Monday, May 30, 2016

Tugas Kita Di Dunia Untuk Belajar

Firman yang diturunkan Allah Ta'ala untuk semesta adalah "iqra!"(bacalah!) bukan kerjalah! atau beribadahlah! atau perintah lain yang bernuansa kegiatan dan pencapaian fisik. Hal tersebut senada dengan jawaban Rasulullah SAW ketika ditanya mengenai amalan yang utama, beliau pun menjawab "ilmu". Jadi memang pekerjaan kita yang utama di muka bumi ini sebenarnya adalah untuk belajar, membaca jalinan kalimat-Nya yang dikode secara rapi dalam semesta.

Ada tiga macam kitab yang perlu kita telaah dengan sangat serius, yaitu kitab diri (insaniyah), kitab alam semesta (kawniyah) dan yang sebenarnya paling jelas dan segar datang dari Sang Maha Ilmu, adalah kitab Al Qur'an yang kebanyakan dari kita masih lalai untuk membaca apalagi mengkajinya. Adapun pertumbuhan potensi keinsanian seseorang justru terletak pada kemampuannya dalam membaca kitab-kitab yang diturunkan oleh Allah Ta'ala tersebut.

Mulai dari membaca kitab diri pun sudah harus mengurai sekian banyak hal, tentang mengapa kita dilahirkan dari orang tua tertentu, dibesarkan di daerah tertentu, bersekolah di tempat tertentu, berteman dekat dengan si anu, terkena penyakit tertentu, memiliki bakat tertentu, mendapatkan bentuk tubuh dengan kemampuan fisik tertentu dan lain sebagainya. Semua itu merupakan keping-keping puzzle yang harus dirangkai rapih demi membaca kalimat agung-Nya. Karena barangsiapa yang mengenal dirinya maka akan mengenal Rabb-Nya.

(Adaptasi dari pengajian pengantar riyadhoh 27 Mei 2016 2016 yang disampaikan oleh Zamzam A.J. Tanuwijaya , Mursyid Thariqah Kadisiyyah)

Keadaan Para Pecinta Al Qur'an di Hari Pengadilan

Dalam bukunya yang berjudul Kitab Penglihatan-Penglihatan dalam Mimpi (al-Mubashshiraat), Ibnu 'Arabi mencatat adanya tujuh belas mimpi yang berbeda dari mimpi-mimpi yang lain, hal ini dikarenakan mimpi tersebut berguna untuk orang banyak dan karena berkaitan dengan Rasulullah SAW dan para sahabat. Salah satu mimpi tersebut menggambarkan suatu peristiwa dramatis yang terjadi di suatu masa di alam setelah dunia ini:

Aku melihat dalam mimpiku bahwa Hari Pengadilan telah tiba dan semua manusia dilanda oleh kecemasan yang teramat sangat. Kemudian aku mendengar Al Qur'an dibacakan di 'Illiyiin kemudian aku bertanya: "Siapa gerangan orang-orang yang membaca Al Qur'an pada saat seperti ini dan tidaklah rasa takut melingkupi mereka. Kemudian sebuah suara menjawab, "Mereka adalah para pemangku Al Qur'an." Lalu aku berseru, "Jika demikian aku termasuk salah satu di antaranya!"

Kemudian sebuah tangga terbentang di hadapanku dan aku menaikinya hingga memasuki sebuah ruangan di 'Illiyiin, dimana aku menyaksikan orang-orang tua dan muda bersama sedang melantunkan Al Qur'an di hadapan Nabiyullah Ibrahim, sang khalil, radhiyallahu anhu. Kemudian aku pun duduk di hadapannya dan mulai membaca Al Qur'an dengan dipenuhi rasa aman dan ketenangan, tanpa merasakan takut, cemas atau was-was dengan datangnya hisab.

Sungguh aku tidak mengerti ketakutan macam apa yang menghinggapi kebanyakan orang berkaitan dengan Hari Penghisaban. Sang Rasulullah SAW berkata, "Orang-orang yang akrab dengan Al Qur'an adalah mereka yang akrab dengan-Nya dan merupakan hamba-hamba-Nya yang istimewa." Dan Allah berkata "mereka akan berada di tempat-tempat yang tinggi serta dinaungi oleh ketenangan dan keamanan."

