GEMPA DALAM DIRI
Kalau masih mudah marah, rentan bingung, gampang gelisah dan khawatir ketika menghadapi sekian banyak permasalahan kehidupan, itu tanda dalam dirinya masih ada yang belum menjejak dengan kokoh.
Gambarannya seperti gunung yang memuntahkan isinya dan membuat gempa di sekitar. Tidak nyaman untuk hidup dalam keadaan seperti itu. Agar si stabil, maka gunung harus selesai meletus dan mendingin, baru kemudian dia berfungsi menjadi pasak dalam diri.
Apa yang membuat itu stabil? Ilmu.
Ilmu yang haq bisa membuat diri kokoh. Kita menjadi lebih paham dan mengerti kenapa Allah mengizinkan hal itu terjadi, kenapa seseorang dibuat demikian menyakiti kita, kenapa bisnis kita dibuat kolaps, kenapa rencana kita berantakan, kenapa...kenapa...semua hal yang berpotensi mengguncang kehidupan kita menjadi lebih dipahami cara bermainnya.
Ilmu kehidupan itu masalahnya tidak mudah diraih. Tidak semudah nonton pengajian online, mendengarkan khutbah atau membaca ratusan buku. Itu semua tentu jadi gerbang ilmu. Tapi ilmu itu harus mendarat di dalam diri. Dan kunci seseorang diajari ilmu adalah dengan taqwa. Hati yang taqwa tiangnya adalah tawakal. Mengandalkan diri dan kehidupan 100% pada Allah Ta'ala. Bukan mengandalkan diri pada rencana yang telah disusun rapi, mengandalkan tabungan, mengandalkan bantuan orang, mengandalkan ditolong handai taulan, mengandalkan dibantu si anu, mengandalkan proyek berhasil, mengandalkan sekolah keren itu untuk menjamin masa depan anak, mengandalkan sesi konseling untuk keberhasilan pernikahan, dan banyak hal yang bisa membuat hati menjadi tergelincir menjadi menyekutukan Allah. Tidak lagi 100% mengandalkan Dia, tapi 90:10, 80:20, lama-lama terkikis habis hingga kita menjadi musyrik betul dan akan terlunta-lunta dalam samudera masalah kehidupan yang tak bertepi, na'udzubillahimindzaalik.
Jadi, simpel saja. Sumber kegelisahan dan keresahan kita pasti dari hijab hati yang ada. Pasti dari pengandalan kepada sesuatu selain Dia. Pasti pada pengharapan kepada makhluk-Nya. Pasti dari bercita-cita kepada selain Dia. Dan manusia sangat rentan terperosok kepada hal-hal yang memalingkan dari-Nya. Itu kenapa shalat yang lima waktu mestinya menjadi pilar. Agar kita mereset ulang tujuan hidup dan niat kita melakukan banyak hal. Apalagi kalau ditambah shalat sunnah, dzikir dll. Semoga bumi diri makin ajeg, tenang, damai.
Zurich, 28 Agustus 2022 / 1 Safar 1444 H
No comments:
Post a Comment