Friday, September 30, 2022

 Allah sebenarnya tidak butuh sujud kita. Karena itu sujud dan segenap ibadah itu bukan semata-mata dikerjakan untuk sekadar "memperbanyak setoran", tapi bagaimana semua ibadah itu menjejak ke dalam jiwa hingga hatinya menjadi lebih terang dicahayai oleh cahaya akal.


Karena nilai manusia yang sebenarnya adalah pada pemaknaan hidup. Yang dengannya ia bisa semakin memaknai pekerjaannya yang semula dianggap tidak sukses, memaknai wajah dan bentuk tubuh yang dipandang biasa-biasa, memaknai warna kehidupan rumah tangga yang dia anggap kurang bahagia, memaknai makna sebuah perceraian, memaknai sebuah episode berpoligami, memaknai anak dan pasangan yang dibuat sakit, memaknai konflik yang ada antara orang tua dan anak, memaknai kenapa usahanya dibuat bangkrut di suatu waktu, memaknai kenapa dia dibuat jatuh cinta kepada orang lain, memaknai kenapa hati dibuat begitu beku dan kurang bergairah, memaknai sebuah episode penantian yang lama, memaknai kenapa dia dibuat gagal terus di suatu bidang dll.

Agar manusia jangan sekadar singgah di bumi ini dan terkatung-katung dari satu aliran takdir ke aliran takdir yang lain tanpa memahami bahwa semua didatangkan dengan satu alasan. Agar ma'rifat kita semakin bertambah kepada-Nya. Itulah letak pemaknaan yang hakiki.

 "Laa ikraaha fid diin..."

(QS Al Baqarah [2]: 256)
Dalam diin (agama) tidak ada paksaan.
Bagi yang sudah dalam diin, apapun dia kerjakan dengan sukacita. Timbul dari sebuah kesadaran dan kebaktian yang kerap tak dapat dicerna oleh logika.
Seperti orang yang sedang jatuh cinta, katanya gunung pun kan ku daki, lautan pun kan kuseberangi. Demi bertemu dengan yang dicintai, rela berlama-lama menempuh perjalanan jauh. Rela mengeluarkan ongkos bolak-balik, sekadar bertemu di akhir pekan yang singkat. Rela bermalam-malam pulang sambil menahan kantuk.
Kata paksaan tak dikenal oleh seorang pecinta. Ia melakukan semuanya dengan suka cita. Apapun akan dia lakukan demi menuai senyuman sang kekasih.
Orang yang sudah dalam diin, tak merasa dipaksa.
Mereka mengerjakan semua syariat dengan suka cita.
Tak merasa dipaksa shaum, menahan lapar dan haus seharian.
Tak merasa dipaksa mengenakan jilbab.
Tak merasa dipaksa membayar zakat.
Tak merasa dipaksa bangun di sepertiga malam sambil menahan ngantuk dan menerobos selimut kemalasan.
Tak merasa dipaksa mengerjakan amr-Nya.
Tak merasa dipaksa ketika ia harus mengerjakan petunjuk-Nya yang berat sekalipun. Seperti Ibrahim as yang harus meninggalkan anak dan istrinya di padang tandus Mekkah. Seperti Nuh as yang harus merelakan anaknya ditelan air bah. Seperti Rasulullah saw yang menerima petunjuk harus berperang.
Dalam diin, hanya ada satu keinginan. Keinginan Sang Pencipta.
Hanya ada satu keridhoan. Keridhoan Sang Pencipta.
Hanya ada satu tujuan. Ma'rifat kepada Allah Ta'ala.
Maka diin mempersyaratkan sebuah keberserahdirian (aslama) mutlak.
Itulah Diinul Islam.
Jalan berserah diri untuk menemukan kedamaian yang sejati.
Amsterdam, 30 September 2022 / 4 Rabiul Awwal 1444 H

Thursday, September 29, 2022

 Dont hope for a life without problems


Tujuan kita hidup bukan untuk menyelesaikan masalah. Karena sampai mati masalah akan ada saja. Allah punya seribu satu cara untuk membuat si hamba mendongak ke atas, memohon kepada-Nya. Karena memang tujuan penciptaan manusia adalah agar kita mengenal Dia. Jadi dinamika kehidupan desainnya memang agar menumbuhkan rasa butuh Dia. Realize this and stop playing God. It will safe lots of time and energy.

 "Tessa, you will see that someday i will be somebody"


Kolega saya yang satu ini datang dari Ghana, mengadu nasib di Amsterdam. Ingin sukses seperti saudara-saudaranya yang membangun karir di Inggris. Sukses tentu dalam kacamata dunia, punya rumah, punya mobil, punya gaji bagus. Dia merasa minder karena diantara saudara-saudaranya dia merasa yang paling kurang sukses.

