Monday, October 30, 2017

The Power of Your Name

Sudah beberapa hari ini saya berpapasan dengan anak perempuan lucu teman sekolahnya Rumi dalam perjalanan ke sekolah. Setiap kali berjumpa saya selalu menyapanya hangat sambil memanggil namanya "Hoi Rani, goede morgen!" Dan setiap kali pula sang anak memberikan tatapan yang aneh kalau tidak cuek bebek. Tapi saya ngga menyerah, pagi ini saya ketemu lagi sama dia dan tetap saya sapa hangat "Hoi Rani! Leuke vakantie gehad?" Lalu Rumi tiba-tiba mendekat dan berbisik "Nee mama, itu namanya Seven" dengan intonasi mirip karakter "sadness" dalam film Inside Out.
Ah, terjawab sudah misteri selama ini....

-----
Seseorang tidak akan memberikan respon yang adekuat jika dipanggil tidak sesuai dengan namanya.
Jiwa kita pun punya nama langitnya sendiri, sesuatu yang memberikan identitas serta peran seseorang dalam menempuh takdirnya di alam ciptaan. Maka jangan seenaknya memberi nama anak, karena nama itu doa dan memberikan visi tentang misi sang anak.

Sebagaimana seseorang yang tidak akan merespon saat namanya tidak dipanggil. Jiwa kita tidak akan memberikan respon yang tepat saat identitasnya tidak diseru. Jiwa tidak akan bergairah jijka diberi makanan yang tidak sesuai dengan seleranya. Inspirasi, semangat dan tekad yang sejati hanya muncul ketika jiwa dengan namanya sendiri. Seorang yang berjiwa seni akan selalu merindukan kapan saat ia dapat menyalurkan bakat seninya. Seorang yang berjiwa ilmuwan akan selalu senang diberi ruang untuk memikirkan problematik di bidangnya. Demikian seterusnya.

Tantangan yang ada saat ini adalah membuat takaran hidup masing-masing seimbang. Agar kewajiban mencari nafkah tidak ditelantarkan, hak anak dan keluarga tidak disia-siakan dan kebutuhan mengurus diri sendiri tidak dianggap remeh. Kuncinya hanya dengan menjalankan semua dalam timbangan keadilanNya. Dan tidak akan orang berbuat adil tanpa dilandasi taqwa. Adapun taqwa mensyaratkan adanya iman yang menyala sebagai jembatan komunikasi antara sang hamba dengan Rabbnya. Jika jembatan itu tegak maka sang jiwa akan menari gembira mendengar seruan dari-Nya di setiap saat, dan ia pun akan menjawab "labbaik, Allahumma labbaik..."

Gein, Amsterdam 30 Oktober 2017
10.00 pagi selepas mengantar Rumi ke sekolah

Sunday, October 29, 2017

"To increase your wealth your have to increase your wisdom"
- Muhammad Raheem Bawa Muhaiyyaddeen.

Hikmah (wisdom) terkait dengan kebersyukuran. Semakin orang bersyukur akan semakin bijak dalam berlaku.
Oleh karenanya kekayaan satu juta rupiah di tangan orang yang bersyukur bisa mendatangkan berkah dan kebaikan banyak bagi diri dan sekitar dibanding harta trilyunan di tangan orang yang tidak bijak.

Amsterdam, Gein 29 Oktober 2017
Saat menerjemahkan "The Bear Cub that Harmed the Sheikh"
12.06 siang

Wednesday, October 25, 2017

MENYIKAT WC & IDE TULISAN

Sejauh saya membaca materi tentang "How to find writing ideas", belum ada yang mencantumkan tips "menyikat wc"untuk mendapatkan ide tulisan. Well it happened to me anyway :)

Penekanannya bukan semata-mata "membersihkan wc" tapi lebih kepada mengerjakan segala amanah yang ada di depan mata. Saya perhatikan banyak ide tulisan serta inspirasi untuk menerjemahkan datang saat saya sedang mengerjakan pekerjaan rumah yang selalu menumpuk setiap hari itu mulai dari merapikan tempat tidur, mencuci dan melipat pakaian, membersihkan rumah, mengantar anak-anak ke sekolah dan mengasuh mereka sejak bangun sampai tidur lagi. And here's what i've experienced. Pernah satu saat mencoba menunda beberapa pekerjaan karena tergoda hawa nafsu yang cenderung terburu-buru itu dengan jargon "harus hari ini selesai, yes you can!" and it all went south ladies and gentlemen. Inspirasi macet, kata-kata yang keluar terasa dipaksakan it just didn't feel good.

