Sunday, November 27, 2022

 COMMON GROUND


Saya dan suami banyak perbedaannya

Hal yang lumrah, mana ada dua orang yang tak berbeda.

Memang di awal pernikahan, ihwal perbedaan itu sering jadi masalah. Jatuh bangun kami belajar. Atas rahmat Allah semata akhir tahun ini insya Allah genap 12 tahun kami membangun bahtera rumah tangga ini bersama.


Hal yang saya pelajari adalah, penting untuk membangun ”common ground”, sebuah area dimana kita sepakat mengerjakan sesuatu. Ada proyek yang kita lakukan bersama-sama. Dalam konteks pernikahan saya dan suami, kami punya fokus yang sama dalam mendidik anak. We want to give the best for them. Walau kadang apa yang dipandang “yang terbaik” belum tentu sama wujudnya. Tapi kalau sudah menyangkut urusan anak-anak, kami berdua komitmen untuk “pasang badan”, bahkan jika harus mengorbankan diri sendiri, apalagi hanya sekadar karir atau uang. Semua tak ada nilainya dibanding senyuman si buah hati dan menjaga bara semangat dan potensi yang ada dalam dirinya. Apalagi anak-anak masih dalam usia tumbuh kembang yang krusial.


Common ground itu juga bisa menjadi semacam ruang pemulihan. Ketika ego meletup-letup dan hawa perseteruan menyala-nyala, kami diingatkan untuk kembali setia kepada tugas. Mengawal anak-anak hingga mereka Allah tegakkan di atas kaki mereka sendiri pada saatnya. Aamiin ya Rabb…

 A Dream World


When you sleep, you dim the light

When you sleep, a light is too intense impairs your function


When you sleep, you’re dreaming

Anything can happen in your dream

Any role you can take on in your dream

And we don’t complain about our role in the dream nor anything that happened to that role

Because you know it’s just a dream, a stage to play where nobody really gets hurt.


In the dream world, all the things that you perceive as reality is not really reality. 

It all being temporary. Pain is temporary, happiness is temporary, illness is temporary, healthyness is temporary.

Nothing is permanent and yet everything is perfectly in its place.


If things keep changing, then how do we achieve understanding?

It is by soften our heart (qalb)

It is an entity inside ourself that is so intelligent and can touch the Divine without getting confused by the everchanging. 


The sufis are the people who strived to cleanse their heart in every heartbeat. Because they want to    understand the meaning of life. 

Therefore, they got awakened. They can see the reality beyond this dream life.

And yet, they don’t just stay in the ocean of knowledge and drawn.

They come back to the shore and help people to be awakened. Being rahmat lil ‘alamin, providing grace to humanity.

Wednesday, November 16, 2022

 SENDIRI (LAGI)


Kita terlahir di bumi ini sendiri. Bahkan bayi kembar pun pada hakikatnya terlahir masing-masing. Kemudian kehidupan memperkenalkan ketertautan dengan orang-orang di sekitar kita. Pertama dengan ibunda. Lalu ayahanda. Kemudian ada adik atau kakak. Lalu kakek, nenek, paman, tetangga, pengasuh dan pada satu titik tertentu jatuh cinta pada sang pujaan hati.

Kita yang terlahir tadinya sendiri menjadi tak terbiasa lagi menjadi sendiri. Ada rasa hampa ketika kita orang yang kita sayangi tidak ada di sekitar kita. Ada rasa sakit yang menyayat saat pasangan yang dicintai pergi ke meninggalkan alam ini. Ada rasa kesepian saat kita pulang ke rumah yang kosong, tak ramai oleh canda tawa anak-anak seperti dulu. Kita menjadi merasa hampa, sepi, dan sedih. Kita sudah terbiasa dengan kehadiran orang-orang tertentu dalam hidup kita.

Padahal, kita datang ke dunia ini sendiri dan akan sendiri dikubur. Juga sendiri berdiri mempertanggungjawabkan setiap langkah hidup yang telah dilampaui. Kesendirian itu hal yang niscaya dan harus dibiasakan kembali.

