Thursday, April 28, 2022

 Jika saat ini kita masih merasa belum bekerja di bidang yang sesuai, belum mengerjakan usaha yang cocok dengan passionnya atau belum merasa berada di sebuah warna kehidupan yang nyaman baginya, maka kuncinya sebetulnya ada dalam shalat yang harus ditegakkan dengan baik.

Kenapa demikian? Karena shalat adalah tiang agama (ash sholatu imaduddin). Dan keseluruhan aspek kehidupan kita adalah diin itu sendiri secara hakikat.
Oleh karenanya shalat tidak sah jika tidak membaca surat Al Fatihah yang di dalamnya terkandung doa, "Ihdina shiraathal mustaqiim", sebuah permohonan agar Dia menuntun kepada bidang yang tepat untuk diri kita, kepada pekerjaan yang sesuai, kepada usaha yang baik, ke sebuah aktivitas yang paling Allah Ta'ala ridhoi.
Karenanya antara shalat dan pekerjaan dan aktivitas kita sungguh dua hal yang menyatu, bukan dua hal terpisah. Seolah-olah shalat hanya sebuah ritual di sepetak sajadah dan bekerja adalah hal yang lain. Shalat adalah ruh dari segenap aktivitas kita yang kalau tidak tegak shalatnya maka semua aspek kehidupan kita berantakan sebenarnya. Kita akan terjebak pada mengerjakan hal yang banyak tapi tidak kemana-mana dan tidak fokus. Akhirnya tidak akan memberikan ketenangan dan kepuasan dalam hati. Dan di lubuk hati yang terdalam kita bisa merasakan itu.
Shalat sungguh adalah kunci kehidupan. Di dalamnya ada doa yang bisa mengubah dunia kita dalam sekejap. Agar shalat tidak dipandang sebagai sesuatu aktivitas penggugur kewajiban semata apalagi dirasa sebuah sebuah beban. Na'udzubillahimindzaalik.

Tuesday, April 26, 2022

 SEMUA PERAN ADALAH VITAL


Bandara Schiphol saat ini sedang dalam keadaan kacau. Ratusan ribu pemakai jasa pesawat terbang harus antri berjam-jam. Tak sedikit yang pulang kembali atau mengambil alternatif moda transportasi darat untuk menuju daerah tujuan.

Apa yang terjadi? Kabarnya ini diakibatkan karena ratusan pegawai landasan maskapai penerbangan KLM mogok kerja. Salah satunya mereka yang bekerja di landasan berfungsi membongkar-muat barang. Berita selengkapnya bisa dibaca di berbagai kanal berita yang ada.

Tulisan ini menyoroti aspek lain. Bahwa hal yang serupa sudah beberapa kali terjadi, ketika sebuah organisasi besar terganggu kegiatannya karena aksi dari satu bagian yang biasanya kurang diperhatikan atau merasa tertinggal.

Sebuah organisasi itu bagaikan tubuh manusia. Setiap organ tubuh memiliki fungsinya masing-masing yang sama pentingnya. Tidak percaya? Ikuti adaptasi kisah anak berikut yang menggambarkan kenyataan yang ada.

Judulnya, "Ketika Sang Anus Mogok Bekerja"

I know, agak gimana...gitu judulnya. But, bear with me. Cause it's important to make a point.

So, once upon a time. Semua organ tubuh manusia sednag hang-out, membicarakan keunggulannya satu sama lain.

"Aku dong keren, tanpa aku kalian tak bisa tahu arah dan orientasi" kata si mata.
"Aku juga dong, tanpa aku kalian tak akan bisa mendengar" kata si telinga.
"Hey, jangan lupa. Tanpa kami kalian susah untuk makan dan beraktivitas." teriak dua belah tangan tak mau kalah.

Satu persatu setiap bagian tubuh membanggakan perannya. Termasuk kulit, rambut, bibir, hidung, dsb. Hanya satu bagian tubuh yang diam saja sejak awal. Dia merasa minder, karena berada di bagian yang biasa mengeluarkan hal yang dianggap menjijikkan. Dialah anus.

Lebih parah lagi, salah satu rekannya menyadari bahwa si anus tak berani bicara apa-apa dan balah mengejeknya, "Ya sudahlah anus, terimalah nasib dirimu bersimbah dengan kotoran terus, hahahaha!" Diikuti oleh tawa yang lainnya.

Si anus bersedih.
Dia merasa dia sudah menjadi bagian dari sebuah kesatuan tubuh. Tapi sekarang ia merasa perannya tak lagi penting.
Kesedihan itu berubah menjadi rasa marah.
Si anus tak mau lagi bekerja.
Dia mendiamkan diri.

Akibatnya tak ada sisa makanan yang bisa keluar. Bahkan angin pun tak dibiarkannya keluar.
Apa yang terjadi?
Dalam hitungan jam, perut mulai melilit.
Sistem usus sudah teriak-teriak kesakitan karena volume di dalamnya bertambah terus hingga meregangkan otot-otot polos serta saraf yang melingkupinya.

