Tuesday, August 30, 2022

 "Hal yang paling sulit dalam hidup adalah mengenal diri sendiri"

- Thales

Really? Difficult?
Ah rasanya tidak sulit mengenal diri sendiri.
I know what i want.
Aku tahu persis apa yang aku inginkan dan apa yang ingin aku capai. I know myself.

O ya?
Kalau memang kamu benar-benar tahu apa yang kamu inginkan kenapa tidak pernah puas dalam hidup?
Kenapa selalu merasa kesepian?
Kenapa merasa harus selalu mengejar kebahagiaan?
Kenapa sulit mensyukuri apa yang ada dan berdamai dengan takdir hidup?
Kenapa iri dengan rezeki orang?
Kenapa menginginkan pasangan orang lain?
Kenapa ga pede dengan kehidupanmu sendiri?
Kenapa minder dengan keadaan dirimu?
Kenapa harus memakai make-up yang demikian tebal?
Why do you think you are not enough?
Kenapa malu dengan kondisimu hari ini?
Kenapa hatimu tidak damai dan tenteram?
Kenapa selalu harus merasa mengejar sesuatu?
Kenapa sulit tidur di malam hari?
Kenapa masih takut dengan kematian?
Kenapa ...?
Kenapa ...?

 Jangan biarkan situasi dan keadaan kita mengungkung kita. Semua kondisi yang ada mewujud dengan izin-Nya. Adalah hawa nafsu kita yang berkata

"oh, aku terjebak dalam keadaan ini"
"oh, aku kesepian"
"duh, hidupku susah sekali"
"oh, i'm stuck in this!"
"oh, aku tidak bisa berbuat banyak"
"ah, aku hanya bisa begini"
"kok gagal terus ya"
"i never gonna make it"

Sahabat, semua pengkondisian yang Allah tetapkan saat ini adalah yang terbaik buat kita. Terima dulu dan syukuri, agar air hikmahnya mulai bisa diminum oleh jiwa kita yang haus akan kesegaran makna Ilahiyah.

Berikut berita gembira yang panutan kita, sang insan mulia junjungan Nabi Muhammad saw katakan tentang sebuah "keterkepungan".

Telah diriwayatkan dari Yuusuf bin ‘Athiyah dari Tsabit dari Anas, bahwa Rasulullah saw. pernah bersabda, “Apakah kamu tahu siapakah orang mukmin itu?” Mereka menjawab “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.” Kemudian Rasul bersabda,

“Orang mukmin adalah orang yang hanya meninggal dunia memenuhi pendengarannya dengan sesuatu yang Allah cintai. Andai saja seorang hamba bertakwa kepada Allah ketika berada dalam sebuah rumah bahkan dalam tujuh puluh rumah sekalipun, dan pada setiap rumah terdapat satu pintu besi, maka Allah akan mengenakan pakaian surban amalannya (membalas amalnya dengan pahala sangat besar).”

Jadi, kuncinya adalah TAQWA.

Amsterdam, 30 Agustus 2022
10.33 pagi
Selepas mengantar anak-anak di hari pertama kembali ke sekolah setelah liburan panjang musim panas

Sunday, August 28, 2022

 “Kamu bahagia?”

Tanya saya sungguh-sungguh. 


“Aku bahagia” jawabnya.

Tapi saya tak begitu yakin dengan jawaban itu. Sorot matanya berkata lain.

Dan benar, sekian bulan berselang dia membuka keadaan yang sebenarnya. Bahwa dia tidak bahagia. Bahwa dia serasa tak menjejak di kehidupannya. Padahal kurang apa, pasangan baik sekali, harta berlebih, kesempatan terbuka lebar. Tapi dia belum tahu apa yang harus dia lakukan dengan itu semua. Saya jadi belajar bahwa keberlimpahan itu justru bisa membuat seseorang tidak bahagia, bahkan jatuh dalam depresi. Too much of anything will kill you.


Di kasus lain, sahabat yang lain. Saya tak perlu bertanya apakah dia bahagia atau tidak. Saya bisa merasakan kebahagiaan yang terpancar dari matanya, senyumnya, gelak tawa spontannya. Padahal kehidupannya ya ampuun Gusti, penuh liku, pendakian, jalan terjal dan duri. Banyak difitnah, sempat luntang-lantung tidak punya tempat tinggal, kesempitan rezeki sudah jadi menu rutin. Tapi hatinya damai menjalaninya. Seperti ada daya gaib yang mendorongnya dan memberi dia energi melalui semua itu. Dan lisannya banyak menyebut Dia. Tak sekalipun dia sesali takdir yang ada. Sahabat ini buat saya adalah contoh hidup seseorang yang berserah diri pada ketetapan-Nya. Bukti nyata bahwa kebahagiaan bukan didefinisikan oleh ha-hal duniawi yang dimiliki. 


