Sunday, June 26, 2022

 BELAJAR BERBISIK DENGAN ALLAH


Salah satu tantangan menjadi orang tua adalah mendera kerinduan untuk menyepi, bahkan di rumah sendiri. Kehadiran buah hati membuat dinamika rumah berubah. Memang suasana jadi ceria. Tapi ada saat-saat kita ingin sendiri, mendengarkan suara hati. Ingin larut dalam dzikir panjang dan shalat yang hening. Tapi kenyataannya - apalagi di lima tahun awal usia anak - momen-momen sepi hanya ada saat anak sedang tidur. Dan sulitnya bahkan di saat itu kerap kali kita pun ikut tertidur karena kelelahan.

Kuncinya adalah beradaptasi. Itu indahnya agama (diin). Dia sangat memfasilitasi penghambaan seseorang di setiap episode. Seperti ketika orang sakit, dia bisa shalat dengan duduk atau berbaring dan bahkan hanya memberikan isyarat. Artinya hati tak henti dialog dengan Allah Ta'ala, karena esensi shalat adalah dzikir. Kondisi tubuh dan keadaan sebenarnya tak menghalangi hati untuk senantiasa bermunajat kepada-Nya.

Sebagai orang tua, kita akan belajar beradaptasi untuk shalat. Kadang sambil menggendong si kecil yang sedang demam dan inginnya digendong terus. Kadang sedang rukuk, tiba-tiba dia manjat punggung kita, mengira kita mengajak dia main kuda-kudaan. Atau berdzikir usai shalat sambil sesekali melempar balik bola yang dia umpankan. Si anak dunianya bermain. Dan di awal waktu, kita - orang tua - adalah semestanya. Respon kita yang baik kepada anak, terutama di 1000 hari awal fase tumbuh kembangnya terbukti secara ilmiah akan memiliki dampak besar dalam tahap berikutnya.

Saya akhirnya belajar ber-uzlah dengan kondisi yang ada, dengan kondisi repot mengurus dua anak. Karena yang ditarget dalam uzlah bukan menghindari manusianya, tapi lebih ke bermunajat kepada Allah Ta'ala. Justru yang saya rasakan, dengan dikondisikan berada memiliki waktu dan kesempatan yang sempit, malah lebih efektif dalam bermunajat kepada-Nya.

Belajar berbisik kepada Allah saat mengayun-ayun si bayi.
Belajar berbisik kepada Allah saat menyuapi dia makan.
Belajar berbisik kepada Allah saat melipat pakaiannya.

Mengubah kegiatan keseharian yang di awal tampaknya sangat monoton - cenderung membosankan dan menyita waktu serta tenaga - menjadi sebuah momen emas yang menyenangkan. Itu bisa dilakukan tatkala hati bersungguh-sungguh dalam memanggil-Nya. Dan Dia tidak pernah mengabaikan panggilan hamba-Nya, sekecil apapun itu. Kita mendekat kepadanya berjalan, Dia mendekat kepada kita dengan berlari.

Itu episode pembelajaran dari Allah, to learn to be okay with life's destiny. Belajar nrimo apapun keadaan hari ini. Dalam urusan ibadah khususnya, mengalir saja. Tak perlu ngoyo menginginkan sesuatu yang tak terjangkau kesempatannya di saat ini. Justru tantangannya adalah menjadikan semua keadaan itu sebagai anak tangga untuk mi'raj. Naik menghadap kepada-Nya. Ajaib.

Amsterdam, 27 Juni 2022
Senin, 8.43 pagi

 Jangan salah. Bedakan antara kebahagiaan hidup dengan masalah dalam kehidupan.


Faktanya, orang bisa bahagia saja hatinya padahal masalah yang mengelilinginya segunung. Sebaliknya, ada juga yang nampaknya hidupnya enak-enak saja tapi hatinya merana.

Ada orang yang badannya kurus kering karena kanker yang menggerogoti dirinya. Tapi perangainya luar biasa positif dan senyumnya sangat menular. Sementara ada orang yang badannya sehat tapi misah-misuh terus, rungsing, jutek. Kita juga males dekat dengan orang seperti itu.