Pelan-pelan saya belajar bahwa sebuah amal shalih tidak bisa diraih dengan mengabaikan asas keadilan. Menganggap seakan kegiatan dan tugas yang lain kurang penting atau bahkan tidak penting dibanding sang "amal shalih" yang nampak lebih memukau itu. Karena semua yang Allah hadirkan seremeh apapun kelihatannya justru adalah tiang-tiang yang menyokong kemisian yang jika tiangnya tidak ditegakkan maka mustahil sebuah urusan akan tegak. Seperti firman Allah, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu..."(QS Ibrahim:7)

Dalam pengalaman saya pribadi, amanah untuk menerjemahkan sebuah kitab kuno (Kitab Nabi Idris) yang oleh para ilmuwan di bidangnya diklasifikasikan sebagai tulisan yang njelimet oleh karenanya mursyid saya mengatakan fakta bahwa seorang emak rempong dengan dua balita bisa merampungkan proses penerjemahannya dalam sepuluh tahun adalah "sebuah keajaiban." In other words, it simply doesn't make sense!
Tapi dengan izin Allah terjemahannya bisa rampung ala kadarnya - namanya juga diterjemahkan oleh seorang amatir - editor saya tahu betul tentang ini :) Saya sadar betul yang saya lakukan hanya melayani satu persatu tamu-Nya yang dihadirkan tanpa harus ngoyo "harus kejar deadline". Metoda pendekatannya dibalik. Justru layani setiap apa yang hadir di saat itu. Tiba-tiba anak sakit, minta digendong, ada tamu di depan pintu, ada cucian numpuk, mainan berantakan, dan ya termasuk wc belum disikat. Lakukan semua itu dengan hati yang bernyanyi dan tiba-tiba begitu kembali ke laptop inspirasi mengalir deras hingga jari serasa menari sendiri.

Jadi jangan anggap remeh hal-hal kecil di sekitar kita. Kebaikan dan kontribusi yang kita berikan semungil apapun kelihatannya bisa jadi sebuah jalan dialirkannya rezeki lain lahir dan batin.

Gein, Amsterdam 25 Oktober 2017
16.28
Jelang les Bahasa Belanda

Monday, October 23, 2017

Apa Yang Kau Cari?

Kalau Anda ditanya, "Apa yang akan diraih 5, 10 atau 20 tahun ke depan?" Rata-rata dalam hitungan detik berbagai ide jawaban mulai menyeruak di relung pikiran kita.
Namun jika pertanyaan tadi dilanjutkan dengan "Bagaimana Anda dapat meraihnya?" Umumnya dibutuhkan waktu lebih lama untuk berpikir dan menyusun langkah untuk kemudian menilai apakah keinginan dan ambisi itu realistis atau tidak.
Pertanyaan berikutnya akan membutuhkan waktu lebih banyak lagi, karena selaiknya jawaban pertanyaan itu tidak hanya mengandalkan hasil informasi dari olah pikiran akan tetapi juga mengaktivasi elemen hati atau indera lain dalam diri seseorang. Dan pertanyaan itu adalah "Mengapa Anda menginginkan hal tersebut?"
Dari ketiga pertanyaan itu justru pertanyaan "mengapa" merupakan fondasi penting dari semua yang akan dan sedang kita lakukan. Jawaban dari "mengapa" itu menentukan niat dan arah yang sedang seseorang bangun. Sebagaimana sabda Rasulullah saw, "Sesungguhnya amalan itu tergantung pada niatnya, dan sesungguhnya setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan."
Oleh karenanya bisa jadi seseorang tampak mempunyai karya yang hebat di mata orang banyak akan tetapi niatnya sekadar untuk diri dan dunianya, maka amal-amal itu hanya berumur pendek dan tidak akan dibawa abadi ke hadapan-Nya. Di sisi lain ada orang amalnya yang sepi dari pujian dan perhatian manusia akan tetapi justru amalan kecil itu bernilai tinggi di hadapanNya karena dikerjakan dengan hati yang ikhlas.
Kita semua punya peran masing-masing yang tidak sama. It's simply a role to play here on earth, Tidak perlu merasa lebih hebat dari yang lain juga tak usah merasa minder, karena setiap diri kita membawa keping puzzle informasi yang penting yang jika satu keping hilang maka gambaran yang utuh dari puzzle itu tidak akan sempurna. Maka penting untuk selalu mengevaluasi jawaban kita akan pertanyaan "kenapa saya melakukan ini?", "untuk siapa?", "apa yang aku cari?". Karena kita hanya akan mendapat apa-apa yang kita cari dan cara pandang kita terhadap kehidupan dan diri sendiri ditentukan oleh jawaban tersebut.
Kemudian sadarilah bahwa diri kita beserta kehidupan yang melingkupi adalah bagian dari skenario besar kehidupan. Agar kita tidak dibuat murung dengan pembagian takdir yang sudah Dia kadarkan. Supaya kita bisa bangga dengan kehidupan masing-masing. Sebangga seorang tukang sapu yang bekerja di NASA yang tiba-tiba disapa oleh Presiden Kennedy dalam kunjungannya ke NASA Space Center pada trahun 1962. Saat sang Presiden Amerika itu bertanya, "Apa yang kau lakukan disini?" Sang tukang sapu itu menjawab dengan pasti, "Saya membantu orang pergi ke bulan pak!".