Jadilah semalam kami berbincang tentang makna sukses. Saya katakan padanya, "To me, you are somebody. And i'm sorry if you or other people don't see that" Lalu saya kemukakan argumen yang membuat dia o"seseorang" di mata kami, para koleganya. Sesuatu yang diiyakan oleh kolega yang lain, bahwa dia orangnya ringan tangan, a team player, hard working man, jujur dan baik. That is a quality of "somebody".

Karena beliau orang Nasrani, saya pakai pendekatan Bibel, bahwa God measures success differently than the world does. Jesus said, “It is the one who is least among you all who is the greatest” (Luke 9:48; . Mark 9:35).

Di titik itu dia terdiam dan menyahut, "You are right..."

#sepenggal percakapan dengan kolega di malam hari yang dingin, memasuki musim gugur

Amsterdam 29 September 2022 

Wednesday, September 28, 2022

 GROWTH SPURT


Anak-anak rentang usia 8-13 tahun kalau orang Sunda bilang “keur meujeuhna”. Hampir tiap 10 menit buka kulkas. Ngemilnya banyak. Maklum badannya sedang kencang-kencangnya mengalami proses pertumbuhan. Saat bertumbuh, tubuh perlu nutrisi ekstra.


Jiwa pun begitu. Ciri seseorang jiwanya bertumbuh, dia akan butuh lebih banyak asupan. Tapi asupannya jiwa bukan dari alam dunia. Dia butuh makna yang diteteskan dari alam langit. Makanya dia butuh lebih banyak ngaji, mengkaji Al Quran, membaca buku, mendengarkan ceramah, bertafakur tentang kehidupan. Dia akan mulai mempertanyakan banyak hal, tentang siapa saya, apa fungai hidup, apa makna pekerjaannya, apa kebahagiaan dsb. 


Jiwa berasal dari alam malakut, dia bukan penduduk bumi, maka tak ada satupun yang bisa memuaskan dahaganya kecuali yang datang dari alam yang lebih tinggi. Itu kenapa selalu ada kegelisahan dan rasa sepi yang tak akan pernah bisa dipuaskan dengan segenap pencapaian dunia. Kehausan jiwa tak akan hilang hanya dengan meraih posisi top di perusahaan atau di bidangnya. Pun jiwa tak akan bergeming walaupun dirinya masuk ke jajaran 50 orang terkaya versi Forbes, atau menjadi orang yang dianggap terkenal sedunia sekalipun.

Keinginan jiwa hanya satu, mengambil apapun yang datang dari Tuhannya. Karena tujuannya tunggal, agar menjadi hamba yang didekatkan.[]

 "Ah, rasanya aku sudah ridho dengan apa yang Dia takdirkan"

Suara hati meninggi-ninggikan diri.

Suara akal lalu menyahut, "Beneran nih kamu sudah ridho? Buktinya masih sewot waktu mobil diserempet orang. Masih emosian waktu suami harus membagi waktunya dengan yang lain. Masih gelisah waktu uang proyek terlambat keluar. Masih marah waktu petugas kantor dirasa kurang memberi penghormatan. Masih kebakaran jenggot mengetahui anak baru kemarin dipromosikan jabatannya.
Masih naik darah waktu murid lupa memanggil dengan julukan "prof"
Masih gelagapan waktu anak bermasalah.
Masih mengeluh waktu dikasih sakit pinggang sedikit.
Masih ini...
Masih itu..."

Iya ya, tidak mudah bersyukur itu...

 Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk, yang telah dicabut akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak) sedikit pun.

(QS Ibrahim [14]:26)

Ada jenis manusia yang digambarkan dalam Al Quran seperti pohon yang tercerabut akarnya dari bumi, dimana pohon itu tidak dapat tegak sedikitpun. Ini adalah gambaran manusia yang tidak kokoh berpijak di buminya. Tidak memegang amanah dunia yang ada. Berpaling dari takdir yang Allah tetapkan baginya di bumi dimana dia berpijak.

Bumi kita adalah tubuh kita dengan segala keadaannya, keadaan rumah tangga, hubungan dengan pasangan, keadaan anak-anak, warna kehidupan yang melingkupi, pekerjaan yang sekarang ada, rumah yang sekarang ditempati, negeri dimana dia berada. Semua dihadirkan oleh Allah Ta'ala yang mengatur takdir setiap insan dengan sangat detil.