Dua pembelajaran nyata di hadapan mata bahwa bahagia itu tidak tergantung oleh situasi dan keadaan hidup juga bukan pada lapang atau sempitnya keadaan. Karena yang satu kondisinya lapang dan berkelimpahan tapi tetap tidak bahagia, sedangkan yang lain didera ujian dan dihimpit kesempitan tapi lisannya masih bisa memuji-Nya dan memancarkan kedamaian di matanya.


Sungguh sebuah pelajaran kehidupan.

Saturday, August 27, 2022

 Jangan terpaku dengan permasalahan dan tantangan yang besar tapi yakinlah bahwa akan ada sebuah pertolongan Allah yang akan melampaui itu semua.

Bersama-Nya semua jadi mungkin.
Zurich, 27 Agustus 2022

 GEMPA DALAM DIRI


Kalau masih mudah marah, rentan bingung, gampang gelisah dan khawatir ketika menghadapi sekian banyak permasalahan kehidupan, itu tanda dalam dirinya masih ada yang belum menjejak dengan kokoh.

Gambarannya seperti gunung yang memuntahkan isinya dan membuat gempa di sekitar. Tidak nyaman untuk hidup dalam keadaan seperti itu. Agar si stabil, maka gunung harus selesai meletus dan mendingin, baru kemudian dia berfungsi menjadi pasak dalam diri.

Apa yang membuat itu stabil? Ilmu.
Ilmu yang haq bisa membuat diri kokoh. Kita menjadi lebih paham dan mengerti kenapa Allah mengizinkan hal itu terjadi, kenapa seseorang dibuat demikian menyakiti kita, kenapa bisnis kita dibuat kolaps, kenapa rencana kita berantakan, kenapa...kenapa...semua hal yang berpotensi mengguncang kehidupan kita menjadi lebih dipahami cara bermainnya.

Ilmu kehidupan itu masalahnya tidak mudah diraih. Tidak semudah nonton pengajian online, mendengarkan khutbah atau membaca ratusan buku. Itu semua tentu jadi gerbang ilmu. Tapi ilmu itu harus mendarat di dalam diri. Dan kunci seseorang diajari ilmu adalah dengan taqwa. Hati yang taqwa tiangnya adalah tawakal. Mengandalkan diri dan kehidupan 100% pada Allah Ta'ala. Bukan mengandalkan diri pada rencana yang telah disusun rapi, mengandalkan tabungan, mengandalkan bantuan orang, mengandalkan ditolong handai taulan, mengandalkan dibantu si anu, mengandalkan proyek berhasil, mengandalkan sekolah keren itu untuk menjamin masa depan anak, mengandalkan sesi konseling untuk keberhasilan pernikahan, dan banyak hal yang bisa membuat hati menjadi tergelincir menjadi menyekutukan Allah. Tidak lagi 100% mengandalkan Dia, tapi 90:10, 80:20, lama-lama terkikis habis hingga kita menjadi musyrik betul dan akan terlunta-lunta dalam samudera masalah kehidupan yang tak bertepi, na'udzubillahimindzaalik.

Jadi, simpel saja. Sumber kegelisahan dan keresahan kita pasti dari hijab hati yang ada. Pasti dari pengandalan kepada sesuatu selain Dia. Pasti pada pengharapan kepada makhluk-Nya. Pasti dari bercita-cita kepada selain Dia. Dan manusia sangat rentan terperosok kepada hal-hal yang memalingkan dari-Nya. Itu kenapa shalat yang lima waktu mestinya menjadi pilar. Agar kita mereset ulang tujuan hidup dan niat kita melakukan banyak hal. Apalagi kalau ditambah shalat sunnah, dzikir dll. Semoga bumi diri makin ajeg, tenang, damai.

Zurich, 28 Agustus 2022 / 1 Safar 1444 H

Sunday, August 21, 2022

Benarkah Tuhan Sang Pemelihara kita?

Lisan dan akal pikiran bisa saja berkata lantang. "Tuhan Sang Pemelihara alam semesta!"

Tapi, ketika pekerjaan terancam hilang,
Jelang akhir bulan dan uang sudah menipis,
Dagang tidak laku sementara kebutuhan mesti dipenuhi,
Tak kunjung bertemu dengan jodohnya,
Harga-harga melambung tinggi,
Bayangan harus membayar biaya kuliah anak di depan mata,
Orang tua sakit dan membutuhkan biaya perawatan tinggi,
Masa depan dan pendidikan anak-anak,
Keadaan pelik di rumah tangga,
Teman atau saudara yang biasanya membantu tiba-tiba menghentikan bantuannya.
Lantas kita menjadi khawatir, cemas, takut, bahkan marah kepada seseorang atau situasi tertentu. Tuhan seakan tidak berdaya menghadapi itu semua.

