Thursday, March 31, 2022

 

I miss You

With the feeling that I can never explain

The aches

The tears

The longing

The emptiness that nothing can filled

The void that has alwas been there

Since the beginning of my time here on earth

How can I ever heal from this?

While I know for sure nothing can ever filled this void but You

This separation, is painful

I sing the song of longing

Every now and then

Wondering if You also feel the same…

 

Amsterdam, thursday night 31 Maret 2022 / 29 Sya’ban 1443 H

 FANS SEJATI

Tingkah polah fans itu bisa bikin geleng-geleng kepala, mereka bisa melakukan hal-hal yang tidak rasional. Teriak-teriak histeris saat melihat pujaannya dari dekat, menangis bombay saat si pujaan mulai menyanyi. Beberapa fans mengkoleksi berbagai hal yang berkaitan dengan tokoh pujaannya. Bahkan sampai tahu semua detil kehidupannya yang bisa terakses melalui media.
Crazy? Yes. Ngga masuk akal? Tentu saja. Karena kelakuan fans didasarkan oleh fanatisme mereka terhadap sesuatu dan itu sangat bersifat subyektif.
Apa yang sebenarnya dicari oleh seorang fans? Tentu apapun yang datang dari tokoh pujaannya, entah itu lagu terbarunya, film terbarunya, karya terbarunya, kiprah terbarunya dll. Bust most of all, tentu the biggest prize bagi seorang fans adalah pada saat ia bisa berdekatan dengan sang pujaannya.
Makanya ada fans yang ngga mikir dua kali menghabiskan uang sekian banyak, menempuh perjalanan sekian jauh meski harus mengantri tiket berhari-hari sampai camping di daerah penjualan tiket. For what? Ya itu, demi melihat si pujaan hati dari dekat. Sedekat mungkin. Kalau bisa sih itu jajaran bodyguard pengennya ditembus aja sekadar bisa memeluknya, berfoto bersama atau meminta tanda tangan.
Eh tapi, masalah fans ini hal yang sangat nyuluk sebenarnya. Karena di sisi lain, kalau seseorang itu benar-benar ngefans sama Allah Ta'ala, dia tidak lagi mengejar dunia, harta, jabatan, pangkat kewalian, karomah, atau apapun yang bernuansa surgawi. Tidak gentar juga oleh sekadar ujian dunia, rasa sakit, penantian panjang dll.
Fans tipe seperti ini adalah yang dikisahkan dalam sebuah riwayat tentang adanya segelinitir orang yang tidak takut akan neraka-Nya dan tidak tergiur dengan surga-Nya di saat kebanyakan manusia terkelompok-kelompok menjadi ahli neraka dan ahli surga. Kepada segelintir orang itu Tuhan berkata, "Kamu tidak takut dikasih neraka dan tidak bergeming ditawari surga, lantas apa yang kalian inginkan?"
Mereka menjawab, "Kami hanya ingin Engkau ya Tuhan."
Wah, ini baru fans sejati...

Tuesday, March 29, 2022

 ADEM


Dalam kamus Bahasa Indonesia kata "adem" artinya sejuk. Kita juga sering mendengar kata "adem ayem" artinya tenang dan tenteram.

Entah ini sebuah kebetulan atau sebuah serapan kata dari bahasa lain. Tapi dalam Bahasa Belanda kata "adem" artinya nafas. Sesuatu yang membawa ketenangan. Karena 1 menit saja kita tidak nafas sudah mulai megap-megap, mulai panik.

Nafas ini hal yang esensial. Setiap hari kita rata-rata bernafas sebanyak 22.000 kali. Untung gratisan. Coba kalau satu nafas harus bayar 100 perak saja. Sehari sudah harus bayar Rp 2.200.000, untuk bernafas saja. Belum hitung fungsi jantung, liver, empedu, ginjal, paru-paru. Sudahlah tekor kita kalau mau hitung-hitungan dengan Sang Pencipta. Tapi dengan demikian harusnya kita sadar bahwa kita sungguh berutang besar kepada-Nya karena sudah diberikan sekian banyak nikmat ini.