Pohon yang tercerabut dari akar adalah gambaran dari manusia yang berpaling dari realita yang ada. Dia mengeluhkan bahkan menolaknya. Alih-alih akarnya mencengkeram kuat bumi dan menyerap air dan unsur hara sehingga membuat batang dan ranting-ranting pohon merentang ke langit dan menerima banyak anugerah. Ia pun tumbang, jatuh, terpuruk, kehilangan dirinya. Jiwanya merana walaupun seolah-olah penghidupan dunianya tercukupi sekalipun.

Lalu bagaimana agar pohon itu akarnya menjejak kuat? Kata kuncinya adalah syukur. Terima dan syukuri apa yang ada. Sepahit dan setidak enak apapun fenomenanya. Bagian dari menjadi dewasa adalah kita harus belajar menelan pil pahit kehidupan demi kesehatan jiwa.[]

Tuesday, September 27, 2022

 Orang tua sering terlalu mengandalkan institusi sekolah untuk mendidik anak-anaknya. Lupa bahwa pendidik pertama dan utama bagi anak-anak mereka adalah orang tuanya sendiri.

Dari orang tuanya anak-anak menyerap berbagai karakter baik itu yang baik atau yang buruk. Disadari atau tidak adalah orang tua yang memberi warna kepada karakter si anak.
Tak peduli sebagus apapun reputasi sekolah atau perguruan tingginya. Tak peduli sebanyak apapun inspirasi atau motivasi yang diberikan di luar. Tapi yang akan banyak anak serap dan kemudian membentuk karakternya adalah bagaimana orang tuanya berperilaku.
Bagaimana orang tua memerlakukan pasangan satu sama lain. Bagaimana orang tua berinteraksi dengan tetangga.
Bagaimana orang tua menghormati orang kecil.
Bagaimana orang tua memegang janji.
Bagaimana orang tua sabar menghadapi kelelahan dengan tanpa mengeluh.
Bagaimana orang tua memilih berbuat jujur ketika ada kesempatan untuk berbuat curang walaupun kecil-kecilan.
Bagaimana orang tua tidak berbohong, walaupun sekadar menjawab "Apakah mama atau papa ada di rumah?"
Bagaimana orang tua berkendara dan berperilaku di jalanan.
Bagaimana orang tua merapikan dan menjaga kebersihan rumahnya.
Semua hal yang orang tua tampilkan akan diserap oleh anak dan mewarnai karakternya. Sesuai dengan sabda Nabi, "Setiap anak terlahir fitrah...." Orang tuanya yang menjadikan dia melenceng dari fitrahnya.

 Hawa nafsu itu sifatnya terburu-buru. Ingin cepat kaya, ingin cepat populer, ingin segera naik pangkat, ingin buru-buru ini dan itu.

Kalau bisa tanpa susah payah. Sogok kiri-kanan. Sikut depan-belakang. Mengemis sana-sini. Tutup mata dan tutup telinga. Sebodo apa kata orang, apalagi kata hati, yang penting egonya terpuaskan.

Banyak yang tertipu skema bunga besar, untung sesaat, modal sekecil-kecilnya untuk meraup keuntungan sebanyak-banyaknya. All of those nonsense. Namanya juga "nonsense", cause it simply doesnt make any sense.

Ingin untung banyak tanpa keluar keringat dan tak perlu menunggu lama. Itu jualan setan dan para penipu sejak zaman dulu. Old songs. Tapi toh banyak yang termakan janji-janji seperti itu.

Padahal, dalam berpeluh mencari nafkah ada sekian banyak rahmat yang turun. Dalam bersabar menanggung beban keluarga, ada otot-otot kesabaran yang tengah diperkuat. Dalam tidak mengeluh menjalani takdir yang ada: rasa sakit, kesepian, penantian dan lainnya, ada pohon akal jiwa yang tengah ditumbuhkan.

Pada saatnya, pohon di dalam diri itu akan berbuah manis. Karena kesabaran selalu berbuah manis. Buah-buahan itu yang sejak di dunia saja kita sudah mulai bisa meraup manfaatnya, apalagi di akhirat nanti. Maka tak heran kalau para penghuni surga mengenali buah-buahannya tersebut. Buah dari taqwa dan kesabaran mereka menanggung kesulitan dan ujian di dunia,

“Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan beramal shaleh, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap kali mereka diberi rezeki buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka mengatakan, “Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu”. Mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada istri-istri yang suci dan mereka kekal di dalamnya” (QS al-Baqarah: 25)

Allah tidak akan mengabulkan suatu permintaan orang yang bertaubat jika hal itu malah akan membuat ia lebih jauh dari-Nya 


Taubat itu tarikan-Nya agar si hamba senantiasa mendekat kepada Allah Ta'ala. Hanya orang-orang yang Dia kehendaki yang kemudian ditaubatkan.