Dinamika kehidupan bisa menyeret kita menjadi mempertuhankan sesuatu selain Sang Rabb. Kita menjadi demikian terbiasa menyandarkan diri dan penghidupan kita kepada sesuatu itu. Karena semua hal yang menyangkut keseharian kita senantiasa akan menguji kebenaran pernyataan kita di Alam Alastu (Alam Penyaksian) dulu.

"Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan dari sulbi (tulang belakang) anak cucu Adam keturunan mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman), "Bukankah Aku ini Tuhanmu (alastu birabbikum)?" Mereka menjawab, "Betul (Engkau Tuhan kami), kami bersaksi (bala syahidna)." (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari Kiamat kamu tidak mengatakan, "Sesungguhnya ketika itu kami lengah terhadap ini."
- QS Al A'raaf [7]: 172

Saturday, August 20, 2022

 Salah satu cara untuk meneropong derajat keikhlasan hati, adalah dengan memerhatikan saat orang lain memuji kita atas sekian pencapaian kita misalkan atau karena anak-anak kita yang sukses atau kecantikan dan ketampanan kita dll.

Lantas respon hati kita masih bereaksi seperti,
"Ya, itu karena kerja kerasku"
"Iya dong, masa gitu aja ngga bisa"
"Ya memang harusnya begitu"
"Gue gitu lho..."
"Itu kan karena aku yang mendidik mereka"
Semua punya nada yang sama, Tuhan dilupakan. Walaupun katakanlah disertai berkata"alhamdulillah" tapi condongnya hati kemana tak bisa luput dari pengamatan Allah Ta'ala, Yang Maha Tahu segenap isi hati manusia.
Keikhlasan adalah hal yang halus, bahkan malaikat tak bisa mendeteksinya. Ikhlas atau tidaknya seseorang benar-benar sebuah rahasia antara sang hamba dengan Sang Pencipta. Tapi setidaknya gunakan salah satu tips sederhana ini saat mengevaluasi kemana wajah hati kita dihadapkan. Kalau masih tenggelam dalam pujian dan tidak mengembalikan semua pujian itu kepada Dia yang membuat segalanya mungkin, sebenarnya kita masih belum jadi hamba-Nya yang terpercaya - yang mengembalikan semua hal yang Dia amanahkan.
Ikhlas itu membutuhkan hilangnya si ego, karena seseorang tidak akan bisa ikhlas dan eksis pada saat yang sama.

Friday, August 19, 2022

 Berbagi sesuatu yang kita cintai itu tidak mudah. Makanya para pelaku kebaikan tingkat tinggi seperti ini digerati khusus dengan julukan "Al abror" dan diganjar dengan ditempatkan di surga tertinggi.


Tapi, yang membuat tidak mudah bukan obyek yang dibagi akan tetapi keterikatannya terhadap obyek itu.

Dengan kata lain, ego kita yang membuat berbagi halnyang dicintai menjadi demikian berat.


Perhatikan celetukan-celetukan yang muncul saat harus berbagi,


"Tapi itu kan jatahku!"

"Itu kan hakku!"

"Itu kan milikku!"

"Itu kan karyaku!"

"Itu kan daerahku!"

"Itu kan waktu untukku!"

"Itu kan keluargaku!"

"Itu kan anakku!"

"Itu kan uangku!"

 

Aku...

Aku...

Aku...


Itu khas suaranya si ego.


Karena "aku" adalah penghalang terbesar antara seseorang dengan Tuhannya.

 

Botol keruh tak akan kita isi dengan air bersih.
Bersihkan dulu dengan baik agar botol layak menampung air minum.

Hidup pun begitu.
Karunianya tak akan turun jika hatinya keruh, karena apapun yang dialirkan hanya akan menambah keruh hatinya.

Bersihkan dulu hati, lalu perhatikan bagaimana hidup kita berubah.
Rezeki lahir dan batin otomatis mengalir.
Pekerjaan, peluang bisnis, kemudahan, kelapangan hati menjalani sesuatu, inspirasi, semangat, semua adalah aliran karunia-karunia-Nya yang sudah disediakan sangat berlimpah. Tapi kita sendiri yang menghambat aliran itu turun, karena jarang membersihkan kaca hati...

On the way from Groningen to Amsterdam
19 August 2022
22.56

Thursday, August 18, 2022

 

Hidup itu misteri dan sebuah keajaiban
Jalannya tidak linier
Banyak hal yang tak terduga
Dan itu yang membuat kehidupan menjadi menyenangkan, an endless adventure.
Itu yang membuat kuta senantiasa berpengharapan. Karena hidup itu banyak kejutannya.

Ada satu hal yang saya makin yakini,
Bahwa cara mengubah kehidupan itu arahnya dari dalam ke luar.
Karena entah bagaimana, tapi hati setiap insan justru yang menjadi sumbu perputaran alam semesta.