Amsterdam, 23 Oktober 2017
Tijdens herftsvakantie

Tuesday, October 17, 2017

Berserah Diri Berarti Paham PengaturanNya Adalah Yang Terbaik

Seorang muslim adalah orang yang menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah Ta'ala, sesuai dengan nama agama Islam yang salah satu artinya berserah diri.
Arti berserah itu paham kalau hanya Allah yang tahu ihwal diri kita, apa yang terbaik bagi kita dalam kehidupan kini dan yang akan datang.

Namun kebanyakan orang berkiblat pada hawa nafsu, berserah diri pada keinginan ego dan syahwat, bukan kepada kehendak Allah. Orang yang belum berserah diri menganggap semua rencana yang ia susun di dalam benaknya adalah yang terbaik untuknya sehingga berkeyakinan jika itu belum diraih maka ia belum meraih kebahagiaan.

Sungguh kasihan orang yang terbelenggu dengan hawa nafsu dan syahwatnya karena natur dari hawa nafsu adalah senantiasa menginginkan dunia dan tidak akan kenyang sebelum mulut dipenuhi oleh tanah, dengan kata lain ketika jasad sudah dikubur di dalam kegelapan bumi.

Agama diturunkan menawarkan solusi untuk terbebas dari semua belenggu penjajahan hawa nafsu dan syahwat diri yang cenderung memperbudak jiwa manusia. Jika seseorang mau berserah diri saja, maka semua jalan, pengaturan dan kebaikan-Nya akan mulai nampak sehingga manusia tidak perlu tenggelam dalam duka nestapa karena Dia tidak pernah berhenti melimpahkan anugerah dan pertolonganNya di setiap saat.

Berserah diri tentu berbeda jauh dengan pasrah tanpa terlebih dahulu mengoptimalkan ikhtiar. Karena pemahaman bahwa Allah selalu memberi yang terbaik tidak akan datang begitu saja. Harus ada upaya dari sang hamba untuk menuntut ilmu, berkawan dengan teman-teman yang memberi manfaat baik bagi jiwa dan mengubah gaya hidup menjadi melihat kehidupan akhirat nanti sebagai bagian yang tak terpisahkan dengan aktivitas di dunia per hari ini.

Tentu tidak mudah pada awal waktu, karena hawa nafsu dan jiwa akan selalu menginginkan hal yang berbeda. Di situlah justru jihad akbar kita masing-masing.

(Adaptasi dari kelas pembekalan yang disampaikan oleh Kang Zamzam AJT, Mursyid Penerus Thariqah Kadisiyah. Dari catatan mbak Dian Noviyanti)



Karena Allah Mustahil Menganiaya HambaNya

Karya seni ini kecil kemungkinan dipajang di Saatchi Gallery London apalagi disimpan di Rijksmuseum Amsterdam, bahkan dikasih gratis saja belum tentu ada yang mau. Tapi buat saya, ini sangat-sangat berharga karena ia adalah buah tangan si bungsu. Saya simpan di dalam file dengan rapih supaya dia atau anak cucunya bisa lihat kembali bertahun-tahun dari sekarang.