Bagaimana cara bayar utang kepada Allah itu sebuah pembahasan lain. Kali ini saya mau menekankan kepada topik "adem". Bahwa nafas itu sesuatu yang menghidupkan. Dalam struktur manusia, ada komponen yang berkaitan dengan nafas, itulah jiwa atau disebut "nafs' dalam Al Quran - mirip dengan kata nafas kan. Dan juga ruh, yang merupakan sesuatu yang ditiupkan dan menghidupkan juga. Hanya saja tak banyak yang mengenal apa itu jiwa, apalagi ruh. Padahal itu adalah unsur-unsur yang penting untuk membuat kehidupan kita menjadi lebih hidup. Losta Masta, bikin hidup lebih hidup!

Karenanya bisa ditelaah, kalau kehidupan kita terasa gersang, kering, tak bermakna, menjenuhkan, kurang greget, hampa, tidak ada tanda-tanda kehidupan di dalam hati. Kemungkinan besar karena sudah terlalu lama kita mengabaikan jiwa kita, ia tidak dirawat dengan baik. Akibatnya daya kehidupan menjadi berkurang. Manusia hanya tak ubahnya seperti binatang ternak. Bergerak, berburu, berkembang biak, tapi tak berkembang akal jiwanya. Tak bertumbuh ma'rifatnya.

Jangan tertukar antara kenikmatan hidup dunia dengan ketenangan jiwa. Duanya bisa sangat bertolak belakang. Dalam sejarah ada orang-orang yang namanya terukir dengan tinta emas dalam Al Quran dan Allah tempatkan dalam posisi yang mulia tapi kehidupan dunianya tampak demikian berat.

Fenomena yang lebih banyak sekarang terbalik. Dunianya demikian mewah tapi isinya kosong, hatinya hampa dan jiwanya tak hidup. Inginnya meraih dunia dan akhirat, tapi takut dengan ujian.
Inginnya hidup senang dan mati bahagia, tapi ciut saat mendera kesulitan .

Manusia itu sudah tabiatnya cenderung lalai dan tersesat jika dibuai oleh sekian banyak kemudahan dan kesenangan hidup. Oleh karenanya Allah mempergantikan takdir kehidupan dalam kadar yang sangat menyehatkan.

Kadang kita diberi ujian dan musibah agar kita tak terlalu banyak tertawa dan berlapang-lapang hingga lupa dan lalai dan kadang kemudahan mengalir sedemikian rupa agar kita tidak berputus asa atas rahmat-Nya.

Dalam dua pergantian siang dan malam kehidupan. Sulit dan mudahnya takdir yang dihadapi. Ingatlah bahwa selama nafas masih ada di dalam badan, selalu ada kesempatan untuk bertaubat. Dan taubat itu yang bisa mengubah kehidupan seseorang dengan sangat ajaib. "Kun fa ya kun".

So keep calm and keep breathing.

Sunday, March 27, 2022

 


Small talks

Basa-basi itu ngga basi sama sekali

Dalam pengalaman saya, berbasa-basi bisa efektif membuka pintu yang tertutup.
Menyambungkan dua dunia asing yang saling malu-malu.
Mencairkan komunikasi yang membeku.
Orang yang tak kenal bahkan bisa jadi merasa akrab,

Sesederhana, saya menyapa "Apa kabar?" Setiap kali berpapasan dengan seseorang.
Walau kadang jawabannya "Apa kabar" juga.
Ngga apa-apa, setidaknya sebuah pintu komunikasi sudah terbuka.

Sesederhana kita berkomentar "Lekker weer hè!" (Cuacanya enak hari ini)
Kepada penjual makanan binatang,
Menyapa kasir di supermarket
Membuka percakapan dengan tetangga.

Dan mereka merespon dengan baik.
Ada yang membalas dengan cerita ini dan itu tentang keluarganya yang membuat saya berhenti mendengarkan 15 menit lamanya.
Ada yang meresepon dengan senyuman.

Atau ada seorang barista yang secara tak terduga membalas dengan memberikan kopi large, padahal saya pesan yang kecil.
Well, I think I'm not going to sleep early anyway tonight...