Jadi, alih-alih terlalu berfokus pada upaya keluar dengan mengubah pasangan, mengubah anak, mengubah pekerjaan, mengubah kesehatan, mengubah orang tua atau mertua, mengubah apapun yang ada di semesta kita hingga skala terbesarnya. Dalam pengalaman saya bahwa ketika kita mengubah keadaan jiwa kita, maka anehnya lingkungan kita ikut berubah. Ajaib.

Tapi ternyata memang demikian hukum yang Allah Ta'ala tetapkan dalam Al Quran,

" Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum hingga mereka mengubah keadaan jiwa mereka sendiri."

Malmö, 19 Agustus 2022

6.50 am

Monday, August 15, 2022

 CInta itu dayanya luar biasa. 

Banyak gubahan tentang cinta yang menggambarkan itu. 

Gunung pun kudaki.

Lautan pun kusebrangi.


Cinta bisa menjalani hal yang tak mungkin.

Cinta bisa melunturkan kemarahan dan sakit hati.


Bayangan cinta itu misalkan ada pada seorang ibu yang berjuang meregang nyawa saat melahirkan. Mendera sakit yang luar biasa dan habis-habisan. Tapi saat si buah hati lahir, seakan lupa semua kepayahan itu. Yang ada hanya tatapan cinta. Sang ibu tidak kemudian membenci si bayi dan menyalahkannya atas semua oenderitaan yang dijalani. Daya cinta memang luar biasa.


Cinta ibu kepada anaknya adalah cinta manusia yang ultima. Karenanya Rasulullah saw pun  menggambarkan cinta Allah kepada hamba-Nya jauh lebih dalam dibanding cinta manusia yang tertinggi yang diungkapkan sebagai “cinta ibu yang sedang menyusui anaknya”.


That’s the power of love.

Bisa melewati apapun.


Maka kalau mengaku cinta Tuhan betul, sang hamba yang sejati tidak akan melihat persoalan yang dihadirkan. Kurang-lebihnya, banyak-sedikitnya, terlamb atau segeranya semua Dia aturkan. 

Dia akan melampaui semua fenomena; pasangan yang menyebalkan, anak yang berulah, pekerjaan yang membosankan, kisruh rumah tangg, belitan kondisi ekonomi, tubuh yang lemah, semua adalah keadaan-keadaan yang Dia hadirkan. Dia Yang Mendesain. Dia Yang mengirimkan. Tak ada Tuhan yang kuasa selain Dia. Tak ada yang bisa membentuk takdir kecuali Dia. Bahkan iblis dan yang lainnya pun sekadar mendompleng di takdir yang sudah ada.


Akhirnya, apapun itu yang ada kita syukuri, nikmati dan bahkan bisa bersuka cita pada pengaturan-Nya. Dengan cinta❤️


Mall of Scandinavia, Stockholm


Sunday, August 14, 2022

 TENTANG SOULMATE


Kalau Alah takdirkan disatukan dengan seseorang yang merupakan soulmate, pasangan jiwa di dunia ini, alhamdulillah. Syukuri. Gunakan fasilitas yang ada untuk mengembangkan jiwa masing-masing setinggi-tingginya, agar menjangkau langit ke tujuh dan menyalakan api misbah di dalam diri.


Tapi ada juga yang di dunia ini kita dipasangkan dengan seseorang yang bukan soulmate kita. We will know. Akan kerasa jomplangnya. Apa mau diputus saja? Oh no, no. Mengambil keputusan dalam hidup tidak bisa hitam-putih seperti itu. Bagaimanapun penyatuan itu ada sejarahnya, ada rasa cinta yang terlibat dan bukankah semua terjadi dengan kehendak-Nya.


Kehendak-Nya. Ya, persis. Itulah titik pandang penting memandang kehidupan. Because its not about what we want. Moreover what the people want. Its about what God wants. Karena kehendak Sang Maha Kasih pasti paling baik, tidak hanya untuk kita tapi untuk orang-orang di semesta kita. Tidak hanya baik di dunia tapi juga di akhirat.


Jadi, pada apapun yang Dia sudah takdirkan pasti tersimpan banyak kebaikan dan pelajaran di dalamnya. Kitanya yang mesti berserah diri, mengalir dalam karsa-Nya. Melepaskan diri dari bayang-bayang ilusi yang membuat kita tidak mensyukuri apa yang ada.


Soulmate atau bukan soulmate adalah Dia yang memberi. Hargai. Syukuri. Bersukacitalah dengannya. Agar Dia pun tersenyum dan dengannya otomatis terbuka pula karunia-karunia dalam kehidupan.


Stockholm, 17 Muharram 1444 / 15 Agustus 2022

Wednesday, August 10, 2022

 KOSONG


Adalah bagian kosong yang menopang kehidupan kita.