Tapi si anus tak bergeming.
Hatinya sudah terlanjau remuk.
"Biar saja" pikirnya "Biar mereka mengatasi kondisi yang ada dengan keunggulannya masing-masing"
Dia masih tak mau bekerja.

Semakin lama, rasa sakit makin menjalar di seluruh tubuh hingga akhirnya tak dapat dihindarkan setiap bagian tubuh terkena akibatnya. Mata mulai berkunang-kunang, kulit basah oleh keringat dingin, tangan gemetaran menahan sakit, mulut tak bisa makan menahan mual karena respon stress memicu asam lambung meningkat tinggi hingga akibatnya mengiritasi saluran pencernaan.

Akhirnya di hari ketiga. Semua bagian tubuh memohon kepada si anus agar dia kembali bekerja.
"Tolong wahai anus. Maafkan kebodohan kami dalam menilaimu." rayu mereka.

Si anus luluh hatinya. Ia mau berfungsi kembali. This time i'm not gonna explain more details.

That was it. They have to learn a hard way, bahwa dalam sebuah sistem tubuh semuanya memegang fungsi yang vital. Semuanya, tanpa kecuali. Dimana ketika satu bagian itu sakit dan tidak diperhatikan maka hal itu akan berpengaruh kepada seluruh tubuh.

Seperti halnya para pimpinan penerbangan KLM - yang top bossnya baru saja menerima bonus tahunan yang bombastis - yang harus belajar dengan cara yang pahit, bahwa setiap fungsi patut diperhatikan dengan baik jika ingin menjaga kesinambungan kerja perusahaan tersebut.

Sunday, April 24, 2022

 If you can get the right people in the right roles at the right moment in time - great things happen

Jika kita bisa menempatkan orang yang tepat di tempatnya pada waktu yang tepat maka hal-hal luar biasa akan terjadi.

Masalahnya, mengenai orang yang tepat itu perlu lebih dari sekadar evaluasi psikologi dan tool-tool management yang ada. Karena manusia itu punya jiwa dan ruh selain raga yang senantiasa nampak. Artinya, interaksi dengan Sang Pencipta adalah hal yang mutlak dalam mengidentifikasi identitas seorang manusia.

Taubat adalah jalannya. Menggiring manusia kembali untuk mengenal dan mendekat kepada Tuhan. Agar seiring dengan itu mereka menjadi mengenal siapa dirinya dan duduk di kursinya masing-masing dan mengelola semesta alam dengan semestinya.

 Sejak kecil saya sering diajak almarhum papa saya yang seorang wartawan berkeliling untuk mewawancarai narasumber yang beragam. Ada seorang transgender, tukang sampah, penyanyi yang tak lagi populer, pencipta lagu yang tak lagi laku. Orang-orang yang dalam pandangan masyarakat seolah tak lagi berharga, tapi papa bisa ngobrol asyik berjam-jam dengan mereka dan menuliskan kisah kehidupan mereka dari sudut pandang yang menarik untuk dibaca.

Sejak saat itu tampaknya ketakjuban saya kepada kisah hidup setiap orang mulai tumbuh. Saya makin melihat setiap orang sebagai sebuah ciptaan yang mengagumkan dari Sang Pencipta. Dan bahwa saat menelusuri kisah hidupnya kita sebenarnya tengah membaca hasil karya Tuhan Yang Maha Kuasa. Sungguh tidak ada kehidupan yang sia-sia, semuanya berharga!
Al fatihah untuk almarhum papa ❤
23 Ramadhan 1443 H

Saturday, April 23, 2022

 KAIDAH MENOLONG


Menolong orang itu tidak semudah yang kita kira.
Ternyata menolong itu tidak sama dengan memberi. Karena bisa jadi sebuah penolakan justru akan lebih menolong seseorang secara hakiki dibanding sebuah pemberian.

Misal, ada orang yang demikian tergantungnya dengan santunan dari seseorang hingga dia senantiasa mengandalkan orang tersebut untuk memenuhi segenap hajat kehidupannya. Sampai dia tak terasa jiwa tawakalnya kepada Allah Ta'ala menjadi tergerus. Karena yang dia lihat bukan Allah yang menolongnya, tapi si orang itu. Sedemikian rupa kalau ada sesuatu yang terjadi pada orang tersebut, dia akan berduka cita demikian dalam. Ia terlanjur tenggelam dalam ilusi bahwa rezekinya berasal dari orang itu, bukan dari Allah Ta'ala.

Kadang, di titik tertentu Allah memutus hal-hal seperti itu. Sesuatu yang terlanjur membuat hati kita terpaut demikian kuat dan menyandarkan diri kepada hal itu. Sebagai sebuah rahmat dan pensucian dari-Nya agar kita terhindar dari kecelakaan dan kesedihan yang lebih dahsyat.

Dalam setting dunia kerja juga, serta merta menerima seseorang untuk menempati suatu posisi tertentu hanya karena dia anak sahabat atau orang yang sudah kita kenal belum tentu sebuah tindakan menolong jika posisi itu ternyata bukan bidang yang tepat untuk yang bersangkutan. Dalam jangka panjang jiwanya tidak akan bahagia mengerjakan sesuatu pekerjaan yang bukan passion dirinya. Alih-alih menolong kita malah menzalimi dirinya.