Maka ada saat di sepertiga malam terakhir, dimana Allah Ta'ala turun ke langit dunia dan menghadap satu persatu hamba-Nya yang bangun dalam sendiri saat kebanyakan orang pulas dibuai oleh mimpi dalam tidurnya.

Maka ada saat dimana Allah pisahkan kita dengan pasangan, dengan anak-anak, dengan orang tua, dengan sahabat. Agar kita meraih kekuatan-Nya dalam kesendirian. Agar kita tak canggung dan menderita menjelang saat sendiri yang pasti akan dihadapi di depan. Ketika gerbang kematian telah dilalui...

Tuesday, November 15, 2022

 BUKAN SEKADAR INTERUPSI


Sedang asyik-asyik ngetik di depan laptop, tiba-tiba Mama minta tolong, “Sa, tolong belikan tempe, bawang daun, …ini-itu”.


Sedang konsentrasi mempersiapkan slide presentasi tiba-tiba si kecil yang sakit memanggil, minta dipeluk dan dibikinkan teh hangat.


Banyak hal yang seolah “menginterupsi” aktivitas apapun yang kita lakukan sehari-hari. Kata interupsi berasal dari Bahasa Latin, “interruptionem” yang artinya memutus sebuah keberlangsungan. Jika kita memandang semua panggilan itu sebuah interupsi, hal yang memutus fokus kita, keasyikan dan kepentingan kita maka perasaan yang timbul biasanya bernuansa sebuah kekesalan. 


Kesal karena pekerjaan tertunda. Kesal karena tidak bisa fokus melakukannya. Dan kekesalan yang timbul dalam dada kita biasanya dilampiaskan keluar dengan menghardik yang bersangkutan. Atau kalaupun bibir tak berkata-kata, hatinya bergemuruh. Ngedumel.


Repot merespon sesuatu sebagai interupsi, menganggapnya sebagai sebuah gangguan kecil yang memutus kesenangan kita. Padahal hidup akan selalu dihiasi sekian ragam “interupsi”. Sebuah dalil bahwa we are not in control of our life.


Ada cara pandang lain yang lebih menenangkan dalam melihatnya. Yaitu dengan melihat bahwa semua itu sebuah kesatuan yang utuh dari aliran takdir hidup yang sudah ditentukan oleh Allah Ta’ala sejak saat jiwa kita ditiupkan ke kendaraan jasad yang tengah dibentuk di dalam rahim ibunda. Mengagumkan untuk menyadari bahwa Allah telah mendesain kehidupan kita bahkan sampai ke hal yang detil, yaitu “terinterupsi” ketika mengerjakan sesuatu. 


Dengan kesadaran bahwa semua datang dari Allah, kita bisa lebih bijak menyikapi datangnya angin perubahan dalam hidup, lebih tenang dan bahkan bersuka cita menjalaninya. Agar semua yang Allah datangkan itu menjadi punya makna bagi kita dan dipandang sebagai tamu-Nya. Agar kita bisa melihat itu lebih dari sekadar interupsi.[]

Thursday, November 10, 2022

 MIND YOUR OWN BUSINESS 


Suka geram kalau melihat kelakuan seorang suami atau istri yang nyeleneh dalam sebuah rumah tangga. Kerap kita mudah sekali berkesimpulan bahkan menghakimi orang lain sambil berkata, “Dasar suami kurang ajar!” Atau “Dasar istri tak tahu diri!” Dan sekian makian lainnya baik yang dilontarkan oleh lisan maupun yang terlintas di dalam hati.


Padahal, persoalan yang sebenarnya dari rumah tangga orang lain itu tak terjangkau. Jangankan rumah tangga orang, lha wong pasangan sendiri saja sering belum tuntas terpahami. Makanya banyak hal yang belum dimengerti dan menimbulkan prasangka buruk.


Jadi, daripada pusing memikirkan rumah tangga orang lain, lebih baik fokus membenahi rumah tangga dalam negeri sendiri saja. Agar kita tidak memadati hati dan pikiran dengan hal-hal yang tak perlu bahkan mengotori diri.