Bukti bahwa kebahagiaan bukan ditentukan oleh keadaan sekitar kita bahkan tidak oleh kondisi tubuh kita sekalipun.

 "Mbak Tessa, kok bisa sih mengerjakan banyak hal? Mengurus anak, mengerjakan pekerjaan rumah tangga, menulis, menerjemah, memberi kuliah, sambil kerja paruh waktu juga. Memang jago multi-tasking ya?"

Saya tidak bisa multi-tasking. And honestly nobody could. Saya hanya fokus mengerjakan satu per satu tugas, memang peralihannya cepat, itu saja. Karena kebetulan amanahnya banyak. But basically yang saya kerjakan satu kok walaupun nampaknya beragam. Apa itu? Saya hanya mengerjakan apa yang Allah Ta'ala berikan di tangan saya. That's all.

Tentang energi yang berlimpah? Duh, beneran ini saya ngga bisa taka a credit. Itu semua dari Allah Ta'ala saja. Apalah bisanya manusia yang lemah ini. Lha wong dikasih vertigo saja sudah tak bisa duduk tegak kita, apalagi beraktivitas.

So, my point is this.
Jangan ngeper dengan beban kehidupan yang menumpuk.
Jangan minder dengan target yang melangit tapi kita tampaknya terpuruk saat ini.
Jangan berkecil hati dengan jauhnya tujuan perjalanan sementara kita dalam keadaan merangkak.
Jangan putus asa, merasa usia sudah tua tapi kok belum ketemu diri juga.

Sahabat, kita kan punya Tuhan. Dia sungguh Maha Kuasa. Buat Dia, "kun fa ya kun". Tak ada yang mustahil.
Jadi jangan sakiti hati-Nya dengan menyepelekan kuasa-Nya dan berkecil hati menghadapi kehidupan.

Semangat! Bismillah...

 Ada yang mau traveling ke Eropa. Bawaannya segambreng.

Tas besar kapasitas 32 kg, tas kabin 15 kg, tambah tas jinjing.
Itu cuma untuk berjalan selama 1 bulan. Bawaannya sebanyak itu. Belum jumlah bekal uang yang harus disiapkan di rekening pribadi.

Bagaimana dengan perjalanan kita selama ribuan tahun atau lebih di alam barzakh nanti? Rasanya sebanyak apapun kita berusaha mengumpulkan bekal tak akan pernah cukup.

Tapi jangan kecil hati.
Allah memberikan solusi,

"Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah taqwa, dan bertaqwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal” (QS Al Baqarah : 197)

 THE CONNECTION


Kalau saya renungkan sejauh ini. Rasanya sumber kebahagiaan, ketenangan, kelapangan hati, dan semua kebaikan datang seiring dengan keterhubungan hati kita kepada Allah Ta'ala. Sang Sumber Kebahagiaan dan segenap kebaikan.

Semakin intens keterhubungan kita dengan-Nya, maka semakin terberkati diri dan lingkungan kita.

Sebaliknya, walaupun kita nampaknya sudah mengerjakan banyak hal, mencapai prestasi yang tinggi, melakukan kekaryaan besar yang menuai pujian serta penghargaan manusia sekalipun tapi tanpa hati terhubung kepada-Nya, itu semua bagaikan anai-anai yang beterbangan. Sibuk bergerak tapi tanpa arah. Tak ada maknanya. Hampa.

Di sisi lain, ujian kehidupan bisa nampaknya demikian berat dan melelahkan. Tapi jika hati terhubung kepada-Nya, semua api yang logikanya bisa memberangus kita bahkan tak terasa daya bakarnya. Orang luar bisa meringis ngeri melihat kita dan kehidupan yang kita hadapi, tapi yang paling tahu ketenangan hati dan mata air pengetahuan yang merembes dari-Nya adalah diri sendiri.

Jadi, yang kita cari mestinya adalah keterhubungan itu. Jalan dan amalan dan perannya bisa macam-macam. Tak perlu dipusingkan desain kendaraannya, selama itu membawa kita dekat dan senantiasa terhubung kepada-Nya.