Jantung kita berdenyut dengan baik memompakan isi sekuncupnya karena ia terlebih dulu membuat ruang kosong yang bisa memungkinkan darah kotor dan darab bersih dialirkan.

Paru-paru kita memiliki kapasitas ruang-ruang kosong yang bisa diisi udara segar mengandung oksigen yang disebarkan ke seluruh tubuh. Hidung dan saluran pernafasan pun adalah ruang kosong yang tugasnya mengalirkan udara ke dalam dan keluar tubuh.

Mulut kita haruslah kosong agar bisa diisi makanan dan menelan dengan baik. Begitupun saluran panjang pencernaan kita mesti kosong agar bisa bergerak dengan semestinya.

Sendi kita adalah ruang kosong yang karenanya kita bisa bergerak. Rasulullah saw berkata ada 360 sendi dalam tubuh kita. Semuanya bisa diberkati dengan dua rakaat shalat dhuha. Agar gerak kita tertata, tidak asal gerak tapi liar tak karuan. Karena apa artinya sebuah gerakan tanpa sebuah tujuan yang benar.

Semua ruang kosong itu memungkinkan kita bernafas, makan, mendapat suplai darah bagi setiap sel di dalam tubuh kita. Sekitar 37,2 trilyun jumlah sel yang harus diurus. Kita ngga pernah mikir itu kan ya? Setiap hari badan ini digunakan, bahkan kadang dipakai maksiat, na'udzubillahimindzaliik. Tapi Tuhan Yang Maha Kasih itu tetap saja menguruskan tubuh ini.

Ruang kosong itu. Mestinya ada juga di hati kita. Agar kita diberi daya hidup yang hakiki. Sesuatu yang mengubah cara pandang kita memandang persoalan. Mengubah tabiat respon kita dalam menghadapi peliknya kehidupan. Mentransformasi akhlak kita. Sesuatu yang datang dari luar, sebuah kuasa-Nya. Hanya itu yang bisa mengubah diri dan segenap kehidupan yang mengitari kita.

Maka kuncinya adalah sediakan ruang kosong itu. Dalam shalat. Dalam dzikir. Dalam perenungan kita. Kosongkan diri dan tanyakan kepada-Nya, "Tuhan, apa yang Engkau ingin aku lakukan?"

Biarkan Dia yang mengaturkan kehidupan kita. Dia Yang Mengetahui awal dan akhir, mengetahui masa depan hingga hal-hal yang gaib. Sesuatu yang luput dari perhitungan dan perkiraan kita.

Ini salah satu kunci kehidupan. Ruang kosong.
Jangan-jangan sumber carut-marutnya kehidupan kita gara-gara kita lupa menyediakan kekosongan dalam hati itu. Terlanjur sibuk dengan agenda, rencana, keinginan, ambisi, impian, cita-cita dsb tanpa bertanya kepada Sang Pencipta yang paling tahu desain diri kita sendiri. "Apa yang terbaik untuk-Ku ya Tuhan?"

Make space for God.
Biarkan kuasa-Nya hadir dan menjamah setiap kehidupan kita.
Surrender.
Dan jadilah saksi atas sekian kebesaran-Nya

Bukankah setiap hari kita berseru "Allahu Akbar" dalam shalat-shalat kita. Allah Maha Besar. Tapi dimana kebesaran-Nya jika demikian sibuk mengurus sendiri kehidupan kita dan tak sadar sudah tergelincir dalam sebuah permainan Playing God. Dengan jargon, "I'm in control of my life", "It's my life, i can do whatever i want with it". "It's my success". "It's my dream".
Lantas Tuhan dimana?

Padahal yang namanya barang saja, mau itu barang elektronik, mobil, handphone dll selalu akan disertai dengan user's manual. Panduan penggunaan dan perawatan dari pabrik yang membuatnya. Badan kita, hidup kita, jiwa kita dan semuanya juga ada petunjuk penggunaannya. Sesuatu yang bisa diakses melalui Al Quran, hadits dan ya, ruang-ruang kosong itu tadi untuk bisa membaca sebuah petunjuk yang spesifik bagi setiap ciptaan. Karena kita terlahir dengan batch number yang berbeda-beda, tidak ada yang sama maka manualnya pun berbeda.

Itulah sebabnya shalat itu minimal 5 waktu sehari. Itu saat kosong kita mestinya. Shalat yang khusyu akan membuat semua kelebatan pikiran kita dihempaskan di kaki kita. Saat shalat hanya antara kita dan Tuhan. Di ruang kosong itu kita bertemu. Dan buah dari pertemuan itulah yang akan menopang kehidupan kita. Menjadi tiang dari diri dan semesta. Agar dia tidak ambruk.