Allah, kasih sayangnya jauh lebih dalam dibanding sayang orang tua kepada anaknya. Makanya setiap amalan dicatat rapih, ada petugasnya khusus pula yang melakukan ihwal pencatatan tersebut. Suatu saat nanti semua catatan itu akan diperlihatkan kembali. Bukan untuk mempermalukan hamba-Nya, sungguh Dia jauh dari sifat itu apalagi untuk menganiaya sang hamba.

Yang Dia inginkan adalah agar sang hamba beserta seluruh amalnya menjadi abadi bersamaNya, itu sebabnya Dia mengutus sekian banyak utusan berupa penyeru dalam kehidupan juga memberi petunjuk ke dalam lahir dan batin manusia. Agar manusia meraih kebahagiaan hakikinya masing-masing dan tidak tertipu oleh ilusi sesaat.

Karena Allah itu Maha Suci maka segala sesuatu yang tidak suci akan otomatis hancur terbakar menjadi api begitu mendekat dengan-Nya. Jadi bukan maksud Dia menyiksa seseorang di dunia maupun di alam yang menjelang datang. Akan tetapi ketika sang hamba datang masih membawa sekian banyak kekotoran hati, ketidakmurnian dan kebusukan jiwa semua kualitas itu akan terbakar habis ketika berhadapan dengan cahaya kesucian dan kebenaran.

Seperti orang tua yang memperlihatkan kembali kekaryaan masa kecil anak-anaknya, Dia akan membuka kembali setiap episode dalam hidup yang di dalamnya kebanyakan masih luput dan khilaf untuk mengenalNya karena wajah kita saat itu sedang berpaling kepada selainNya. Sebab semua dicipta karena Dia rindu untuk dikenal.

Gein, Amsterdam 17 Oktober 2017
11.09 ba´da sholat dhuha sambil menunggu jemput Rumi dari voorschool


Monday, October 16, 2017

Saat Memakai Jubah Sang Pemelihara

Suatu hari Sulaiman as - seorang nabi yang dianugerahi kekuasaan besar di alam mulkiyah yang meliputi kaum jin dan manusia - memohon kepada Allah Sang Pemelihara alam semesta agar diizinkan sekali saja menghidangkan makanan bagi seluruh makhlukNya, sebuah permintaan yang didasari oleh kasih sayang beliau yang sangat besar kepada seluruh ciptaan.
Pada awalnya Allah Ta'ala menolak permintaan beliau dan berfirman, "Sesungguhnya engkau tidak akan mampu melakukannya." Namun karena ada sebuah pelajaran besar yang akan disampaikan kepada umat manusia maka permintaan sang nabi pun akhirnya dikabulkan.

Maka persiapan besar-besaran untuk menyiapkan hidangan bagi seluruh makhluk dipersiapkan. Dikisahkan banyaknya hidangan yang disediakan terbentang luas kira-kira sepanjang seseorang melakukan perjalanan selama satu bulan lamanya.

Setelah persiapan dirasa telah dihitung dengan cermat maka Nabi Sulaiman mempersilahkan agar para penghuni lautan terlebih dahulu datang dan menyantap hidangan yang tersedia. Tiba-tiba dari dasar lautan muncul sejenis ikan yang sangat besar dan melahap semua hidangan yang ada sekejap mata! Sang nabi kemudian tertunduk dan mohon ampun sambil memuji kekuasaan-Nya yang tak terhingga.

***
Allah Rabbul 'alamin adalah Sang Maha Pemelihara. Dia yang memelihara alam semesta dalam tatanan yang harmoni, Dia yang menyusun keping demi keping urutan takdir manusia dengan presisi, Dia yang merawat seorang manusia sejak alam ciptaan, alam rahim, alam dunia hingga ke alam berikutnya. Pada hakikatnya Dia yang memelihara anak-anak kita, orang tua kita - walaupun secara syariat Dia izinkan keterlibatan tangan manusia untuk ikut memelihara ciptaan-Nya. Bahkan Dia yang memelihara seluruh proses rumit yang terjadi dalam tubuh manusia, kendaraan jiwa yang kita pakai sehari-hari.