Friday, March 25, 2022

 Laki-laki dan perempuan itu bagaimanapun tetap berbeda. Justru perbedaan itu ada untuk saling mengisi.


Dalam rumah tangga, laki-laki dan perempuan punya peran tersendiri. Secara umum laki-laki yang biasanya sebagai pencari nafkah, tapi di dalam situasi tertentu bisa perempuan yang mencari nafkah. It's fine. Tidak perlu dipermasalahkan. Karena penafkahan yang utama dari suami adalah visi dalam rumah tangga. Asal si suami kerjanya ngga tidur aja seharian, pusing juga si Emak dibuatnya.

Suami-istri itu punya kekuatan dan kelemahannya masing-masing. Makanya mereka saling mengisi. Kalau kompak kerjanya, sebesar apapun permasalahan yang dihadapi oleh rumah tangga itu, insya Allah akan saling menguatkan. Jangan malah dinamika kehidupan jadi sumber percekcokan, itu akan membuat suasana rumah menjadi neraka.

Tubuh manusia bisa berfungsi demikian mengagumkan misalkan karena fungsi yang berbeda dari sistem saraf simpatis dan parasimpatis. Yang satu berfungsi sebagai gas yang lainnya berfungsi sebagai rem. Bayangkan kalau mobil cuma punya pedal gas atau pedal rem saja. Kalau ngga nabrak ya ngga jalan. It doesn't work that way.

But that's exactly the catch, agar bisa beroperasi secara optimum masing-masing harus memahami posisinya sebagai apa. Jangan sampai si pedal gas nyanga ngerem dan pedal rem nyangka ngegas, dijamin hancur mobilnya.

Mengenali siapa diri, fungsi dan peran itu penting artinya dalam sebuah organisasi. Entah itu dalam skala rumah tangga, keluarga besar atau organisasi masyarakat lainnya. Ketika setiap orang menyadari kelebihan dan kelemahan diri, dia akan menjadi tahu diri dan semakin menghargai keberadaan dan fungsi orang lain.

No one is an island. Tidak ada orang yang bisa sendirian di dunia ini. Kita saling membutuhkan. Suami istri juga begitu. Jangan sampai seseeorang merasa tak ada kelebihan sama sekali dari pasangannya, itu jalan kehancuran. Gali dan kembangkan kelebihan dari pasangan kita, itu jihadnya. Agar tenang keadaan rumah tangga, dan biarlah badai itu datangnya dari luar saja untuk dihadapi bersama, tak perlu dari dalam rumah sendiri...

Wednesday, March 23, 2022

 Ada sebuah perilaku yang aneh, tak konsisten.

Di satu sisi yakin banget katanya Allah itu Maha Kuasa. Kalau ditanya siapa yang mencipta alam semesta? Allah!
Siapa yang menciptakan manusia dan segenap takdirnya? Allah!
Siapa yang kuasa menyembuhkan dan melapangkan rezeki? Allah!

Kalau pas di atas sajadah atau sekitaran Ka'bah sepertinya khusyu banget beribadah, sambil berderai-berai air mata.

Tapi, pas dihadapkan dengan minyak goreng langka.
Ketika harus menelan pil pahit bahwa pasangan memiliki idaman lain.
Ketika proyek yang dinanti-nanti keuntungannya itu ditipu orang.

Langsung fokus kita lempar batu, memaki pemerintah, melabrak orang lain atau sibuk membalas dendam pada orang yang kita anggap menyakiti kita itu.

Allah dimana?
Apakah Allah hanya hadir di sepetak sajadah dan sekitaran Ka'bah?
Bukankah di balik itu semua ada kehendak Allah?

Logikanya coba dijalankan lagi.
Allah Yang Maha Kuasa menciptakan benda-benda langit dan segenap alam raya, masa tidak punya kendali atas sekadar harga minyak dan kebutuhan sehari-hari?
Allah Yang Maha membolak-balikkan hati masa tidak berdaya saat pasangan melirik orang lain?
Allah Yang Tak pernah tertidur masa kecolongan hingga bisnis kita ditipu orang?