The empty space.
Out beyond ideas, wrongdoing and rightdoing.
That is the meeting point.

Camping Tiveden, Swedia 11 Agustus 2022

 Saya diperjalankan oleh Allah Ta'ala dari timur ke barat. Semakin tampaklah bagi saya bahwa kenyamaman dan kemapanan dunia itu bisa jadi sesuatu yang membelenggu orang dari mencari kebenaran.

Semakin seseorang serba mudah hidupnya semakin Tuhan kurang bermakna bagi dirinya.
Di negara-negara yang saya kunjungi di Eropa, semakin orang mapan hidupnya semakin emoh bicata tentang Tuhan. Bahkan Tuhan dan hukum-hukumnya mulai dilecehkan. Semoga Allah memberikan taufiq dan hidayah agar Tuhan dihormati kembali di barat. Sebagaimana mestinya.
Tiveden, Swedia
12 Muharram 1444 H / 10 Agustus 2022Saya diperjalankan oleh Allah Ta'ala dari timur ke barat. Semakin tampaklah bagi saya bahwa kenyamaman dan kemapanan dunia itu bisa jadi sesuatu yang membelenggu orang dari mencari kebenaran.
Semakin seseorang serba mudah hidupnya semakin Tuhan kurang bermakna bagi dirinya.
Di negara-negara yang saya kunjungi di Eropa, semakin orang mapan hidupnya semakin emoh bicata tentang Tuhan. Bahkan Tuhan dan hukum-hukumnya mulai dilecehkan. Semoga Allah memberikan taufiq dan hidayah agar Tuhan dihormati kembali di barat. Sebagaimana mestinya.
Tiveden, Swedia
12 Muharram 1444 H / 10 Agustus 2022

 Merasa bingung depan masa depan?

Gelisah menjelang ketidakpastian?
Cemas menjalani kehidupan?
Don’t overthink life
Hidup itu ada Yang Mengatur
Berjalan saja di hari ini dengan tegap
Katakan pada diri sendiri,
Di saat ini Tuhanku menghendaki aku ….
Silakan isi titik-titik itu dengan sekian banyak ragam episode kehidupan kita.
Di saat ini Tuhanku menghendaki aku mengasuh anak-anak.
Di saat ini Tuhanku menghendaki aku mengurus orang tua.
Di saat ini Tuhanku menghendaki aku kerja di tempat ini.
Di saat ini Tuhanku menghendaki aku menerjang kemacetan ini.
Di saat ini Tuhanku menghendaki aku mengabdi dalam rumah tangga ini.
Di saat ini…
Karena saat ini yang satu-satunya nyata, saat masa lalu sudah jadi sejarah dan masa depan masih dalam angan.
Dan di saat ini Dia hadir.
Rasakan kehadiran-Nya dan bersukacitalah dengan segala yang ada.
Our life is perfect as it is.
Tiveden, Swedia
10 Agustus 2022

 

NGE-FANS

Perilaku para fans itu sering bikin geleng kepala.

Mereka rela ngantri berlama-lama bahkan sampai bermalam di sekitar arena pertunjukan demi melihat sang idolanya tampil.

Demi melihat aksi idolanya secara langsung itu mereka tak sedan merogoh saku yang cukup dalam, sambil pinjam dan minta sana-sini kalau perlu.

Apapun yang idolanya lakukan senantiasa dipantau. Mode rambutnya ditiru, jenis pakaian dan perhiasannya diikuti.

Segala apa yang keluar dari lisan dan kehidupan sang bintang pujaan selalu diikuti tanpa kehilangan jejak.

Orang itu kalau sudah ngebet dan jatuh hati sama seseorang, apapun yang datang dari orang itu akan indah rasanya. Kadang dalam sebuah pertandingan bola, seorang pemain kelas dunia akan melempar baju yang dia kenakan yang penuh keringat itu ke arah penonton dan para fans akan berebutan untuk mendapatkannya. Tidak masuk akal.

Tapi memang perilaku fans itu tidak untuk dipahami di ranah akal, memang hanya bisa diraba dalam tataran perasaan. Karena cinta itu tak butuh logika.

Itu level nge-fans sama makhluk di tataran dunia. Yang perilakunya seperti kerbau dicocok hidung. Apa saja yang datang dari sang bintang pujaan selalu disukai, selalu dicermati, selalu dinanti.

Kalau boleh jujur, kita bisa ngga ya se-ngefans begitu sama Tuhan? Sehingga apapun ketetapannya disambut dengan sorak-sorai. Apapun titahnya diikuti tanpa bertanya-tanya, pokoknya jadi tren kehidupan saja otomatis. Apapun pembagian-Nya dijalani saja, sampai rela bangun di sepertiga malam,  ngantri di ajang umrah dan haji, menyisihkan rezeki yang ada. Apapun yang datang dari-Nya disambut suka cita. Mirip para fans menyambut dengan suka cita dan euforia.