Inilah alasan kenapa Allah berfirman agar manusia jangan dibuat susah oleh anaknya, juga anak jangan dibuat pusing oleh perilaku orang tua atau saudara-saudaranya. Bawa Muhaiyyaddeen berpesan bahwa ikatan darah adalah sebuah ilusi. Ia bisa jadi sebuah penghalang bagi seseorang untuk melihat sebuah kebenaran (al haq).

Memang disebutkan bahwa infaq yang utama adalah kepada orang tua dan kerabat terdekat. Adalah hal yang mulia mengurus mereka. Akan tetapi jangan pakaikan jubah Sang Pemelihara kepada diri sendiri dengan merasa kalau tidak kita urus maka mereka akan binasa. Karena kuasa-Nya jauh lebih besar daripada perhitungan cetek seorang manusia.

Mursyid saya berpesan ihwal mempersiapkan masa depan anak. Kalau memang mampu menabung untuk sekolah dan masa depannya silakan lakukan. Akan tetapi kalau memang rezeki yang diterima pas-pasan dan kondisi belum memungkinkan untuk menabung maka jangan berputus asa dari karunia Allah Sang Maha Pemelihara. Manusia harus lebih percaya dengan jaminan Allah dibanding rencana canggih yang dibuat oleh dirinya sendiri. Bukankah masalah kronis kebanyakan manusia seperti gelisah, takut masa depan, panik hingga menghalalkan berbagai cara, semua itu timbul ketika lebih mengandalkan perhitungan diri dibanding menyerahkan kehidupan dengan hati yang bertaqwa kepadaNya. Kuasa-Nya menjadi samar ketika manusia lebih memercayai pertolongan ini-itu, tabungan ini-itu. harta warisan ini-itu atau rencana ini-itu. Padahal siapa yang memberi kesehatan, kepintaran, kelancaran dan kelapangan untuk itu semua?

Belajar dari kisah Nabi Sulaiman as yang ternyata tidak mampu untuk sekali saja mencoba memelihara makhlukNya, kita pun sebenarnya tidak mampu memelihara anak kita, orang tua kita bahkan diri sendiri pun kelabakan kita untuk mengurusnya, kalau tidak Dia turun tangan di balik itu semua. Tapi berapa banyak yang bisa menyadari uluran tanganNya yang dijulurkan setiap saat itu untuk kemudian secara penuh kesadaran meminta pertolongan kepadaNya sebelum menyibukkan diri mengupayakan ikhtiar sana-sini dan meminta pertolongan makhlukNya.

Maka bagi seorang Muhammad saw, seorang insan mulia yang diriwayatkan dijamin surga dan diampuni dosa masa lalu dan masa yang akan datang pun etika yang dibangun di hadapan Tuhannya adalah dengan menghadapkan diri setiap malam saat kebanyakan manusia tertidur lelap dengan menghabiskan waktu shalat berjam-jam lamanya hingga kakinya bengkak dan pecah.
Ketika ditanya mengapa beliau melakukan hal itu, jawabannya singkat dan dalam, ‘Tidakkah boleh aku menjadi hamba yang bersyukur ?`

Amsterdam, 16 Oktober 2017
14.46
Di hari musim gugur yang hangat dan cerah, 24 derajat celcius, een uitzondering!
Jarang-jarang soalnya...

Tuesday, October 10, 2017

Ini Rezeki Yang Patut Diperjuangkan

Rezeki dan usia itu salah satu yang sudah dikadarkan kepada setiap manusia saat jiwanya ditiupkan bersama sang ruh ke dalam janin ketika di dalam kandungan ibu*. Oleh karenanya Guru saya mengajarkan adab dalam berdoa agar menghindarkan diri dari meminta "rezeki sebanyak-banyaknya dan umur yang panjang." Sebaiknya jika memohon rezeki kasus per kasus saja, kalau sedang butuh uang sekolah anak mintalah, kalau butuh biaya menikah mohonkanlah. Kemudian saksikan bagaimana Allah Sang Penguasa seluruh alam menggerakkan semua ciptaan-Nya. Dengan cara inilah kita bisa mengenal-Nya dengan lebih baik.

