Saturday, October 27, 2018

Allah Ta'ala secara Dzat tidak membutuhkan sesuatu apapun. Dia ada tanpa dilahirkan. Dia mengatur segala urusan tanpa membutuhkan alasan dan sebab akibat. Akan tetapi segenap asma-Nya membutuhkan wadah untuk bisa termanifestasi yang dengannya manusia menjadi lebih mengenal siapa Dia Sang Maha Pencipta.

Maka asma-Nya Ash Shabr membutuhkan wadah hati yang menahan sebuah keinginan yang tidak baik, mendera rasa sakit yang lama, menunggu dikabulkannya doa dan menahan diri dari membalas kepada orang yang berbuat jahat. Dengan semua perilaku itu cahaya kesabaran yang bersumber dari Ash Shabr mulai berpendar di dalam hati. Karenanya sang hamba bisa merasakan efek dari menahan diri dan bersabar dan orang sekitarnya pun dapat menyaksikan sebuah pagelaran kesabaran dari seorang manusia yang berusaha menempa diri dengan sifat-sifat Allah.

Demikianlah kehidupan adalah sebuah perjalanan untuk menyerap asma-asma Allah dan kemudian memancarkannya ke dalam diri dan ke segenap ufuk. Yang dengannya diri dan semesta menjadi lebih mengenal Allah. Orang yang berilmu inilah yang manakala ia tiada akan ditangisi kepergiannya bahkan oleh ikan-ikan, burung-burung, bahkan kursi tempat dia duduk karena kehilangan sesosok insan yang menjadi pewarta tentang siapa Dia. Semoga kita bisa menjadi salah satunya. Aamiin.
Musibah yang bersifat tiba-tiba dan tak terduga itu adalah sebuah hari raya. Yaitu saat Dia bermain menggerakkan bidaknya di atas papan catur kehidupan kita masing-masing.
Karena kegiatan yang direncanakan bisa jadi bercampur dengan hawa nafsu atau syahwat yang tersembunyi, yang bahkan tidak disadari. Adapun yang bersifat tiba-tiba dan tak terduga itu khas gerakan Sang Rabb.
Tiba-tiba anak sakit,
Tiba-tiba kecelakaan,
Tiba-tiba orang tua ke rumah sakit,
Tiba-tiba kehilangan sesuatu,
Tiba-tiba ditipu orang,
Tiba-tiba difitnah,
Tiba-tiba...sebuah gerak semesta tak terduga dan hampir pasti tak diinginkan terjadi. Akan tetapi toh dihadirkan di hadapan kita. Seperti tamu yang dikirim dari langit. Adab menjamu tamu adalah menghadapi dengan baik, tidak boleh ditolak apalagi dikata-katai buruk.
Sambut semua musibah itu dengan ikhlas dan berbesar hatilah karena Sang Penguasa Semesta tengah bermain dengan kita di atas papan kehidupan ini. Sebuah kehormatan yang luar biasa...

Sumber kesedihan kebanyakan manusia adalah ketika mereka salah menautkan hati kepada obyek-obyek yang dianggap sebagai sumber kebahagiaan. Karena semua itu akan sirna pada saatnya.
Terlalu cinta dan tergantung kepada pasangan akan diuji oleh keterpisahan, sebagian harus diuji dengan ketetapan berbagi pasangan.
Terlalu sayang dan mengharapkan anak-anak akan diuji dengan kekecewaan manakala mereka tidak menjadi atau berbuat sesuai dengan kehendak orang tua.
Terlalu mengandalkan karir dan usaha akan diuji dengan kemandegan dan bahkan kemunduran usahanya.
Kemudian manakala hati meradang karena semua ujian itu, tidak sedikit yang menyalahkan Allah, berjarak dari-Nya dan mencari tuhan-tuhan semu lain yang mereka pikir bisa memberikan kebahagiaan sesaat. Hingga berhala mereka hancur karena proses kehidupan atau malaikat kematian yang datang menjemput tanpa kenal kompromi.
Seruan Allah melalui para nabi, wali atau orang-orang yang mencariNya serta sekian ragam warna kehidupan sepatutnya membuat manusia bertafakur akan keadaan dirinya. Akan sumber utama kegelisahan dan kegalauan diri. Semuanya bersumber dari tatanan hati masing-masing, bukan dari dunia luar yang hanya berfungsi memancing sifat tertentu yang tersembunyi dan mengerak di dinding hati. Demikian sulitnya seseorang membaca dirinya sendiri hingga Allah bantu dengan sekian banyak cermin kehidupan. Agar dengannya ia menyadari segenap kekurangan diri dan mulai mengganti tempat gantungan hati dari obyek-obyek dunia kepada Allah Ta'ala. Sumber segala ketenangan dan kebahagiaan.
Berkat kedekatan dengan Allah, maka Dia menurunkan ketenangan kepada hati mereka.
- Syaikh Abdul Qadir Jailani
Hanya dengan berdzikir kepada Allah hati menjadi tenang.
- QS Ar Ra'd:28

