriman tidaklah mudah. Tapi itu adil saja. Kenapa demikian? Karena backingnya orang beriman adalah Allah Ta'ala. Itu yang membuat sekian banyak hal yang ajaib terjadi di dunia ini. Ketika kuasanya hadir against all odds.

Kalau Dia memudahkan, tidak ada yang sulit.
Kalau Dia melapangkan, tidak ada yang sempit.
Kalau Dia menerangi, tidak ada yang gelap.
Kalau Dia mengangkat, tidak ada yang terpuruk.

Kalau Dia memberi damai, tidak ada artinya huru-hara.
Kalau Dia memberi kepuasan di hati, tak ada artinya sebuah episode kekurangan.
Kalau Dia memberi kebahagiaan, sebuah kesepian dan derita menjadi seakan tak bertaring.

Seperti Nabi Ibrahim as yang pernah dilempar ke dalam gunung api dan dia tidak merasakan panas sedikitpun karena sang api diperintahkan untuk menjadi dingin oleh Allah Ta'ala.
Maka kehidupan orang mukmin akan bagaikan ditimpa prahara dari luar. Orang lain mungkin akan merasa iba dengan keadaannya. Orang yang tak paham akan bahkan mengira ia tengah diazab. Tapi semua api kehidupan itu tak membinasakannya, karena si mukmin tawakalnya 100% kepada Allah Ta'ala.

Jadi, apapun permasalahan yang Allah datangkan dalam kehidupan kita hadapi saja. Sungguh tidak akan binasa kita dalam aliran takdir-Nya. Dan tidak akan kecewa mereka yang berharap dari-Nya.[]

Saturday, September 10, 2022

 ROLLERCOASTER OF LIFE


Sekilas dia baik-baik saja. Penampilannya bak artis Hollywood. Semua yang dia pakai merk papan atas. Dan orangnya nampak selalu ceria. Tapi hari ini entah kenapa saya ingin berhenti sejenak saat berpapasan dengannya. Sekadar bertanya kabar.


"How are you?"


"I'm fine and you?" Jawabnya standar.


"I'm fine. But really how are you?"


Dia masih bilang fine. Cerita sana-sini. Tentang anaknya. Tentang pekerjaannya. Dan saya dengarkan dengan seksama sambil menatapnya dalam-dalam sampai dia terhanti dan melempar berita mengejutkan.


"My husband was asking for a divorce"


Dia nampak berusaha tegar saat mengatakannya. Walaupun demikian saya lihat pandangannya dilempar jaih-jauh seakan masih tak berdaya menghadapinya. Wajar saja, setelah 20 tahun pernikahan, ini hal yang mengejutkan buatnya. Dia berusaha kuat, untuk diri dan anaknya. 


"I cried for weeks everyday and I lost my weight!" Sambil memerlihatkan lingkar pinggangnya yang jauh mengecil dan tersembunyi di balik jas mahalnya yang panjang menjuntai.


Dia sudah mengendus gelagat tidak beres berbulan-bulan sebelumnya. Suaminya sering pulang dini hari, kadang bau alkohol. Kalau ditelepon tak diangkat. Tapi kalau anaknya yang telepon pasti diangkat, sambil sering terdengar suara musik hingar-bingar dan suara tawa banyak perempuan. Tapi dia pikir suaminya sudah cukup dewasa untuk melindungi rumah tangga yang telah mereka bina bersama selama dua dekade lamanya.


But life is like rollercoaster sometimes and really bites. 


"Luckily I have job that keeps me busy" katanya sambil membetulkan letak kacamata yang efektif menyembunyikan tatap mata kesedihannya.


I went speechless. Saya cuma bisa memeluknya dan berdoa untuk kekuatannya.

Saya tahu dia sering menyebut nama Tuhan. 

Bisa jadi itu sumber kekuatan utamanya.


"God bless you"

Saya berbisik padanya.


"Thanks  Tessa...."


Sedikit senyum mengembang di bibirnya yang merah menyala, pasti oleh lipstick merk mahal lainnya. Dia memang suka membeli barang-barang mahal. Ternyata itu hiburan buat dirinya. Menutupi sebuah kekosongan di hatinya. Lubang besar yang kian menganga dengan proses perceraian ini.