Pahamilah bahwa taubat itu sebuah jalan mendekat kepada Allah, Sang Sumber dari segala sesuatu. Maka bagi orang yang ditaubatkan, semua takdir yang diberikan semata-mata sebuah pengaturan agar hatinya semakin bergantung kepada Allah, semakin tawakal, semakin merindui-Nya.

Di sisi lain, apa-apa yang berpotensi membuat si hamba menjauh dari-Nya akan dicegah. Kadang itu berupa diganti pekerjaannya, diubah penghidupannya, ditenggelamkan egonya, ditahan mimpi-mimpinya, dibuat bercerai, diperjalankan ke tempat yang jauh, dan hal-hal lain yang dirasa menyakitkan tapi ketahuilah bahwa pil pahit itu sangat menyehatkan jiwa. Asalkan kita sabar dan memelihara baik sangka kepada Allah, maka apa-apa yang luput dan diambil dari kita akan dikembalikan dalam bentuk yang lebih baik dan lebih berkah.[]

Sunday, September 25, 2022

 Makin berusia, makin melihat bahwa kunci keselamatan itu terletak pada pertolongan Allah Ta'ala. Titik.


Jadi mesti pinter-pinter dalam memikat Allah, apapun yang bisa kita lakukan. Harus banyak memanggil dan berdialog dengan Dia dalam keadaan apapun. Sedang shalat, di luar shalat. Sedang rebahan, sedang olahraga, sedang masak, sedang nyetir, sedang belanja. Sebut terus Dia. Agar hati terpaut hanya kepada-Nya.

Karena begitu hati kita mengandalkan gaji bulanan, uang hasil proyek, keuntungan ini-itu, pinjaman itu, sanak saudara yang dianggap berkemampuan, deposito, harta warisan, janji ini-itu, asuransi, kepopuleran, pangkat dan jabatan, bahkan mengandalkan segenap amal shalih atau ibadah kita yang katanya hebat itu. Wah sudahlah, kita tengah mengundang badai musibah ke dalam kehidupan kita sendiri.

Ingat ikrar tauhid kita setiap hari, "asyhadu an laa ilaa ha ilallah". Tiada ilah selain Allah. Tak ada sandaran selain Dia. Tak ada kekuatan selain dari-Nya. Tak ada rezeki selain dari-Nya. Tak ada ketenangan selain bersama-Nya. Tak ada kekuatan selain Dia yang memberi. Tak ada kedamaian selain Dia yang menganugerahkan. Tak ada kelanggengan selain Dia yang memegang.
Dan Dia sungguh tak pantas diduakan oleh selain-Nya.

 Doa pagi itu penting.

Sebelum memulai hari, meminta izin kepada Allah Ta'ala sang pemilik jiwa dan raga dan segenap kehidupan ini untuk menggunakan semua amanahnya di jalan yang benar.

Memohon agar Dia membimbing di setiap langkah. Memilah inspirasi dan ide yang benar. Menunjukkan kepada pekerjaan yang Dia ridhoi.

Agar kita tidak membenamkan diri dalam samudera kesibukan yang tiada henti.

Tahu-tahu rambut sudah memutih.
Tahu-tahu kulit makin keriput.
Tahu-tahu tubuh makin lemah.
Tahu-tahu malaikat maut datang menjemput.

Kita merasa banyak mengerjakan sesuatu tapi tak lain bagaikan debu yang ditiup angin.
Tak ada nilainya di mata Allah Ta'ala.
Sungguh sebuah tragedi besar dalam hidup.
Manakala kita merasa telah berbuat amal dan prestasi yang banyak tapi tak ada satupun yang menuai senyum-Nya.

Na'udzubillah tsumma na'udzubillah.

Amsterdam, di musim gugur 25 September 2022


Tuesday, September 13, 2022

 HADAPI SAJA


Dari zaman ke zaman sering terjadi peristiwa yang musykil dan bahkan mustahil.

Semustahil laut yang tiba-tiba terbelah dan menyelamatkan suatu kaum yang bisa menyeberang karenanya.
Semustahil Nabi Yunus as yang ditelan oleh ikan paus berhari-hari dan masih bisa hidup setelahnya.

Semusykil jumlah pasukan yang sedikit di Perang Badar yang bisa mengalahkan armada pasukan yang berjumlah 3 kali lipatnya.
Semusykil gadis desa bernama Joan of Arc yang tidak pengalaman perang tapi kemudian memimpin pasukan Perancis memenangkan pertempuran melawan Inggris yang menentukan peta peradaban dunia selanjutnya.