Ngga mungkin kan?
Tapi toh semua itu terjadi. Berarti Dia izinkan.
Maka semestinya respon pertama sebelum menuntut keadilan, memperkarakan atau mengikhtiarkan segala sesuatu, coba ngadep dulu sama Yang Maha Kuasa yang mengizinkan semua itu terjadi.

Istighfar, barangkali ini sebuah qishash atau hukuman atas kelalaian, dosa atau kezaliman kita yang sadar atau tidak sadar dilakukan.

Dengannya, setiap kejadian yang menimpa kita akan menjadi tambahan pengetahuan dan ma'rifat kita kepada-Nya. Agar tak sekadar mentok dengan fenomena yang ada tapi tak belajar mutiara hikmah yang terpendam di dalamnya. Rugi.

Tuesday, March 22, 2022

 Setiap manusia itu punya jalan hidupnya masing-masing. Sesuatu yang ada dalam pengaturan Allah Ta'ala. Jadi hormatilah proses setiap orang, jangan cela atau menghinanya.


Siapa yang menginginkan rumah tangganya kandas?
Siapa yang menginginkan dirinya terjebak dalam sekian kemaksiatan?
Siapa yang ingin tergelincir dalam sebuah khilaf?

Tidak ada.

Daripada sibuk menghakimi orang lain. Lebih baik sibuk berkaca kepada diri sendiri.

Ingat, Rasulullah saw mengecam orang yang menghina saudaranya karena berbuat khilaf,

“Siapa yang menjelek-jelekkan saudaranya karena suatu dosa, maka ia tidak akan mati kecuali mengamalkan dosa tersebut.”
(HR. Tirmidzi no. 2505)

Maka jangan merasa diri lebih baik, nanti kita diuji oleh itu. Kita dimakan oleh pikiran kita sendiri yang tidak benar itu. Jangan melecehkan takdir orang karena Allah yang sedang memperjalankan orang itu. Karena semua yang terjadi pasti ada tujuannya.

Orang boleh saja terlihat 'gagal' tapi selama ia belajar dari hal itu maka ia bisa lebih maju dibanding orang yang sepertinya 'tak pernah gagal' tapi dalam hatinya bertumpuk kebusukan yang ia tak sadari. Na'udzubillah.[]

 Setiap orang lahir dengan bakatnya masing-masing. Karena saya suka nyanyi, saya kasih contoh sesuatu yang jelas di bidang ini. Walaupun dulu waktu SD pernah nyanyi di salah satu lomba lukis di Taman Lalu Lintas dan jadi kontestan lomba nyanyi tingkat kecamatan, tapi saya sadar diri kalau tipe suara saya tidak akan pernah bisa menyanyikan lagu " I have nothing" seperti Whitney Houston menyanyikannya. And frankly nobody can sing that song like her, she simply had hit the bar.


Karakter suara setiap orang itu unik. Ada spesialisasinya. Seorang Vina Panduwinata asyik kalau menyanyikan lagu-lagu jazz atau pop, tapi jangan paksa dia menyanyikan lagu rock. Seperti halnya jangan kasih seorang Afghan lagu opera macam Nessun Dorma yang cocok untuk pita suara seorang Luciano Pavarotti. Tapi juga ngga usah iseng menyuruh Oom Pavarotti menyanyikan lagu "Terima Kasih Cinta"-nya Afghan, dijamin geli dengarnya.

So, you see. Bukan masalah Mami Ina lebih baik dari Afghan atau Pavarotti lebih keren dibanding yang lain. Semua punya kekhasannya sendiri, semua punya lagu pribadinya sendiri yang disitu dia akan menemukan hal yang thayyib.

Maka temukan pekerjaan dan kegiatan yang pas dengan diri kita. Sebuah lagu diri pribadi yang memang pas dengan karakter suara kita. Agar kita menjalaninya dengan bersuka cita dan mendatangkan keberkahan yang banyak. []


 Sejak kecil saya suka sekali mengamati manusia dan segala tingkah lakunya. Kalau sedang duduk di sarana transportasi umum atau mall entah kenapa suka terkagum-kagum dengan sekian dinamika manusia. Mereka berbicara dan berinteraksi satu sama lain. Tak pernah ada manusia yang sama, bahkan kembar siam sekalipun berbeda sekali jalan hidupnya. Siapapun yang mengkreasi di balik ini pasti hebat sekali Ilmu serta Kreativitasnya.