Makna Malaikat Tidak Masuk Ke Dalam Rumah Yang Terdapat Anjing

"Malaikat tidaklah masuk ke rumah yang di dalamnya terdapat anjing."
- Al Hadits
Hati adalah rumah, hati adalah tempat malaikat turun sambil membawa berbagai anugerah Allah.
Adapun sifat-sifat buruk seperti marah, syahwat, dendam, dengki, sombong, 'ujub (kagum terhadap diri sendiri), khawatir tentang dunia, cinta dunia, tidak ridho dengan ketetapan Allah dll adalah anjing-anjing yang menggonggong.
Maka bagaimanakah malaikat akan masuk padanya?
Sedangkan cahaya ilmu tidaklah akan diberikan oleh Allah Ta'ala ke dalam hati seorang insan kecuali dengan perantaraan malaikat.
(Adaptasi dari Ihya 'Ulumuddin, Al Ghazali)

Tuesday, May 24, 2016

Hadapi Takdirmu Dengan Gagah Perkasa!

Di dalam setiap takdir kehidupan yang telah Allah Ta'ala hadirkan ke dalam diri masing-masing tersimpan banyak hikmah yang harus digali sendiri, pelajaran bagi diri sendiri itu yang seharusnya menjadi prioritas untuk dibaca bukan semata menggali ilmu di luar dirinya. Karena tidak mungkin orang akan menemukan filsafat atau hikmah di luar akan tetapi ia tidak membaca dirinya sendiri. Maka semua filsuf seperti Socrates dan Plato adalah orang-orang yang menggali jati diri dan membaca takdir hidupnya.

Akan tetapi kebanyakan manusia itu malas, ingin meraup hikmah tanpa mau menghadapi masalah, tidak mau kerja keras ya tidak bisa. Kalau diri kita selalu terbiasa menghindari tantangan dan ingin aman-aman saja dalam hidup maka hikmah yang sejati tidak akan turun ke hati, yang ada berupa hikmah palsu yang gampang diraih melalui berbagai aktivitas yang terlihat spiritual. Adapun pemberian-pemberian Allah Ta'ala yang berupa hikmah dan nur ilmu baru akan diturunkan manakala tantangannya "real"ada di depan mata kita masing-masing, jadi bukan tanpa fungsi. Maka banyaklah meminta ampun dan meminta pertolongan kepada Allah Ta'ala dan bekerja keraslah selagi masih diberi waktu hidup di alam dunia ini.

(Adaptasi dari Pengajian Hikmah Al Qur'an bulan 17 April 2016 yang disampaikan oleh Zamzam AJ Tanuwijaya , Mursyid Thariqah Kadisiyyah)

Kesulitan Yang Kau Menghindari Darinya Sebenarnya Menyelamatkanmu!

"Wahai guru, aku mempunyai doa yang selalu kupanjatkan setiap hari selama bertahun-tahun kepada-Nya akan tetapi tampaknya hingga hari ini permohonanku itu tidak pernah dikabulkan. Apakah Tuhan tidak mendengar doaku? Apakah Ia tidak peduli kepadaku? Mengapa Ia tidak mengabulkan doaku untuk meringankan beban kehidupanku sedikit saja?"

"Anakku sayang, manakala Tuhan berjanji untuk mengabulkan setiap permohonan hamba-Nya maka pastilah itu terjadi, akan tetapi kerap kali bentuk pengabulan doa itu yang kerap kali luput ditangkap oleh sang hamba. Seperti seorang hamba yang memohon untuk dibukakan sebuah pintu yang berada tepat di hadapannya akan tetapi Tuhan tahu pintu yang lebih baik adalah yang terletak di belakangnya dan sang hamba tidak menyadari hal itu karena hatinya terlalu sibuk dengan jawaban doa versi dirinya dibanding dengan memohon apa yang terbaik menurut Yang Maha Mengetahui.