Dalam kehidupan yang dekat di hari ini, kita pun kerap mendengar keajaiban itu.
Bagaimana orang tua memiliki 12 anak, semuanya lulus semua jadi dokter sedangkan penghasilan ayahnya hanya mengandalkan dari jasa menarik becak. Suatu hal yang musykil.
Seperti musykilnya mengobati pasien stadium terminal kanker yang diperkirakan hidupnya hanya hitungan minggu atau bulan dan tiba-tiba sel-sel kankernya hilang begitu saja dari tubuhnya.

Orang menyebutnya miracle, outliers, coincidence, wonders of nature, keajaiban, atau bahkan kebetulan tanpa sedikitpun menyinggung causa prima, Sang Penyebab di balik itu semua. Maklum di zaman ini menyebut kata "Tuhan" cenderung dianggap klenik, tidak keren, mumbo jumbo, kurang saintifik atau tidak relevan. Na'udzubillah. Kita jadi orang yang cenderung melupakan Tuhan dan mengagung-agungkan sains yang padahal baru berkembang seumur jagung bahkan jauh lebih singkat dari itu dibandingkan usia bumi kita sendiri.

Tapi memang iman itu bukan mainan logika. Ia tak akan sanggup menjangkaunya. Iman itu adanya di qalb. Sebuah entitas yang tak terjangkau oleh deteksi alat-alat canggih laboratorium sains ataupun perhitungan model-model mutakhir. Iman adalah sesuatu yang diseru oleh para rasul sejak manusia ada di muka bumi. Karena para rasul itu berfungsi untuk membawa manusia dari kegelapan kepada cahaya. Dan nur iman adalah bagian dari cahaya itu.

Bagi orang yang beriman, berhadapan dengan hal yang musykil bahkan mustahil adalah sebuah keniscayaan. Maka jangan kaget, kehidupan orang beriman tidaklah mudah. Tapi itu adil saja. Kenapa demikian? Karena backingnya orang beriman adalah Allah Ta'ala. Itu yang membuat sekian banyak hal yang ajaib terjadi di dunia ini. Ketika kuasanya hadir against all odds.

Kalau Dia memudahkan, tidak ada yang sulit.
Kalau Dia melapangkan, tidak ada yang sempit.
Kalau Dia menerangi, tidak ada yang gelap.
Kalau Dia mengangkat, tidak ada yang terpuruk.

Kalau Dia memberi damai, tidak ada artinya huru-hara.
Kalau Dia memberi kepuasan di hati, tak ada artinya sebuah episode kekurangan.
Kalau Dia memberi kebahagiaan, sebuah kesepian dan derita menjadi seakan tak bertaring.

Seperti Nabi Ibrahim as yang pernah dilempar ke dalam gunung api dan dia tidak merasakan panas sedikitpun karena sang api diperintahkan untuk menjadi dingin oleh Allah Ta'ala.
Maka kehidupan orang mukmin akan bagaikan ditimpa prahara dari luar. Orang lain mungkin akan merasa iba dengan keadaannya. Orang yang tak paham akan bahkan mengira ia tengah diazab. Tapi semua api kehidupan itu tak membinasakannya, karena si mukmin tawakalnya 100% kepada Allah Ta'ala.

Jadi, apapun permasalahan yang Allah datangkan dalam kehidupan kita hadapi saja. Sungguh tidak akan binasa kita dalam aliran takdir-Nya. Dan tidak akan kecewa mereka yang berharap dari-Nya.[]

Saturday, September 10, 2022

 ROLLERCOASTER OF LIFE


Sekilas dia baik-baik saja. Penampilannya bak artis Hollywood. Semua yang dia pakai merk papan atas. Dan orangnya nampak selalu ceria. Tapi hari ini entah kenapa saya ingin berhenti sejenak saat berpapasan dengannya. Sekadar bertanya kabar.


"How are you?"


"I'm fine and you?" Jawabnya standar.


"I'm fine. But really how are you?"


Dia masih bilang fine. Cerita sana-sini. Tentang anaknya. Tentang pekerjaannya. Dan saya dengarkan dengan seksama sambil menatapnya dalam-dalam sampai dia terhanti dan melempar berita mengejutkan.


"My husband was asking for a divorce"


Dia nampak berusaha tegar saat mengatakannya. Walaupun demikian saya lihat pandangannya dilempar jaih-jauh seakan masih tak berdaya menghadapinya. Wajar saja, setelah 20 tahun pernikahan, ini hal yang mengejutkan buatnya. Dia berusaha kuat, untuk diri dan anaknya. 