Sampai sekarang ketakjuban memerhatikan manusia itu masih ada. Maka saya senang ngobrol, diskusi atau mewawancarai mereka. Itu kenapa saya menikmati profesi menjadi dokter dulu dan sekarang personal coach, dengannya saya bisa menyelami lebih dalam kehidupan seseorang dengan segala pasang surutnya dan menyaksikan kemegahan desain Sang Pencipta. 


Sungguh satu manusia adalah sebuah semesta yang mengagungkan dengan semua takdir hidup yang melingkupinya. Kemudian bayangkan milyaran manusia dibuat saling berinteraksi dengan mencengangkan takdir hidupnya, saling bersilangan dan saling berhubungan menciptakan sebuah pola tertentu. Sesuatu yang bisa kita baca. Isn't it amazing? 


Suami dan teman-teman dan keluarga dekat saya sudah paham kalau tiba-tiba saya seakan "menghilang" di tengah keramaian. Karena saya seakan ada di sebuah dunia paralel yang menyuarakan hal lain dari sekadar yang nampak.


I hope I'm not sounds too crazy to you. Sekadar ingin berbagi ketakjuban saya melihat pemandangan di balik jendela hari ini. Semua pergerakan demikian indah. Ada nenek-nenek yang dibantu menyeberangi jalan oleh seorang pegawai toko di seberang jalan. Seorang anak muda yang berbagi makan siangnya dengan burung-burung merpati yang mematuk-matuk paruhnya mencari makan. Seorang paruh baya yang sibuk membersihkan kaca-kaca apartemen dengan pakaian kerja khususnya. Semua kehidupan dan segenap aktivitas ini. What is the end game?

Kemana semua ini berakhir?

Rasanya tak mungkin manusia sekadar lewat hidup, berkarir, berkeluarga, get a good life and that's it. Cease to exist.


Di bumi yang tercipta 4,5 milyar tahun ini ras manusia baru seperti kemarin sore saja hadir. Rasanya tak masuk akal jika penciptaan bumi yang dihamparkan dengan demikian njelimet dan presisi kemudian pada saatnya digulung pada hari kiamat hanya untuk ditinggali oleh manusia-manusia yang bermentalitas "bagaikan hewan ternak". Mencari kenyamanan dan keberlangsungan hidup secara fisik dan mati.


What's next? Sesempit itukah skenario yang ada? I don't think so. And i'm determined to find out. Di sela-sela kesibukan keseharian. Jendela ini salah satu tempat saya berefleksi. Sebuah jeda sesaat dari semua daftar "things to do". Sejenak keluar dari agenda keseharian.

Mencoba melihat dari jarak jauh, to keep the perspective.

Mengevaluasi langkah yang ada.

Sambil memohon agar Dia membimbing dan mengajari.


This window, turned out to be one of the place where I keep my sanity...

Sunday, March 20, 2022

 Tubuh punya berbagai mekanisme alami untuk mengeluarkan sesuatu yang seharusnya tidak ada di dalam sistem manusia. Batuk, diare, berkeringat, buang air kecil adalah salah satu diantaranya.


Tapi ada beberapa kondisi dimana benda asing atau sel yang bermutasi terbentuk dalam diri. Dalam keadaan yang seperti itu kadang tindakan operasi atau teknologi seperti memecah batu ginjal menjadi serpihan-serpihan kecil terpaksa harus dilakukan.


Kadang sebuah tindakan yang tampaknya merusak harus dipilih untuk menyelamatkan pasien dari bahaya lebih besar.


Coba renungkan bahwa hal yang sama sangat bisa pernah, sedang atau akan terjadi. Ketika Allah "merusak" kehidupan kita, semata-mata karena ilmu dan kasih sayang-Nya untuk mencegah kita dari marabahaya yang lebih besar yang tak sanggup kita hadapi.