Aku akan membagi sebuah kisah yang diceritakan oleh Mawlana Jalaluddin Rumi dalam Kitab Masnawi untuk sedikit menghibur hatimu yang sedang gundah gulana. Tersebutlah seorang petani pada zaman Nabi Musa datang memohon kepada nabinya agar diberikan ilmu yang membuatnya bisa mengerti bahasa binatang. Berkali-kali si petani datang kepada Nabi Musa dan berkali-kali pula sang Nabi menolak mengajarinya dan berkata bahwa hal itu bukan untuknya. Akan tetapi si petani tetap keras kepala memohon kepadanya karena beranggapan kehidupannya akan semakin lebih mudah dengan menguasai ilmu bahasa binatang tersebut. Demikianlah petani itu tak pernah menyerah memohon kepada nabi dan Tuhannya hingga akhirnya pada suatu hari Tuhan berkata kepada Nabi Musa "Silakan ajarkan ilmu itu kepada sang petani!". Maka Sang Nabi pun mematuhi perintah Tuhannya dan mengajarkan ilmu bahasa binatang kepada si petani.

Hari pertama setelah si petani itu mendapatkan ilmu barunya, ia mendengarkan percakapan antara ayam betina dan ayam jantan yang berkata "Wah kasihan kambing itu usianya hanya beberapa hari saja!" Mendengar hal itu si petani buru-buru menjual kambing tuanya untuk mencegah kerugian yang lebih besar.

Beberapa lama kemudian ia mendapatkan informasi dari sekawanan kambing bahwa kudanya tak lama lagi akan meninggal, maka dengan sigap ia pun menjual kudanya. Demikianlah peternakannya mendapatkan untung berlipat ganda setelah ia menguasai bahasa binatang. Tahun demi tahun ia lalui dalam kegembiraan yang membuncah dan kekayaannya tak terhitung banyaknya. Hingga pada suatu hari si petani mendengar kabar yang membuatnya panik dari salah satu binatang yang kali ini mengatakan bahwa usia si petani tidak lama lagi!

Dengan panik dan tergopoh-gopoh ia datang menemui Nabi Musa sambil menangis dan memohon untuk mencegahnya dari kematian yang semakin mendekatinya. Sang Nabi berkata, "Sudah terlambat untuk mencegahnya, tidak kah kau pahami bahwa setiap penderitaan akibat kehilangan ternakmu yang kau susah payah untuk menghindarinya itu sebenarnya mendatangkan banyak kebaikan bagimu. Kalau kau tidak memaksakan diri untuk menguasai bahasa binatang kau tidak akan menjual kambingmu di awal dan ternak-ternakmu yang lain setelahnya dan karenanya engkau akan terhindar dari penyakit yang akan menggiringmu kepada kematian. Ketahuilah bahwa sebelumnya usiamu ditakdirkan mencapai 150 tahun. Namun sekarang semua sudah berubah karena engkau memaksakan kehendakmu dan merusak rencana-Nya.

Bisa jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu. Alalh mengetahui sedang kamu tidak mengetahui. *"
* QS Al Baqarah: 216

Friday, May 20, 2016

Puasa dan Pengorbanan Diri

"Wahai Guru, sebentar lagi bulan ramadhan tiba dimana kita akan berpuasa sebulan penuh lamanya. Sungguh berat bagi saya sebenarnya untuk berpuasa selama sehari penuh, kiranya Guru berkenan memberikan wejangan yang bisa menguatkan jiwa saya."

"Anakku yang baik, semoga Allah Ta'ala mengganjar niat baikmu untuk melaksanakan salah satu kehendak Allah untuk berpuasa di bulan suci Ramadhan. Memang benar adanya berpuasa adalah suatu hal yang tidak mudah karena ia seperti halnya semua ibadah lahiriah bersifat pengorbanan diri sendiri. Engkau dilatih untuk mengorbankan keinginan syahwatmu yang terbiasa kenyang dan minum kapanpun engkau mau. Tidak hanya itu di malam hari engkau dilatih untuk shalat lebih banyak dari malam-malam biasanya juga untuk bangun di waktu sahur untuk membekali raga kita dengan cukup makanan demi menunaikan sunnah Rasulullah SAW. Oleh karenanya bulan Ramadhan dinamakan sebagai bulan pembakaran. Ia akan membakar timbunan kebiasaan yang telah dibentuk oleh hawa dan syahwatmu selama 11 bulan sebelumnya.