Artinya, kalau masih mempertanyakan takdir-Nya, mengeluhkan pembagian rezeki-Nya, merasa berat hati menjalani ketetapan-Nya. Jangan-jangan memang kitanya yang ngga nge-fans banget sama Dia. Akhirnya semua dirasa jadi beban dan tidak happy menjalani kehidupan. Tapi karena hati hanya memiliki satu rongga. Ketika seseorang tidak mencintai sesuatu, itu karena semata-mata ada obyek kecintaan lain yang tengah bercokol di singgasana hati itu. Walaupun Tuhan kerap disebut dalam shalat misalkan, tapi yang lebih didambakan adalah tuhan-tuhan lain yang lebih mengendalikan hidupnya. Ia bisa berupa obyek-obyek hawa nafsu seperti kebanggaan, nama baik, pangkat, jabatan, status kehidupan, popularitas, kehormatan, prestasi dll. Atau obyek-obyek syahwat sepetri kecintaan kepada perempuan, laki-laki, comfort life, makanan enak, tidur enak, rumah mewah, mobil mewah dll.

Mestinya fans sejati adalah ia yang obyek fanatismenya adalah Tuhan semata. Sebagaimana asal kata “fanatik” sendiri yang berasal dari kata Latin “fanaticus” yang berkaitan dengan “kuil” atau “fanum”- sesuatu yang dikaitkan dengan “religious maniac” di abad ke-17. Sekarang, obyek-obyek fanatisme itu sudah berubah menjadi bentuk-bentuk lain (idols) yang nyata, bisa dilihat, bisa diraba, bisa ditonton dll. Memang tidak mudahnya mencintai Dia Yang Gaib – tanpa pertolongan Allah Ta’ala. Hanya fans sejati yang bisa menembus semua penghalang yang ada.[]

 

Saturday, August 6, 2022

 

MENGUKUR ULANG PRODUKTIVITAS

"Productivity" is my mid name.
Let's say that i'm quiet obsessed with it.
I'm the "carpe diem" kinda person yang melihat hari ini seakan hari terakhir, jadi cenderung all-out and run in warp 5 speed kalau mengerjakan sesuatu.

Masalahnya saya terbiasa mengukur produktivitas saya dengan berapa naskah yang selesai saya tulis, berapa file yang selesai diedit, berapa kata dalam biografi yang tengah saya kerjakan yang bisa saya kembangkan dari hari ke hari. Dan semua skema itu buyar manakala kita tengah berlibur dan bepergian. Waktu saya terkuras untuk keluarga. Walaupun saya mencoba meluangkan waktu di sore atau malam hari, tetap saja tenaganya beda - sudah banyak terkuras ke kegiatan lain.

Minggu pertama saya mulai gelisah. Tidak merasa puas dengan "capaian produktivitas" saya. Tentu saja tidak akan sama, namanya juga sedang liburan. Tapi ada hal halus dalam hati yang saya kemudian ambil pelajaran, dengan rahmatNya. Yaitu bahwa jangan-jangan selama ini saya terlampau asyik dalam segenap kesibukan yang nampaknya produktif tapi hati saya terpeleset tidak mengandalkan Allah tapi lebih mengandalkan amal-amal itu. Buktinya, hati mulai gelagapan begitu ritme beramal dicabut . Disitulah the moment of truth. Saat dinampakkan sandaran hati kita kemana.

Saya belajar bahwa kalau hati ikhlas bersandar kepada Allah betul maka pekerjaan jenis apapun, lapang atau luang sebagaimanapun juga seperti apapun keadaannya si hati mestinya asyik-asyik saja menikmati setiap suguhannya. Dia tidak pilih-pilih. Akhirnya dia akan jadi senantiasa bersuka cita dengan takdir yang Allah desain untuknya.

Tauhid kita mengatakan bahwa Dia hadir di setiap keadaan. Maka saat senang dan sedih, kehadiran-Nya selalu menyertai kita. Demikianpun saat sempit dan luang, saat banyak duit dan bokek, saat beken dan tak dikenal orang, saat sehat dan sakit, saat jomblo dan memiliki pasangan, saat dipuji dan dicaci, saat untung dan saat buntung, semua pasang surut kehidupan itu mestinya tidak membuat keimanan kita menciut. Karena ikhlas itu berarti bergantung mutlak sepenuhnya kepada Allah Yang memberikan keadaan. Bukan bergantung kepada keadaannya yang pasti akan berganti-ganti. Bukan juga bergantung pada manusia yang punya potensi mengecewakan.