Ayatnya jelas,
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al Baqarah: 216).

Jadi, adabnya sebelum kita buru-buru memutuskan bergerak menolong seseorang, berhenti sejenak dan berdoa serta memohon kepada-Nya apakah hal ini benar bisa mendatangkan pertolongan bagi yang bersangkutan dunia dan akhirat. Agar kita tidak terjerumus kepada sebuah langkah yang tampaknya menolong tapi dalam jangka panjang hanya akan membuat hal lebih parah lagi. Allah mengetahui mana yang lebih baik. Saatnya untuk lebih mengasah hati agar bisa mengetahui jawaban-Nya.

 LIFE IS FRAGILE


Hidup itu rapuh.
Apa-apa bisa hilang dalam sekejap.

Hal yang nampaknya hebat bisa berbalik jadi menjijikkan
Kondisi yang mapan bisa berubah menjadi payah
Keadaan sehat bisa sehari berubah menjadi lemah tak berdaya didera penyakit.

Kecantikan dan ketampanan bisa pudar, there is no amount of plastic surgery can't stop it.
Kekayaan bisa habis.
Ketenaran bisa berganti menjadi keterasingan.

Lantas manusia mau berpegang kemana?

Ke harta kekayaan dan keluarga yang akan ditinggalkan?
Ke posisi dan jabatan yang dikejar-kejar padahal hanya berbatas waktu relatif singkat itu?
Ke sahabat-sahabat yang katanya setia, tapi toh tak akan sampai ikut menemani kita masih ke liang kubur saat kita berpulang nanti.

Hidup itu begitu rentan.

Kecelakaan dan musibah kecil bisa terjadi dimana saja. Pada hal-hal yang sehari-hari kita lakukan.

Terkilir saat menuruni tangga.
Menabrak saat mengendara.
Tertinggal dompet di ruang publik.

Hal-hal yang membuat kita kesal, sedih dan terguncang.

Di situ, sebenarnya kita tengah ditunjukkan ihwal kecenderungan dan kemelekatan hati kita.

Bahwa ketika hati masih terpaut dengan sesuatu selain-Nya yang pasti akan binasa dan pudar, maka seiring dengan hilangnya sesuatu itu hati ikut terguncang karenanya.

Sebagai bukti bahwa tauhid kita masih lemah.
Sebuah dalil bahwa masih ada tuhan-tuhan lain bercokol di dalam hati.
Sesuatu yang kerap tidak kita sadari hingga akhirnya datang hari-hari Tuhan yang memberangus itu semua. Sebagai sebuah rahmat dari Allah Ta'ala.

22 Ramadhan 1443 H

Thursday, April 21, 2022

Hanya ketika secercah cahaya hadir, maka kegelapan menjadi bisa teridentifikasi.

Karena ketika berada dalam kegelapan yang absolut, seseorang bahkan tidak akan merasa dirinya dalam kegelapan. Dia sudah terlanjur terbiasa dengan keadaan itu.

Ketika cahaya Tuhan mulai menyinari ruang dada hingga lubuk hati seseorang, maka elemen kegelapan mulai menjadi dikenali.

Sebelumnya ia merasa baik-baik saja, merasa jadi orang shalih dan berbakti. Sampai pada suatu saat dalam hidup keburukan hati itu ditampakkan. Syariatnya melalui sebuah fenomena dalam interaksi dengan manusia lain.

Itulah fungsi ujian kehidupan. Adanya pion-pion yang Allah gerakkan untuk menyakiti kita, menzalimi, memfitnah dan menipu kita. Agar dengannya ditampakkanlah isi hati kita sebenarnya. Apakah kita pendendam? Apakah masih pemarah? Apakah menyimpan sifat bengis dan tak kenal ampun? Apakah pendusta? dsb. Tentu Allah Ta'ala Maha Tahu tentang isi hati kita. Tapi demikian sulitnya bagi seseorang untuk bahkan meneropong keadaan hati yang sebenarnya hingga Allah bantu tampakkan dalam kehidupannya.

Musibah, kesulitan, kesempitan dan guncangan hidup adalah sunatullah merupakan hal yang pasti akan dialami oleh setiap orang. Apalagi bagi orang beriman, karena iman adalah cahaya, maka ia akan menampakkan segenap hijab hati yang tersembunyi yang terproyeksikan dalam cermin tiga dimensi kehidupan kita masing-masing.

Jalannya bisa beribu satu cara. Tentu melalui orang lain. Tentu lewat orang yang dekat di sekitar kita. Tentu dalam semesta kita masing-masing.

Maka ketika suatu musibah atau ujian datang. Jangan buru-buru bersikap menyalahkan "the messenger", mereka hanya aktor yang Allah gerakkan di saat tertentu. Lihat dulu ke dalam hati sambil memohon kepada-Nya agar diajari ihwal apakah hal yang tengah diwujudkan ini. Agar setiap lembar hari menjadi sebuah tambahan ilmu bagi kita. Untuk lebih mengenal diri. Untuk lebih mengenal-Nya...