Sekarang, mengapa kita harus melalui ibadah yang seolah-olah penuh penderitaan ini?
Karena tanpanya manusia akan cenderung lupa akan asalnya dan kemana ia akan pergi. Tanpa pembersihan jiwa yang dilakukan melalui ibadah shaum jiwa kita akan terus tertimbun dalam sesaknya berhala nafsu dan syahwat yang menyelubungi diri yang dengannya petunjuk Tuhan menjadi sulit untuk ditangkap. Akibatnya banyak manusia tersesat jalannya dan baru akan tersadarkan manakala maut menjelang dan ia terlanjur berpindah ke alam barzakh yang ia meraung-raung meminta kesempatan untuk dikembalikan ke dunia dan beramal sholeh.

Anakku, berpuasa adalah melatih diri agar menjadi rendah hati, maka berbukalah dengan bersahaja dan tidak berlebih-lebihan karena itu hanya akan memberi kekuatan kepada hawa nafsu dan syahwat untuk lebih menguasai diri. Seringkali orang-orang memanfaatkan momen bulan Ramadhan dengan berbuka puasa bersama akan tetapi sayangnya seringkali malah melalaikan aspek shalat dan berdoa bersama karena mereka demikian sibuk menyantap makanan dan mengobrol, sungguh sayang kesempatan yang ada apabila disia-siakan. Sebaliknya manfaatkanlah momen bulan terbaik ini sebagai ajang menempa diri untuk melakukan segala kebaikan yang dimudahkan untuk melakukannya sebanyak-banyaknya. Semoga dengannya Allah Ta'ala membimbingmu untuk makin mendekati fitrah diri."

Saturday, May 14, 2016

Penderitaan Adalah Rahmat-Nya

"Guru, kalau Tuhan adalah Maha Pengasih, mengapa banyak penderitaan di muka bumi ini?"

"Muridku terkasih, saat engkau berkata tentang penderitaan yang terlintas dalam pikiranmu adalah kelaparan, peperangan dan sekian banyak hal yang tidak menyenangkan dalam hidup. Sebagaimana kebanyakan manusia yang masih berada dalam kebingungan mereka mengklaim "kami berhak untuk menikmati hidup" padahal kehidupan ini bukan milik kita semua adalah pemberian dari-Nya. Bahkan diri kita pun tidak ada kalau Dia tidak berkenan menciptakan, maka ungkapan "ini milikku, ini kesukaanku, ini mimpiku...aku ini, aku itu " sebenarnya hanya ilusi besar. Sebagaimana penderitaan itu sendiri adalah sebuah ilusi, namun hanya bisa dilihat oleh mereka yang mata hatinya telah berfungsi. Bicara tentang penderitaan, semua hal di muka bumi ini bisa menjadi penderitaan, bahkan kebahagiaan sendiri adalah sumber penderitaan manakala seseorang itu berpisah darinya. Maka raihlah apa yang menjadi sejatinya hidup, kasih-Nya, rahmat-Nya, kebenaran-Nya adalah kebenaran sesuatu yang akan ada dan terus ada bahkan jika semua tirai panggung dunia ini digulung. Temukan kebenaran itu wahai anakku jika engkau ingin benar-benar bahagia."

Friday, May 13, 2016

Yang Terjadi Selalu Yang Terbaik

"Guru, mohon doanya bagi ibunda saya yang baru saja meninggal dunia karena sakit yang dideritanya dalam sebulan terakhir. Saya sangat menyesal, andai saja saya bisa membawanya berobat lebih awal barangkali nyawanya bisa tertolong."

"Wahai anakku yang sedang bersedih, semua telah terjadi sesuai dengan ketetapan-Nya, tidak mungkin kau bisa mengubahnya walaupun dengan pengobatan secanggih apapun. Itu mengapa Rasulullah SAW melarang umatnya berkata 'seandainya..' jangan berkata 'andai saja' karena itu berarti membuka celah bagi kekuatan jahat untuk mengoyak hatimu dan membuatnya berjarak dengan Sang Maha Pencipta. Katakanlah semua adalah taqdir Allah. Memang demikian yang seharusnya terjadi. Itulah mengapa Baginda Rasulullah berpesan: "Kebaikan ada di dalam semua hal yang terjadi. Apapun yang telah terjadi adalah baik."Tidak ada yang melenceng atau salah dari setiap kejadian yang telah terjadi itu hanya persepsi jiwa kita yang masih lemah yang belum dapat menangkap skenario utuh semua penciptaan."