Al Quran sudah jauh-jauh hari mewanti-wanti kita akan hal ini,

"Padahal mereka hanya diperintah menyembah Allah dengan ikhlas menaati-Nya semata (mukhlisiina lahuddiin)..." Al Bayyinah:5

Tuesday, August 2, 2022

 PEKERJAAN: IBU RUMAH TANGGA


Kolega saya di tempat kerja bertanya, "Kamu kok kamu kerjanya cuma 15 jam seminggu, memangnya kerja di tempat lain ya?"

Saya selalu jawab, "Iya, saya mengurus dua anak" Dengan senyum bangga :)

Semua orang akan mengangguk, tak sedikit yang mengangkat jempol. Orang yang berakal tahu, pekerjaan ibu rumah tangga mengurus anak sangatlah tidak mudah. Ironinya, tak ada pendidikan formal yang memadai untuk mempersiapkan seorang perempuan menjadi ibu atau berumah tangga. Saya betul-betul belajar secara otodidak.

Mestinya di CV kita pekerjaan menjadi ibu itu harus di-recognize sebagai sesuatu. Karena benar-benar perlu dedikasi, skill, pengetahuan serta pengorbanan tinggi untuk mengurus anak-anak. Saya pernah bekerja sebagai dokter, sempat dua malam berturut-turut jaga malam nyaris tidak tidur melayani pasien. Juga pernah bekerja di dunia marketing, yang sering kerja di akhir pekan bahkan sampai tengah malam. Berat? Iya. Tapi setidaknya ada jedanya. Jelas waktu kerjanya. Kalau jadi ibu? Oh, it's 24/7 and never ending job.

Kalau Allah bisa memuliakan seseorang yang menyantuni fakir miskin dan anak yatim, pastinya Allah akan memuliakan perempuan yang menerima takdirnya dan mengurus anak-anak yang merupakan amanah yang Allah berikan kepadanya. Maka kaum ibu, bersuka citalah dengan amanah besar yang Allah berikan ini. Jangan sekali-kali mengerdilkan peran ini dengan lontaran kata-kata, "Ah saya hanya ibu rumah tangga biasa". Astaghfirullah bu. Ngga ada yang namanya ibu rumah tangga biasa.
Ngga ada yang namanya sebuah pekerjaan biasa.
Semua pekerjaan itu justru jadi bernilai tinggi di mata Allah dengan rasa syukur dan pengagungan kita.

Jadi, jangan ragu dan merasa minder kalau disodorkan dengan kolom isian, pekerjaannya apa? Tulis dengan bangga dengan mengagungkan apa yang Dia berikan. "Ibu rumah tangga". Biar saja orang bilang apa, yang penting Allah menyaksikan bagaimana kita menyikapi peran yang Dia berikan kepada kita saat ini.

"Dan cukuplah Allah menjadi saksi antara aku dan kamu sekalian..." QS Al Israa' :96

 OVERPOWERED


Ada orang yang demikian kencang menggembar-gemborkan kebebasan.
Katanya kita bebas menjadi apapun, mengubah apapun, menentukan apapun.
Bebas, lepas....
Entah mau kemana.
Sak karepe dewe.

Mungkin dia lupa, bahwa sejak awal pun sampai akhir nanti kita diikat oleh sebuah ketentuan yang solid.
Bukankah kita tidak bisa memilih kapan, dimana dan dalam jasad yang mana dilahirkan?
Demikian pun kematian adalah salah satu misteri besar kehidupan.

We are truly overpowered, defeated by a highly superior strength.

Masih dalam fase denial dan belum mengaku juga tentang Kekuasaan-Nya? Silakan, nabrak-nabrak tembok sendiri. Akhirnya jadi over juga. Tapi OVERWHELM...

Korinth, Denmark
3 Agustus 2022
7.24 pagi

 "Siapa pencipta langit dan bumi?"


"Allah!" lantang menjawab.

"Siapa yang mencipta manusia?"

"Allah!" masih lantang menjawab.

"Siapa yang mencipta takdir?"

"Allah!" tak kurang lantang.

"Siapa yang mengizinkan orang itu menyakiti kita?"

"Ehm...Allah?" agak ragu, masih kesel sama yang bersangkutan.

"Mungkin tidak dia berbuat seperti itu kalau Allah tidak izinkan?"

"Hmm...iya juga ya..." dalam hati.
"Tapi kan, dia yang salah" sakit hatinya masih berdarah-darah.

"Mungkinkah seorang manusia berbuat di luar kendali dan izin Allah Sang Maha Kuasa?"

....mau jawab tapi serba salah, masih merasa kesal.

"Nah, lantas kalau Allah mengizinkan sesuatu terjadi, tanya kenapa?"
...
"Bukankah maa khalaqta haadza baathila, tak ada suatupun terwujud sia-sia?"
....
"Apa pesan di balik musibah itu?"
...
...

Saatnya merenung dan sujud dalam-dalam.

Korinth, Denmark 2 Agustus 2022
20.53