Amsterdam, minggu 9.58 pagi
26 Juni 2022 / 27 Dzulqa'dah 1443 H


Friday, June 24, 2022

 SISTER❤BROTHER


Adik saya salah satu yang bisnisnya terkena dampak saat pandemi. Orderan wedding car & wedding package jauh berkurang sampai nol selama lockdown. Bagaimanapun life goes on, dia tetap harus menghidupi tiga anak dan istrinya. Tak kehilangan akal dan tanpa gengsi dia menjual mobil mewahnya dan bermodalkan motor mulai ngojek. Agar bisa dapat uang harian.


Dia dulu pernah kerja di sebuah perusahaan multinational besar, sampai jadi supervisor dan bisa memberangkatkan umrah ibu saya. Tapi pada dasarnya anak itu memang lebih suka berbisnis. Bebas menentukan jadwalnya sendiri. Saat ini shalat shubuh dia lakukan di masjid. Juga waktu-waktu shalat dia sudah standby di atas sajadah. Sesuatu yang agak sulit dilakukan dulu di tengah kesibukannya berkecimpung di dunia trading.


Adik saya itu jujur orangnya. Kalau saya titip uang sama dia, percaya sepeserpun tak berani dia ambil kecuali minta izin dulu sama saya. Saya beruntung punya adik seperti dia. Orangnya ga matrè. Bahkan perkara rumah warisan yang nilaninya ditaksir milyaran, dia yang maunya dibagi 50:50 saja sama kakaknya. Tapi saya bersikeras agar dibagi berdasarkan hukum waris Islam yaitu 1:2. Lagi-lagi dia persisten bahwa saya berhak mendapat lebih, akhirnya ada solusi secara syariat, pembagian tetap 1:2 dan dia boleh memberikan  kepada saya sebagai hadiah. Orang yang lihat ini geleng-geleng kepala, jarang ada kejadian pembagian harta waris adik kakak malah saling menolak mendapat harta lebih. 


Kami memang diajarkan oleh orang tua untuk tidak mengejar harta. Bahkan sebaliknya, sebisa mungkin berbagi dengan yang lain. Bahwa kemuliaan  kita bukan terletak di banyaknya harta, tapi apa yang bisa kita berikan untuk semesta. 


Pagi ini, adik saya laporan. "Alhamdulillah udah dapat segini tarikan ngojek!" Dengan nada ceria. Padahal jumlah segitu masih jauh di bawah pendapatannya dulu. Tapi anaknya memang bawaannya positif. Dia tidak patah oleh gelombang kesulitan dalam kehidupan. Dan buktinya anak dan istrinya baik-baik saja walaupun secara hitung-hitungan penghasilannya berkurang. Tanda bahwa keberkahan dan rezeki thayyib itu tak ditentukan oleh besarannya. Semoga selalu berkah rezekinya buat diri dan keluarganya. Saya benar-benar bersyukur dan bangga sama dia...❤


Friday, June 17, 2022

 Sejak kecil saya suka melihat langit.

Ada sesuatu hal yang menakjubkan yang tak dapat diterangkan dengan kata-kata tentangnya.

Ada sebuah perasaan aneh yang perlahan-lahan saya mulai amati itu sebagai sebuah rasa rindu yang dalam.
Akhirnya air mata saya entah kenapa sering menetes satu persatu saat saya memandang ke angkasa.

Mungkin upaya saya untuk berkomunikasi dengan Sang Maha Pencipta.

Saya ingat, waktu saya berusia sekitar 6 tahun, saya membuat tulisan menyapa Allah Ta'ala di atas permukaan balon gas. Kemudian balon gas itu saya lepaskan hingga dia mengangkasa. Saat itu saya yakin betul Allah akan menangkap balon gas itu dan membaca pesan saya itu.

Kegemaran saya memandang ke langit itu yang membuat saya kadang merasa jadi orang asing di tengah keramaian. Maka saya lebih memilih menenggelamkan diri dalam sekian banyak bacaan dan membiarkan imajinasi saya mengembara tanpa batas.