Juga penting untuk memohon sesuatu yang pas dengan kadar diri, termasuk di dalamnya gaya hidup. Setiap orang sudah dikadar kapasitas mengatur rezekinya masing-masing ada yang punya kapasitas mengatur rezeki satu ember, ada yang berkapasitas mengatur rezeki satu gentong dan juga ada juga yang punya kapasitas mengatur rezeki satu danau. Disini pentingnya kemampuan untuk membaca diri dan jujur kepada diri sendiri. Sebab kalau seseorang kapasitas pengaturan rezekinya satu ember lalu meminta satu danau, bisa-bisa dikabulkan tapi jiwanya pasti akan pontang-panting mengatur itu semua, karena itu diluar kapasitasnya. Akhirnya apa yang terjadi? Keinginannya menjadi liar, waktu dan tenaganya akan habis oleh hal-hal yang bukan urusan dia, dan ia akan dibuat mabuk oleh rezeki yang terlalu banyak itu hingga akhirnya maut datang menjelang dia terlupakan oleh tugas utama dirinya, sebuah misi suci yang melatarbelakangi mengapa dia diutus ke muka bumi.

Oleh karenanya sangat tidak layak untuk mengukur pencapaian hidup dari kadar rezeki lahiriyah yang sudah dikadar berbeda untuk masing-masing orang itu. Sama sekali tidak adil. Rezeki itu bukan indikator kesuksesan hidup, lha wong sudah dijatah, biasa saja menyikapinya. Rezeki lahiriyah itu hanya alat untuk menggapai rezeki batin yang kebanyakan manusia meninggal dengan membawa kantong rezeki batin dalam keadaan kosong melompong.

Apa rezeki batin itu? Dia adalah ilmu, pengetahuan tentang-Nya, tentang kehidupan, kesabaran, kesyukuran, rasa tawadhu, tawakal dan sifat-sifat baik lainnya. Itulah sebaik-baik rezeki yang akan kita bawa ke alam berikutnya selain dengan berbagai harta, tenaga, waktu yang kita infaq-kan untuk-Nya. And that's the one worth fighting for...

---
* "Sesungguhnya salah seorang diantara kalian dipadukan bentuk ciptaannya dalam perut ibunya selama empat puluh hari (dalam bentuk mani) lalu menjadi segumpal darah selama itu pula (selama 40 hari), lalu menjadi segumpal daging selama itu pula, kemudian Allah mengutus malaikat untuk meniupkan ruh pada janin tersebut, lalu ditetapkan baginya empat hal: rezekinya, ajalnya, perbuatannya, serta kesengsaraannya dan kebahagiaannya.” (HR Bukhari Muslim)



Amsterdam, 10 Oktober 2017
Jam 16.23 sore selepas diskusi dengan kenalan dari Inggris

Monday, October 9, 2017

Adam Yang Dicipta Dengan Kedua Tangan-Nya

Salah seorang sufi telah berkata mengenai firman Allah, "Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (al asma') seluruhnya"(QS Al Baqarah [2]:31) sebagai berikut,

"Ia menempatkan di dalam jiwa Adam substansi dasar (latiifah) dari setiap asma-Nya, dan melalui substansi dasar itulah ia dipersiapkan untuk menyerap asma-Nya yang Jalal dan Jamal, sesuatu yang Ia sebut sebagai dua belah tangan-Nya. Karena Ia telah berfirman kepada Iblis, "Allah berfirman: "Hai iblis, apakah yang menghalangi kamu sujud kepada yang telah Ku-ciptakan dengan kedua tangan-Ku."(QS Shaad:76). Segala ciptaan selain Adam telah diciptakan dengan satu tangan (Allah), karena mereka adalah tempat manifestasi salah satu sifat Yang Maha Indah, seperti para malaikat yang menebar rahmat, atau (manifestasi dari) sifat Yang Maha Agung. seperti para malaikat pembawa hukuman dan kaum setan."

(Terjemahan dan kutipan dari "The Quintessence of the Wisdom of (The Name) Allah In The Logos of Adam." Ibn Arabi's Own Summary of the Fusus. WIlliam C. Chittick. Journal of the Muhyiddin Ibn 'Arabi Society. Vol I, 1982.)