Sesuatu yang kita anggap sebagai sebuah kegagalan, kehilangan, perpisahan, atau musibah apapun yang tampak ya merusak kehidupan dan memporak-porandakan mimpi kita sebenarnya adalah sebuah upaya penyembuhan dan penyelamatan kita atas azab yang jauh lebih besar yang niscaya menimpa jika kita terus tenggelam dalam kelalaian kehidupan.

Saturday, March 19, 2022

 Being Flexible 


Agar menjalani dinamika kehidupan dengan baik dan lancar saya belajar untuk selalu pasang kuda-kuda, bersiaga atas segala perubahan. Expect the unexpected.


Contohnya kejadian  hari ini. Tiba-tiba jadwal mengantar Rumi untuk sepak bola hari ini dimajukan 15 menit. Padahal hari ini jadwalnya mepet sekali, saya dijadwalkan menjadi moderator di sebuah acara bedah buku online, dan terpaksa harus pamit lebih awal, which is awkward. Dan saya harus menelan rasa tidak enak dengan narasumber dan para peserta yang lain. Juga menelan kenyataan bahwa saya tidak bisa berlama-lama asyik mengikuti diskusi yang ada.


That's life. It is as it is. Dulu, kalau ada konflik kepentingan seperti ini saya akan cenderung bersikeras mempertahankan jadwal saya karena merasa sudah dijadwalkan jauh hari. Tapi lama-lama saya belajar mengalah untuk menang. Bahwa ketika saya mengorbankan kepentingan saya lillahi ta'ala, ada hal lain yang saya dapatkan. Sesuatu yang bahkan jauh lebih baik dari sekadar apa yang saya bayangkan. 


Saya belajar bahwa nilai kehidupan itu ada ketika kita bisa memberi, bisa berkorban, bisa berbagi, bisa mengeluarkan apapun yang sebenarnya berupa amanah dan titipan-Nya. Memeras segenap potensi diri (wal ashr) hingga pada saat saya kembali menghadap-Nya semua sudah kering dibagi-bagikan. Semoga...

Wednesday, March 16, 2022

 Saya jadi saksi mata ketika ada orang tua yang tegas mengatakan kepada anaknya,


"Pokoknya nanti kamu harus jadi A (menyebut sebuah profesi)
Pokoknya kamu nanti kuliah di Anu (menyebut salah satu perguruan tinggi ternama di dunia)
Pokoknya umur 26 tahun kamu udah nikah ya!"

Saya melihat tatapan nanar di mata anaknya yang merasa dibebani oleh pekerjaan yang bukan merupakan impiannya, pilihan bidang ilmu yang bukan dia senangi dan terbebani oleh deadline harus menemukan jodoh di usia tertentu.

Kita sebagai orang tua memang suka keblinger. Merasa anak adalah propertinya pribadi, padahal dirinya pun bukan miliknya sendiri. Semua adalah pinjaman. Semua adalah amanah.

Bu, Pak, yang paling tahu pekerjaan terbaik, tempat sekolah terbaik dan jodoh terbaik serta waktunya kapan itu ya Gusti Allah toh. Dan rasanya Allah bukan Dzat yang suka memaksa dengan deadline-deadline-an. Bukankah kita harus belajar bertasbih. Mengalir dengan takdir dan segala ketetapan-Nya? Jadi, bagaimana kalau alih-alih memaksakan dan mendikte anak harus begini dan begitu, kita sama-sama saja sujud dan berdoa serta meminta bimbingan serta berikhtiar bersama mencari jalan hidup yang terbaik yang sesuai dengan fitrah sang anak.

Ingat kisah Fir'aun dalam Al Quran, bagaimana kekejamannya membunuh bayi-bayi laki-laki? Tentu sebuah kebengisan yang tak terkira. Tapi orang tua kadang tidak sadar bahwa ia bisa "membunuh" potensi jiwa anak secara pelan-pelan dengan memaksa dia menjadi seseorang yang bukan dirinya. Na'udzubillahimindzaalik...