Karena kegemaran 'mengangkasa' itu juga barangkali karenanya saya kerap bermimpi bisa terbang. It was so real. Beberapa mimpi terasa sangat nyata sampai saat ini saya ingat jelas.
Maka, ketika orang tua sering mengajak nonton di bioskop, film favorit saya adalah Superman dengan Christopher Reeve sebagai aktornya. Simply because Superman can fly.

Masih berkaitan dengan terbang. Tak aneh kalau olah raga favorit saya adalah berenang, semata-mata karena saat meluncur di bawah air saya merasa seolah-olah tengah terbang. Sounds silly right? ;) Tapi hobi saya berenang itu demikian intensif sampai saya diikutkan pada lomba renang antar SMP se-Bandung Raya. Lumayan, dapat juara harapan kedua gaya dada beregu.

Sampai sekarang saya masih suka renang dan masih suka memandang ke langit. Ada sebuah efek menenangkan saat kita memandang ke langit. Semua masalah yang ada jadi relatif mengkerut saat kita membayangkan betapa luas alam raya dan kita bagai satu titik atom yang tak nampak dalam konstelasi maha luas ini. Tapi toh, Dia kok mau ya menatap kita? Mendengar keluh kesah kita? Bahkan mengabulkan sekian keinginan kita?

What's the catch?
Why me?
Who am i?
What do You want me to do?
What do You really want from me?

The quest still continue... 

Thursday, June 16, 2022

 WHAT EXACTLY DID YOU LOSE?


Kadang orang yang tengah dirundung duka tidak menyadari apa yang sebenarnya dia tangisi. Biasanya bukan sekadar karena tiadanya seseorang tersebut tapi banyak aspek yang melingkupinya. Hal-hal kecil bisa mencetuskan emosinya kembali.

Seorang istri yang baru ditinggal suaminya bisa menangis tersedu-sedu melihat keranjang sampah yang penuh. Karena biasanya suaminya yang membawa sampah keluar rumah.

Seorang suami yang baru kehilangan istrinya bisa tertunduk dalam di pagi hari dia tidak dapati secangkir kopi hangat yang biasa menemaninya membuka hari – karena istrinya tidak lagi disana untuk membuatkan secangkir kopi khas kesukaannya.

Orang tua yang ditinggal anaknya bisa memeluk dalam-dalam pakaian si buah hati dan membiarkan tetes demi tetes air mata mengalir di pipinya.

Ada hal lain yang patut diidentifikasi selain kenyataan bahwa orang yang dikasihi itu tidak ada. Kehadirannya bagaimanapun sempat menorehkan sebuah kenangan indah dan makna yang dalam sehingga yang ditinggalkan merasa kelimpungan untuk menyesuaikan melanjutkan kehidupan tanpanya.

Penting untuk menanyakan, “What did the loss mean for you?” Apa makna ketidakhadirannya? Apakah dengannya tak ada lagi orang yang bisa diajak bicara? Atau tak ada lagi yang menemaninya mengurus rumah? Atau dengan kepergiannya ada sebuah impian yang ikut pudar? Dsb.

Untuk menjawab sekian pertanyaan yang bersifat “healing” itu butuh waktu dan ketenangan. Maka di beberapa. Waktu rata-rata adalah 3 hari. Seperti masa berkunjung tamu dalam hadits Rasulullah. Di beberapa negara, seseorang diperbolehkan mengambil cuti jika ada anggota keluarga dekatnya yang meninggal, di Perancis waktu cuti berduka cita (bereavement leave) berkisar 3-5 hari, New Zealand 3 hari, Spanyol 2-4 hari, Cina agak mepet, 1-3 hari. Negara Belanda yang sangat pengertian, bisa cuti berduka cita sampai 4 minggu atau 20 hari kerja. Artinya selama waktu itu si pegawai tetap dibayar 100%. Tidak hanya itu, kalau hewan kesayangan mati juga bisa cuti 2 hari. Yup, Belanda. Satu-satunya negara yang saya tahu punya partai politik namanya “Partai untuk Binatang” (Partij voor de Dieren).
Apapun itu intinya, take your time to grief, it’s an important step to heal.