"I cried for weeks everyday and I lost my weight!" Sambil memerlihatkan lingkar pinggangnya yang jauh mengecil dan tersembunyi di balik jas mahalnya yang panjang menjuntai.


Dia sudah mengendus gelagat tidak beres berbulan-bulan sebelumnya. Suaminya sering pulang dini hari, kadang bau alkohol. Kalau ditelepon tak diangkat. Tapi kalau anaknya yang telepon pasti diangkat, sambil sering terdengar suara musik hingar-bingar dan suara tawa banyak perempuan. Tapi dia pikir suaminya sudah cukup dewasa untuk melindungi rumah tangga yang telah mereka bina bersama selama dua dekade lamanya.


But life is like rollercoaster sometimes and really bites. 


"Luckily I have job that keeps me busy" katanya sambil membetulkan letak kacamata yang efektif menyembunyikan tatap mata kesedihannya.


I went speechless. Saya cuma bisa memeluknya dan berdoa untuk kekuatannya.

Saya tahu dia sering menyebut nama Tuhan. 

Bisa jadi itu sumber kekuatan utamanya.


"God bless you"

Saya berbisik padanya.


"Thanks  Tessa...."


Sedikit senyum mengembang di bibirnya yang merah menyala, pasti oleh lipstick merk mahal lainnya. Dia memang suka membeli barang-barang mahal. Ternyata itu hiburan buat dirinya. Menutupi sebuah kekosongan di hatinya. Lubang besar yang kian menganga dengan proses perceraian ini.


Semoga Tuhan membimbingmu menemukan kebahagiaanmu yang sejati kawan...

Thursday, September 8, 2022

 

BRIGHT
Saya suka memerhatikan kolega saya yang satu ini. Namanya Bright, asal dari Ghana. Kalau dia kerja, pace-nya lambreta alias lambat. Kadang bikin kesel. Kalau saya coba bantu dia dengan ambil alih beberapa tugasnya dia suka menolak. Tapi akibatnya kami harus mengantri menunggu dia menyelesaikan satu persatu pesanan dari restoran. Padahal ini restoran cepat saji. You gotta be fast!
Berminggu-minggu saya perhatikan memang kecepatan kerja dia ya segitu-gitunya. Kadang saya perhatikan dia sering berhenti untuk duduk, sesekali sambil makan. Bikin geleng-geleng kepala pokoknya melihatnya.
Tapi malam ini, semua perilaku dia itu terjelaskan sudah. Ternyata dia punya dua pekerjaan - seperti kebanyakan imigran dari Ghana. Dia kerja di malam hari di restoran sampai jam 3-4 dini hari. Tidur jam 5 pagi dan bangun jam 7-8 pagi untuk bekerja sebagai schoonmaakster (petugas kebersihan). Pantas saja kerja dia lambat di malam hari dan kerap berhenti, tenaganya sudah terkuras seharian!
Saat saya tanya, kenapa harus bangun sepagi itu? Jawabnya ringan dengan pembawaannya yang senantiasa ceria. Singkat, padat, katanya, "Tessa, i'm a man. I have to work hard for my family!" Saya tahu anaknya tiga. Yang kecil masih usia balita. Dan dia kerap mengirim uang buat orang tuanya di Ghana. Kampung halaman tempat dia pulang setiap beberapa tahun sekali dan tinggal di sana selama 1-2 bulan.
Lain kali saya melihatnya lambat mengerjakan pesanan, saya tidak akan membuatnya terburu-buru. Biarkan pelanggan menunggu beberapa menit lagi. This man has a tough life. Semoga amal itu membuat hatinya terang seperti namanya.