Sunday, October 8, 2017

Tidak Perlu Membanding-bandingkan Diri

Manusia cenderung memiliki keinginan untuk lebih unggul, lebih mulia, lebih kaya, lebih jagoan, lebih kuat, lebih hebat dan lebih pintar dibandingkan yang lain. Oleh karenanya manusia sering membanding-bandingkan antara kemampuan dirinya, kekayaan dirinya, keadaan dirinya dengan orang lain.

Permainan saling membandingkan antara satu sama lain ini kerap menjerumuskan manusia kepada dua kutub yang menyesatkan dari fitrahnya. Satu sisi merasa diri lebih baik dan memandang orang lain lebih rendah dan sisi lain merasa diri rendah, minder lalu merasa tidak diri tak berdaya dan kurang berharga dibanding yang lainnya.

Oleh karena itu tidak bisa pada dasarnya kita membandingkan seseorang dengan yang lainnya, karena perilaku seperti ini rentan dihinggapi oleh perasaan dan pikiran bahwa ada ciptaan-Nya yang lebih baik daripada yang lain, dan itu sama dengan menghina Tuhan, Yang Menciptakan dan Mengkadar semua ini dalam timbangan Keadilan-Nya. Hargailah kehidupan diri dan kehidupan orang lain apapun bentuknya pun bagaimanapun kelihatannya karena setiap orang memiliki format masing-masing dalam jalan panjang kembali mengenal-Nya. Sungguh setiap orang menyimpan khazanah yang besar di dalam dirinya, tidak ada seorang manusia pun yang kosong dari khazanah itu. Maka kemuliaan yang abadi dan hakiki adalah manakala ia bisa menyingkap sang khazanah yang tersembunyi itu.



(Adaptasi dari kajian Al Hikam yang disampaikan oleh Kang Zamzam AJT, Mursyid Penerus Thariqah Kadisiyah,7 Oktober 2017)


Friday, October 6, 2017

Buhul Tali Yang Kokoh

Di dalam hadis riwayat Baihaqi, Malaikat Jibril as., menyampaikan pesan Allah SWT tentang beberapa kunci mensikapi hidup di dunia kepada Rasulullah SAW agar diteruskan kepada seluruh ummat Rasulullah SAW (termasuk kita sekalian):

Malaikat Jibril AS mendatangiku seraya berkata: “Wahai Muhammad!
“Hiduplah kamu (di dunia ini) sehendakmu, tetapi ingat bahwa kamu akan mati;
cintailah apa yang kamu sukai, tetapi ingat bahwa kamu akan meninggalkannya,
dan berbuatlah sesukamu, tetapi ingat bahwa kamu akan mendapatkan balasan dari apa yang telah kamu perbuat..”

Prestasi setinggi apapun di dunia ini akan hilang ditelan zaman setidaknya tinggal kenangan.
Obyek-obyek apapun yang kita cintai di dunia akan kita tinggalkan pada saat malaikat maut datang menjelang.
Kita bisa memilih memanfaatkan kesempatan usia yang ada untuk memuaskan hawa nafsu atau menahan hawa nafsu untuk waktu yang sangat singkat (beberapa tahun saja) dibanding dengan ribuan tahun di alam barzakh bahkan waktu yang tak terhingga di alam akhirat nanti, namun setiap tindakan, lintasan pikiran dan kata hati akan dipertanggungjawabkan nanti di hadapanNya. Karena hidup ini Dia yang punya, adapun kita hanya meminjam setiap nafasNya.

Jika memang sifat dunia ini fana, pasti akan binasa dan rusak, maka yang paling cerdik adalah memilih apapun yang lebih kokoh, lebih abadi. Kuncinya adalah pada penghadapan wajah hati.

"Dan barangsiapa menyerahkan wajahnya kepada Allah (wa mayyuslim wajhahu) sedang ia orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya dia telah berpegang kepada buhul (tali) yang kokoh. Hanya kepada Allah kesudahan segala urusan." (QS Luqman [31]:22)

Amsterdam 6 Oktober 2017
Bada sholat ashar 17.27

Wednesday, October 4, 2017

Luluh Dihadapan Sang Kekasih

Pagi ini saya melihat dari jauh seorang ibu berlari tergopoh-gopoh di atas trotoar sambil mendorong stroller dengan seorang anak tengah duduk di atasnya. Karena penasaran saya pun mendekatkan diri sambil bersepeda di dekatnya. Ternyata dari dekat terdengar bunyi sang anak berseru "nog harder mama! nog harder!" meminta sang ibu agar lebih kencang mendorong strollernya, ibu itu pun menurut saja terus berlari sambil tersengal-sengal. Betapa pemandangan yang menghangatkan hati. Sedemikian besarnya kasih orang tua untuk menyenangkan anaknya.