#coachinggrief

 IT'S OKAY TO BE SAD


You cannot get through the grieving process without experiencing pain. Experiencing sadness is normal behaviour - it's what well-balanced people do, and it is part of the grieving process.

Not allowing grief can make people ill and everything that is done to avoid the pain just prolongs the grieving process.

***

Satu tahapan yang penting saat kita berduka cita adalah justru menerima rasa sakit itu sendiri. Beri diri waktu untuk bersedih, itu adalah bagian dari kehidupan.

Dalam syariat Islam, masa berkabung itu ada beberapa tingkatan, tergantung siapa yang kita merasa kehilangan atasnya.

Rasulullah ï·º bersabda: "Tidak halal bagi seorang perempuan yang beriman kepada Allah dan hari akhir berihdad (berkabung) atas orang yang mati lebih dari tiga hari. Kecuali berkabung atas suami selama empat bulan 10 hari."

Menurut Manu Keirse, seorang psikolog asal Belgia, ada empat tahap yang penting dijalankan oleh siapapun yang mengalami sebuah kehilangan besar dalam hidupnya.

1. Hadapi kenyataan yang ada
2. Rasakan sakit hati karena kehilangan itu
3. Baru setelah rasa sakit dialami, ia akan mereda dan seseorang masuk ke tahap berikutnya yaitu beradaptasi dengan kehidupan yang baru tanpa dia yang kita kasihi tersebut
4. Perlahan tapi pasti, seseorang akhirnya harus move-on dan belajar untuk menikmati kehidupan lagi. Tanpa merasa bersalah karenanya.

Pada akhirnya, kehidupan adalah sebuah sungai takdir yang membawa kita pada perjalanan berliku bernama bahagia dan kesedihan. Sebuah dua sisi mata uang yang sama.

"Dan sesungguhnya Dialah yang menjadikan orang tertawa dan menangis" QS An Najm:43

Wednesday, June 15, 2022

 Duduk sejenak di cafe Eben Haezer, Amsterdam.

Cafe itu bagian dari rumah jompo yang dikelola oleh Cordaan, salah satu lembaga penyedia jasa pelayanan kesehatan yang besar di Belanda.

Saya lihat di sekitar saya para manula duduk di kursi roda masing-masing ditemani seorang pendamping. Ada yang sedang menyuapinya. Ada yang sedang mengajaknya bicara. Ada juga pendamping yang asyik dengan handphone-nya karena si nenek tertidur pulas di atas kursi roda.

Benar kiranya siklus kehidupan terjadi. Dari bayi yang tak berdaya, semua harus disuapin, semua harus dibantu, lalu kita melewati masa muda dan dewasa yang singkat untuk kemudian memasuki masa tua dengan tubuh yang semakin renta. Mirip seperti saat bayi dulu, semua membutuhkan pertolongan orang lain.

Dalam hati berdoa, semoga memasuki usia tua nanti masih tetap sehat, produktif berkarya dan dilindungi dari kepikunan. Bahkan Rasulullah pun sampai berdoa agar dilindungi dari pikun. Bagaimana caranya? Belajar dari para lansia yang masih segar di usia senjanya, mereka tetap aktif di usia pensiun. Tetap berpikir, tetap membaca, tetap berbagi ilmu. Itu caranya. Tentu ilmu yang utama adalah ilmu tentang Allah Ta'ala, maka Ibnu Abbas r.a. berkata: “Barangsiapa yang membaca Al-Qur’an, niscaya ia tidak akan dikembalikan kepada kepikunan"

Ah, kita memang perlu banyak pertolongan-Nya. In every single step of our life. Karena hidup itu ternyata fragile, rentan sekali. Salah sedikit musibah menjelang. Dan jujur saja, tak ada sebaik-baik penjagaan selain penjagaan-Nya.

Yang namanya usia kita tidak pernah tahu. Jangan merasa kematian adalah hal yang masih jauh di depan karenanya kita menjadi lalai.

Eben Haezer atau Ebenezer, adalah kata dalam Bahasa Ibrani yang berarti batu pertolongan. Kita memang harus menundukkan diri, tidak ujub, bangga diri dan petantang-petenteng kalau mau ditolong oleh Dia. 