Semoga Tuhan membimbingmu menemukan kebahagiaanmu yang sejati kawan...

Thursday, September 8, 2022

 

BRIGHT
Saya suka memerhatikan kolega saya yang satu ini. Namanya Bright, asal dari Ghana. Kalau dia kerja, pace-nya lambreta alias lambat. Kadang bikin kesel. Kalau saya coba bantu dia dengan ambil alih beberapa tugasnya dia suka menolak. Tapi akibatnya kami harus mengantri menunggu dia menyelesaikan satu persatu pesanan dari restoran. Padahal ini restoran cepat saji. You gotta be fast!
Berminggu-minggu saya perhatikan memang kecepatan kerja dia ya segitu-gitunya. Kadang saya perhatikan dia sering berhenti untuk duduk, sesekali sambil makan. Bikin geleng-geleng kepala pokoknya melihatnya.
Tapi malam ini, semua perilaku dia itu terjelaskan sudah. Ternyata dia punya dua pekerjaan - seperti kebanyakan imigran dari Ghana. Dia kerja di malam hari di restoran sampai jam 3-4 dini hari. Tidur jam 5 pagi dan bangun jam 7-8 pagi untuk bekerja sebagai schoonmaakster (petugas kebersihan). Pantas saja kerja dia lambat di malam hari dan kerap berhenti, tenaganya sudah terkuras seharian!
Saat saya tanya, kenapa harus bangun sepagi itu? Jawabnya ringan dengan pembawaannya yang senantiasa ceria. Singkat, padat, katanya, "Tessa, i'm a man. I have to work hard for my family!" Saya tahu anaknya tiga. Yang kecil masih usia balita. Dan dia kerap mengirim uang buat orang tuanya di Ghana. Kampung halaman tempat dia pulang setiap beberapa tahun sekali dan tinggal di sana selama 1-2 bulan.
Lain kali saya melihatnya lambat mengerjakan pesanan, saya tidak akan membuatnya terburu-buru. Biarkan pelanggan menunggu beberapa menit lagi. This man has a tough life. Semoga amal itu membuat hatinya terang seperti namanya.


Tuesday, September 6, 2022

BUTTERFLY EFFECT

Adalah seorang ilmuwan bernama Edward Lorenz yang mengamati sebuah fenomena aneh di tahun 1960an. Ia adalah seorang meteorolog yang pekerjaannya sehari-hari memantau model cuaca dan segenap perubahannya. Dalam perhitungan komputernya dia melihat bagaimana sebuah perubahan kecil bisa menentukan sebuah hari berakhir menjadi cerah atau membuahkan badai. Sebuah bagian dari chaos theory yang menyimpulkan bahwa sebuah gerakan kecil berupa kepak sayap kupu-kupu di Brazil bisa menimbulkan timbulnya badai tornado di Texas. Bayangkan, dua tempat yang berbeda yang tampaknya tidak berkaitan ternyata memiliki hubungan yang sangat erat.
Butterfly effect ini juga terjadi dalam skala kehidupan sebuah perusahaan atau jalannya sebuah pernikahan. Jangan remehkan sebuah tindakan kecil seperti memberi tips lebih kepada seorang pegawai cleaning service atau office boy yang menuai doa mereka. Siapa tahu itu yang malah membuat perusahaan selamat dari badai krisis moneter tahun ini.
Jangan sepelekan juga sekadar merapikan rumah dalam sepi tapi dikerjakan dengan ikhlas, menyetrika pakaian yang menggunung setiap hari, mencuci alat makan yang senantiasa menumpuk, barangkali itu yang membuat berkah dan perlindungan Allah menyelimuti keluarga itu.
Juga dalam skala negara, jangan anggap ringan doa seorang tua yang tak dikenal di desa terpencil yang meminta kemerdekaan sebuah negeri yang menghasilkan perubahan drastis dalam percaturan dunia.
Artinya, mengubah dunia kita itu tak perlu muluk-muluk. Justru dari langkah yang kecil, dari yang dekat dengan kita, dari yang melekat dengan keseharian yang ada, dari apapun yang Dia tengah hadirkan di saat ini. That's how.
Like
Comment
Send