Bagaimana dengan Dia? Jujur semakin lama semakin saya tidak bisa membayangkan saat pertemuan kembali denganNya. Kalau pancaran satu bagian dari kasih sayangNya di dunia ini bisa demikian memukau seperti dikatakan dalam hadits, “Sesungguhnya Allah Swt memiliki 100 rahmat (nikmat) satu rahmat dari padanya diturunkan Nya dan dibagi-bagi diantara jin, manusia, hewan-hewan besar dan kecil. Dengan rahmat yang satu itu, semua makhluk tersebut. Saling sayang menyayangi dan kasih mengasihi. Dengan rahmat yang satu itulah seekor keledai liar menyayangi anaknya. Adapun rahmat yang 99 lagi disediakan Allah Swt buat kehidupan di akhirat. Dengan rahmat yang 99 itulah Allah Swt akan mengasihi hambaNya pada hari kiamat”. (HR. Bukhari dan Muslim). Lantas bagaimana pula manifestasi kasih sayangNya di alam-alam nanti?

Sejak remaja saya selalu punya mimpi untuk bisa kembali bertemu Tuhan, dalam bayangan saya yang terpengaruh imaji film Hollywood ini, pertemuan kembali denganNya akan mirip seperti adegan slow motion bertemunya dua kekasih yang telah lama berpisah. Dalam mimpi saya itu Tuhan akan tersenyum pada saya lalu memeluk sambil mengusap kepala
saya seraya berkata "I'm very proud of you!".

Tapi merasakan kehangatan pemandangan kasih ibu pada anaknya pagi ini yang sudah cukup membuat air mata haru menetes di pipi, rasanya saya tidak akan kuat menghadapi 99 bagian kasih-Nya. Mungkin saya akan keburu meleleh dan hancur berkeping-keping dalam Keagungan-Nya...

"Sabar saja dulu..."

"...dan bersabarlah terhadap apa yang menimpamu, sesungguhnya yang demikian itu termasuk perkara yang penting."(QS Luqman [31]:17)

Bagi yang sedang menunggu datangnya sang jodoh,
Bagi yang hatinya meradang karena sudah tidak betah di pekerjaannya,
Bagi yang harus menerjang kemacetan sehari-hari,
Bagi yang sedang berada dalam kemelut rumah tangga,
Bagi yang berjuang mencukupi kebutuhan rumah tangga,
Bagi yang masih banting tulang menutup hutang-hutangnya,
Bagi yang rempong mengurus anak-anak balita(ini jelas menasihati diri sendiri 😉)

"Sabar saja..." demikian selalu mursyid saya mengajarkan, walaupun yang curhat sudah cerita ngalor-ngidul. Ya memang itu satu-satunya jalan untuk mencapai kemuliaan hidup.
Sabar bukan berarti pasif, diam dan berpangku tangan.
Sebaliknya sang jiwa berjuang untuk menundukkan keliaran sang hawa nafsu yang selalu bersifat tergesa-gesa dan ngga sabaran. Padahal kalau saja seseorang sabar akan ada jalan keluar yang Allah tunjukkan, bukan jalan keluar hasil nerobos pagar atau nabrak tembok yang bikin runyam itu. Tunggu saja sampai Allah berikan jalan keluar yang jelas dan baik. Bukankah Rasulullah saw bersabda, "Menanti datangnya penyelesaian dari Allah adalah ibadah."

Kiranya sabar dan ngga grasa-grusu itu menandakan kematangan jiwa seseorang. Sebagaimana dikatakan oleh Jalaluddin Rumi, "Kawan, menjadi seorang pe-Cinta itu harus menelan dukanya! Dimanakah dukamu? Diamlah! Karena kesabaran itu memerlukan kedewasaan. Dimanakah kedewasaan?"

Tilawah QS Luqman
Amsterdam, 4 Oktober 2017
11.15 pagi yang mulai dingin di musim gugur
Menunggui Rumi yang asyik nonton Omnom, jelang belanja di Jumbo lalu jemput Elia