Tuesday, June 14, 2022

 Yang mesti dikejar dalam hidup itu bukan semata-mata banyaknya amal. Tapi kepresisian amal. Artinya apakah sesuatu itu yang Allah kehendaki atau tidak. Jangan sampai kita merasa sudah mengerjakan banyak hal tapi tak satupun yang membuat Dia berkenan. Na'udzubillah, rugi sekali. 

Dan membaca kehendak-Nya itu tidak mudah, kita harus bersuluk, menempuh jalan pertaubatan untuk 'mati' berkali-kali. Mematikan gelora hawa nafsu, meredupkan syahwat dan ambisi agar jernih terbaca petunjuk-Nya.


Tentang kepresisian ini saya jadi ingat pengalaman saat berkecimpung di dunia marketing dulu. Ada klien potensial yang sedang kita dekati. Kita traktir makan di restoran-restoran mahal pun tak bergeming dia, ternyata dia sedang diet dan inginnya cuma dibelikan tas cangklong Michael Kors.đŸ¤¦‍♀️


#belajarpresisi

Monday, June 13, 2022

 Kenapa susah fokus?


Berapa kira-kira lintasan pikiran yang berseliweran dalam otak kita dalam satu hari?


100?

1000?

10.000?


Well, menurut penelitian orang Amerika bernama Dr. Joe dispenza berdasarkan aktivitas otak yang ada, seseorang itu rata-rata meletupkan 60.000 - 70.000 lintasan pikiran per hari. Itu kira-kira tiap satu detik ada yang dipikirkan. Bisa dibayangkan betapa gaduhnya alam pikiran kita. 


Hasil penelitian ini dituliskan dalam buku berjudul "You are the placebo". Melalui hasil penelitian ini bisa dipahami mengapa konsentrasi dan memberikan perhatian penuh pada sesuatu atau seseorang secara natur sudah merupakan tantangan. Karena banyak suara-suara dan letupan ide, keinginan atau pikiran yang muncul setiap detiknya.


Makanya shalat khusyu itu juga susah kalau tidak Allah rahmati. Dan terberkatilah mereka yang di tengah-tengah gaduhnya pikiran diri sendiri Allah beri karunia bisa berdzikir tidak hanya dengan lisan tapi juga dengan segenap pikiran dan dirinya.

Thursday, June 9, 2022

 Tanaman padi cocok berada di tanah berair. Dia suka menyerap air banyak. Dia happy di sana.

Tapi ada beberapa tanaman hias yang kalau kita siram berlebihan malah daunnya menguning dan tangkainya layu.
Jadi bahkan kadar air yang diserap oleh setiap jenis tanaman itu spesifik. Sang penanam harus punya pengetahuan tentang itu agar tanamannya tumbuh dengan baik.
Untungnya Tuhan kita adalah Sang Penanam Yang Maha Tahu. Tidak ada yang namanya salah tanam, kurang memberi pupuk, kurang kena sinar matahari, kurang atau kelebihan air. Semua dalam takaran yang super presisi. Hanya manusianya yang suka tidak tahu diri, ingin ini dan itu - hal-hal yang tak sesuai dengan kadar dirinya. Barangkali gambarannya seperti tanaman padi yang ingin tinggal di tanah kering, karena menganggap tanah kering itu lebih keren. Atau tanaman Begonia yang ingin berbasah-basah hidup di pematang sawah. Dua-duanya akan merana, karena hidup di habitat yang tidak sesuai.
Orang tua kita, tempat kita dilahirkan dan bertumbuh, adik dan kakak serta keluarga besar kita, termasuk perjalanan sekolah dan segala dinamikanya, kondisi kita hari ini termasuk keadaan kesehatan, pasangan kita, anak-anak kita, kondisi ekonomi dll adalah tanah tempat kita bertumbuh. Everything in life happens for a reason. Terima dan syukuri kehidupan ini.

Tuesday, June 7, 2022

 Mengalah itu tidak sama dengan kalah.