Tuesday, September 6, 2022

BUTTERFLY EFFECT

Adalah seorang ilmuwan bernama Edward Lorenz yang mengamati sebuah fenomena aneh di tahun 1960an. Ia adalah seorang meteorolog yang pekerjaannya sehari-hari memantau model cuaca dan segenap perubahannya. Dalam perhitungan komputernya dia melihat bagaimana sebuah perubahan kecil bisa menentukan sebuah hari berakhir menjadi cerah atau membuahkan badai. Sebuah bagian dari chaos theory yang menyimpulkan bahwa sebuah gerakan kecil berupa kepak sayap kupu-kupu di Brazil bisa menimbulkan timbulnya badai tornado di Texas. Bayangkan, dua tempat yang berbeda yang tampaknya tidak berkaitan ternyata memiliki hubungan yang sangat erat.
Butterfly effect ini juga terjadi dalam skala kehidupan sebuah perusahaan atau jalannya sebuah pernikahan. Jangan remehkan sebuah tindakan kecil seperti memberi tips lebih kepada seorang pegawai cleaning service atau office boy yang menuai doa mereka. Siapa tahu itu yang malah membuat perusahaan selamat dari badai krisis moneter tahun ini.
Jangan sepelekan juga sekadar merapikan rumah dalam sepi tapi dikerjakan dengan ikhlas, menyetrika pakaian yang menggunung setiap hari, mencuci alat makan yang senantiasa menumpuk, barangkali itu yang membuat berkah dan perlindungan Allah menyelimuti keluarga itu.
Juga dalam skala negara, jangan anggap ringan doa seorang tua yang tak dikenal di desa terpencil yang meminta kemerdekaan sebuah negeri yang menghasilkan perubahan drastis dalam percaturan dunia.
Artinya, mengubah dunia kita itu tak perlu muluk-muluk. Justru dari langkah yang kecil, dari yang dekat dengan kita, dari yang melekat dengan keseharian yang ada, dari apapun yang Dia tengah hadirkan di saat ini. That's how.
Like
Comment
Send

 JEJAK PANJANG SEBUAH INGKAR JANJI


Seseorang pernah menjanjikan memberikan buku alamat kecil. Janji itu terucap sekitar 37 tahun lalu. Dan sampai sekarang buku itu tidak pernah saya terima. Buku alamat kecil berwarna merah yang kala itu masih seharga 200an rupiah.


Itu salah satu yang mengguncang diri saya dan membuat saya merenung. Bisa ya, orang janji tapi kemudian tidak ditepati. Walaupun saya tagih berkali-kali ia tetap tidak memedulikannya.

Kesimpulan saya, janji manusia tidak bisa dipegang.


So i grew up with that believe. Bahwa manusia kurang dapat dipercaya. Sedemikian dalamnya kepercayaan saya sampai-sampai ketika ada ujian salah satu pelajaran di SD yang dalam soalnya menyatakan demikian: 


Ketika kamu ada di perempatan lampu merah, kau melihat lampu lalu lintas berwarna merah, tapi ada polisi yang memberikan sinyal untuk terus jalan. Apa yang akan kamu lakukan?

A. Mengikuti instruksi polisi

B. Diam saja karena polisi bisa salah.


Bisa diduga, saya memilih opsi B ;)


Dan jejak itu saya bawa berlari hingga tumbuh dewasa, ia mengakar menjadi sebuah makhluk bernama 'ketakutan'. Saya tidak menyadarinya hingga Guru saya berkali-kali menyindir saya, "Tessa ini takut menikah". Ah, masa? Saya masih dalam modus penyangkalan diri. Belum terbaca saat itu bahwa kekecewaan saya bertransformasi menjadi ketakutan. Takut dikecewakan, takut disakiti. Karena manusia rentan ingkar janji.


Tapi rasa skeptis yang sama kepada manusia dan dunia secara umum membawa saya pada pencarian kepada sesuatu yang tidak akan pernah bisa mengecewakan. Dan itu adalah Tuhan, yang tak pernah ingkar janji. Sebuah pengembaraan panjang untuk mencari sebuah makna "kepastian hidup". Sesuatu yang membuat kita menjejak dalam keseharian dan tidak mudah terombang-ambing oleh isu sementara yang akan selalu datang dan pergi. Oleh emosi yang berputar bagai siang dan malam. Oleh aliran takdir yang pasang surut. It's all just temporary, transient, momentary, short-lived, evanescent, ephemeral, you name it...


Jadi, saya tak pernah mendapatkan buku alamat merah kecil itu yang mungkin sekarang sudah tak dicetak lagi. Tapi kesan yang mengemuka karena kekecewaan yang muncul berpuluh tahun yang lalu telah menggelindingkan saya ke dalam sebuah petualangan yang menakjubkan. Like Alice in wonderland the deeper we go into the rabbit hole the more curiouser and curiouser we've become!

Monday, September 5, 2022

 TERUNTUK PARA IBU BARU


Selamat ya, sudah menjadi ibu
Sebuah amanah besar yang mulia
Jalannya tidak akan mudah
Mendaki, terjal dan melelahkan
But very rewarding

Bu, ini adalah pekerjaan seumur hidup
24/7
Kadang harus kuat bermalam-malam kurang tidur
Semua agenda pribadi kita di-freeze dulu
Demi mengawal si jiwa dan jasad yang baru lahir

Dunia kita akan berputar di sekitar anak
Anak kita menjadi poros kehidupan kita
Kalau dia sakit pekerjaan yang lain disimpan dulu
Saat dia perlu perhatian, kegiatan yang lain dihentikan dulu
Demikian adab menjamu tamu

Tak ada kurikulum formal yang menyiapkan kita untuk menjadi ibu
We have to learn by doing
Semua ijazah kita, S1, S2, S3 sampai Es Teler pun tak berkutik
Sama-sama mesti mengandung,
Sama-sama mesti menyusui
Sama-sama mesti ganti popok
And so on and so forth

Melelahkan? Oh iya
Namanya juga jihad
Mana ada jihad sambil siul-siul dan santai-santai
But this is the way
Ini medan jihadnya kaum perempuan
Berpeluh keringat
Menahan kantuk
Mendera rasa bosan

Did i say bosan?
Well, there is something about that
Bosan itu muncul tatkala jiwa kita tidak mendapatkan makanannya

I know it's pretty challenging
This job
Doing the same thing all over again
Till your brain feels want to exlplode
Pretty much like one of interrogation method employed by the KGB

But i found a way to deal with it
with the grace of God
And that is...
Keep your mind busy

Kerjakan apa yang kita senang lakukan
you may call it hobby, passion, intellectual activities or whatsoever
Jangan biarkan kapasitas intelektual kita kering
hanya digunakan untuk scrolldown social media
Menulis, membaca, menjahit, merajut, melukis, menerjemah, mendesain apapun pekerjaan produktif yang bisa dilakukan di sela-sela anak-anak kita tenang dan tidur (oh yeah, thanks God they also sleep alot in the first period)

Intinya lakukan hal yang memberi makna bagi diri masing-masing
Something that you feel good about it
It created balance somehow
Karena menjadi ibu itu total sebuah pekerjaan mengurus seorang anak manusia
Tapi jangan lupa ibu untuk mengurus diri sendiri
Jangan sampai energi lahir batin kita terkuras habis karenanya
Akibatnya jadi mudah marah, murang-maring dan tidak fun lagi sama anak. Padahal mereka makhluk-mahkluk yang tidak bersalah. They simply dont deserve our bad treatment.

Menjadi ibu akhirnya mengajarkan kita untuk menjadi dewasa
Agar tidak hanya badannya saja yang bongsor seiring dengan pertambahan usia
Dewasa yang sesungguhnya adalah ketika kita mulai bertanggung jawab dengan semua amanah yang ada dan berhenti melempar tanggung jawab sambil menyalahkan kiri-kanan depan-belakang untuk segenap ketidakkompetenan diri kita.

Berbuat kesalahan itu wajar, bagian dari sebuah proses belajar.
Just have a courage to admit it and move on
Stop punishing yourself and pushing people away
Calm down
Take a deep breath
You are fine
And know that you are loved
if you still doubting it
please look into your children's eyes
you'll find love there
<3





Sunday, September 4, 2022

 PERFECTLY PLANNED


Waktu co-ass dulu saya sempat sedih saat tidak lulus satu mata kuliah yang membuat wisuda saya mundur satu semester. Saat itu rezeki saya dapat pasien dengan kasus yang paling mudah dan dosen penguji yang dikenal jarang meluluskan mahasiswa. Sampai-sampai dokter residen pendamping ujian saya sudah langsung berbelasungkawa bahkan sebelum ujian terjadi sambil bilang, "kasihan amat kamu dek..." Yah nasib. 


Puluhan tahun berlalu, ternyata saya mulai bisa membaca hikmah di balik satu episode itu. Jadi, kalau saya dibuat lulus saat itu maka saya tidak akan bertemu si A yang akan membawa saya kepada si B yang melalui si B ini saya bisa kerja di salah satu perusahaan multinational yang membawa saya dinas ke Inggris dan bertemu suami saya hari ini hingga saya pindah ke Belanda. One thing leads to another.


Hidup itu kompleks jalannya. Tidak bisa dibaca dengan akal pikiran jasadiyah saja, terlampau banyak hal yang gaib yang tersimpan di dalamnya.


Itulah salah satu hasil perenungan saya saat membaca aliran takdir kehidupan yang telah berlalu. The moral of the story is, jangan terlampau bersedih dengan apa yang luput dalam kehidupan. Kehilangan, perpisahan, kegagalan adalah manuver-manuver Ilahiyah yang memperjalankan kita ke suatu titik tertentu. And it all has been perfectly planned oleh Yang Maha Kuasa. Artinya tak ada satu untai takdirpun yang diluar ilmu dan kehendak-Nya. Kesadaran ini mestinya membuat kita bisa lebih bersabar dan mensyukuri apa yang ada.


Sunny sunday morning, 

Amsterdam 4 September 10.59am