Mengalah tidak membalas kata-kata buruk dan cacian bukan berarti kita keok. Justru jiwa kita melambung karena bisa menahan diri.

Menahan diri itu tidak identik dengan kelemahan.
Menahan diri saat bisa membalas keburukan seseorang di saat diri mampu itu lebih mulia. Justru itu tanda kekuatan jiwa seseorang.

Melepas seseorang bukan berarti kita kehilangan dia.
Ketika yang kita kasihi berpulang ke rahmatullah, justru hati bertambah dekat lewat doa-doa tulus yang kita panjatkan. Melebihi doa yang biasa ditujukan di kala yang bersangkutan masih ada.

Itulah paradoks kehidupan. Di balik apa yang hilang ada sesuatu yang dihadirkan. Di balik apa yang kurang ada hal yang ditambahkan. Di balik apa yang dipandang terlambat ada sesuatu yang disegerakan.

Agar wajah kita tidak melulu tertambat pada hal-hal yang bersifat materi. Karena dunia itu fana sifatnya. Tidak abadi. Adapun Tuhan menghendaki keabadian untuk kita. Maka di balik sebuah pengorbanan sekecil apapun itu, justru ada sesuatu anugerah yang Dia turunkan agar jiwa kita bertumbuh. Melambung ke langit tertinggi.[]

Amsterdam, 7 Juni 2022/ 8 Dzulqa'dah 1443 H
17.25 sore
Di sela menggoreng ayam untuk makan malam

 QURBAN & SACRIFICIUM


Keduanya kerap diterjemahkan secara umum sebagai "kurban", "pengorbanan" tapi jika ditelisik asal katanya maka ada sebuah pemahaman yang berkelindan diantara keduanya.

Kata "qurban" dalam bahasa Arab berasal dari kata "qoroba" artinya "dekat". Bisa jadi istilah ini diserap dalam Bahasa Indonesia menjadi "karib". Kita katakan teman karib merujuk kepada teman yang dekat. Artinya ibadah qurban adalah sesuatu yang tujuannya menjadikan kita menjadi lebih dekat kepada Allah Ta'ala.

Tapi, bagaimana bisa lebih dekat karena Allah toh tidak menikmati daging kurban tersebut? Dalam surat Al Hajj:37 Allah Ta'ala bahkan berfirman,

Daging (hewan kurban) dan darahnya itu sekali-kali tidak akan sampai kepada Allah, tetapi yang sampai kepada-Nya adalah ketakwaan kamu.

Jadi yang membuat kita dekat dengan-Nya adalah karena adanya elemen ketaqwaan yang menyertai pelaksanaan ibadah itu. Kata "taqwa" ini tak lama akrab di telinga kita. Karena kita baru saja berpamitan dengan bulan suci Ramadhan dimana dikatakan dalam Al Quran bahwa shaum itu diwajibkan agar kamu bertaqwa (QS Al Baqarah : 183)

Ada kemiripan sebenarnya antara ibadah shaum dan ibadah qurban. Dua-duanya memerlukan pengorbanan. Yang satu mengorbankan keinginan makan, minum, berhubungan suami istri di siang hari dan yang lain mengorbankan harta karena membeli kambing kualitas C di tahun ini sudah tidak murah. Saya cek hari ini harganya sudah di atas 3 juta rupiah. Bukan jumlah yang sedikit untuk kebanyakan orang. Tapi mahal dan murah itu kan memang relatif. Maka untuk yang uang di tabungannya hampir 10 digit, malu dong kalau cuma kurban kambing. Bukan malu sama manusia, tapi malu sama Allah yang meminjamkan semua fasiltas dan rezeki itu. Untuk Tuhan kok pelit amat...

Tapi ya itu, tidak mudah. Makanya butuh mentalitas pengorbanan atau "sacrifice" - dari akar kata Latin "saceres" yang artinya untuk mensucikan. Artinya pengorbanan yang diniatkan untuk Allah itu otomatis akan mensucikan jiwa dari debu-debu kemelekatan dunia dan selainnya.

Saya jadi ingat, kisah para sahabat yang berhaji bersama Rasulullah, ketika diberi dua opsi beribadah mereka akan cenderung memilih yang paling berat. Berat itu bagi hawa nafsu mereka karena bagi jiwa, jalan seterjal apapun akan dia tempuh karena kerinduan dan kebutuhannya yang demikian besar kepada Allah Ta'ala.

Jadi, pilihlah opsi kurban yang terberat bagi hawa nafsu. Persembahkan untuk Allah yang terbaik. Itu satu-satunya jalan agar jiwa kita bertumbuh. Supaya seiring dengan dipotongnya hewan-hewan kurban itu, mati pula sifat-sifat binatang dan tarikan duniawi di hati kita. Agar petunjuk-Nya semakin jelas. Dan seiring dengan terbebasnya si jiwa dia akan makin menjejak di jalan setapaknya. Sebuah jalan kesejatian diri dimana setiap orang harus menemukan orbit thawafnya masing-masing. Karenanya walaupun yang bersangkutan sedang tidak secara fisik ke tanah suci, semoga persembahan qurbannya menjadikannya seorang haji mabrur, haji yang hakiki. Aamiin.[]

Musim panas yang berangin dingin dan kencang di Amsterdam, 7 Juni 2022 / 8 Dzulqa'dah 1443 H
16.43

 DIAMNYA ADALAH BICARANYA


Ini salah satu kunci mengubah kehidupan kita berdasarkan Al Quran, ketika merasa bingung dengan kehidupan dan pekerjaan yang ada, mungkin merasa masalah tidak kunjung usai, atau merasa terus berada dalam penantian panjang. Coba kita perhatikan panduan dari Allah Ta'ala dalam surat Al Ahzab [33]:70-71

"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar (qaulan sadida), niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar."

Yang dimaksud dengan "perkataan yang benar" (qaulan sadida) bukan hanya terbatas sesuatu yang dicetuskan oleh lisan kita. Karena yang namanya komunikasi itu ada yang verbal dan bahkan sebagian besar berupa komunikasi non verbal.

Di ayat lain dalam Al Quran (QS Yaasiin : 65) bahkan diperingatkan bahwa setiap anggota tubuh kita nantia akan diberi kemampuan berkata-kata dan memberi kesaksian tentang apa saja yang telah dilakukannya.

Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan.”

Jadi "perkataan" itu tidak sebatas sesuatu yang keluar dari lisan. Dia adalah lebih kepada ekspresi dan wajah seseorang. Karena itu diamnya seseorang, walaupun tidak keluar sepatah katapun dari lisannya tapi kita bisa lihat dari sorot matanya ketika marah, dari wajahnya yang murung, dari mulutnya yang cemberut, dari gerak tangannya yang menghentak karena kesal. Itu adalah "lisan" kita juga, sebuah ekspresi hati kita pada saat itu.

Dengan kata lain, ayat ini sungguh sebuah kunci besar dalam mengubah keadaan hidup kita. Yaitu dengan mengubah diri sendiri. Mengubah mood hati. Mengubah respon kita terhadap keadaan dan situasi yang Dia hadirkan. Mestinya lebih sabar, lebih pemaaf, lebih pengertian, lebih banyak senyum, lebih ceria, lebih menerima apa adanya, lebih memberi peluang, lebih lapang hatinya. Dan otomatis akan kurang mengeluh, kurang ngambekan, kurang pundungan, kurang sombongnya, kurang dendamnya, terus demikian hingga hatinya bersih dari itu semua. Hingga tak ada yang 'lisan' keluarkan kecuali kebersihan dan kebaikan.

Jadi ada pemahaman lebih dari peribahasa "Mulutmu harimaumu" karena mulutnya bisa jadi diam, tapi jari jemarinya mengetik hal-hal yang mencederai, matanya menatap tajam dan sinis, tangannya menyentak. Ia memang diam, tak ada satu patah katapun meluncur dari mulutnya. Tapi dalam diamnya itu dia tetap 'berkata-kata'. Dan itu tetap akan terkena hisab.[]

Amsterdam, 7 Juni 2022 / 8 Dzulqa'dah 1443 H