Esensi doa adalah untuk mengenal-Nya
Bukankah Dia Maha Mengetahui apa yang kita butuhkan bahkan jauh sebelum kita menyadarinya?
Maka, jika Dia sudah mengetahui segalanya, apa gunanya kita memanjat sebaris doa?
Apa arti sebuah pengabulan doa?
Apa pula makna sebuah doa yang ditunda pengabulannya?
Berdoa adalah proses yang sangat pribadi antara seorang hamba dan Sang Pencipta, tak ada satu makhluk pun yang bisa mengakses sebuah permintaan yang terpancar dari lubuk hati seseorang yang bahkan tak sempat terucap dengan kata-kata.
Dalam doa sang peminta menyadari bahwa dirinya fakir, dalam kondisi membutuhkan pertolongan, dan ia meminta pertolongan kepada Rabb yang ia yakini Maha Pemberi Pertolongan. Kira-kira adab seperti apa yang Sang Rabb akan tampilkan jika sang insan kamil utusannya, Rasulullah saw saja sudah mencontohkan bahwa beliau tidak pernah membiarkan siapapun yang datang meminta sesuatu kepadanya pulang dengan tangan hampa. Tentu respon yang diberikan Sang Penguasa Alam akan jauh lebih mencengangkan.
Karena esensi doa adalah untuk mengenal-Nya dan tidak akan bisa mengenal Sang Rabb tanpa mengenal diri sendiri maka doa yang akan dikabul kira-kira yang seiring dengan warna hidup kita masing-masing. Oleh karenanya dalam Al Quran kita dilarang untuk meminta sesuatu tanpa pengetahuan. Misalkan meminta harta sebanyak-banyaknya, meminta umur panjang atau bersikeras memohon agar menikah dengan si dia yang mencuri hatinya. Karena belum tentu kadar harta sebanyak itu, usia sepanjang itu atau jodoh pilihannya itu adalah baik untuk dirinya. Manusia hanya bisa menghitung dan menebak dua atau langkah ke depan, tapi Allah Ta'ala Maha Tahu apa konsekuensi dikabulkannya sebuah doa bagi diri- jiwa juga sekitarnya baik dunia dan akhirat.
Guru saya berkata bahwa sepanjang hidupnya doa yang beliau panjatkan sebagian besar malah tak terlaksana, akan tetapi beliau tidak pernah kecewa dalam berdoa karena menyadari ternyata pilihan-Nya adalah selalu yang lebih baik. Dengan kesadaran seperti itulah seseorang akan semakin meningkat kadar pengenalannya kepada Rabb, Sang Pemelihara semesta alam.
Maka teruslah berdoa, tapi jangan mengaitkan pengabulan sebuah doa dengan parameter kita yang masih banyak bercampur hawa nafsu dan syahwat. Lemparkan doa lalu berserah diri dengan pengabulan-Nya. Seperti kata Rumi, "Engkau sibuk meminta satu pintu dibukakan hingga tidak menyadari Dia telah membuka pintu yang lain."
Berdoalah dengan baik, karena Dia suka ketika hamba-Nya meminta. Bahkan seorang bijak menyarankan, "Mintalah kepada-Nya bahkan ihwal sebutir garam yang engkau butuhkan dalam makananmu."

Eifel, Jerman.
25 Oktober 2018

Thursday, October 25, 2018

Allah Yang Maha Adil sudah mengukur secara presisi diri kita beserta setiap takdir yang melingkupi. Kapan kita tertawa, kapan kita bahagia, kapan kita menangis, kapan kita tidur nyenyak, kapan kita terjaga semalaman, kapan dalam ketenangan, kapan dalam badai ujian. Semua adalah obat yang baik untuk meruntuhkan sekian banyak penyakit yang bercokol di hati. Kalau kita sabar saja meminum segala kadar takdir yang sudah ditakar itu, niscaya jiwa akan semakin kuat dan semakin paham alur pengaturan kehidupan yang Dia berikan.
Adalah manusia yang meluluhlantakkan skema pengaturan terbaik yang telah ditata oleh Sang Maha Pencipta di kurun waktu yang jauh sebelum kita semua hadir secara fisik di muka bumi. Dengan mengikuti hawa nafsunya manusia cenderung meronta dalam 'treatment' kehidupan yang Dia tetapkan.
Dengan syahwatnya manusia cenderung menginginkan apa yang bukan bagian dirinya sehingga menjalani hidup di luar orbit yang telah ditetapkan.
Untuk masalah harmoni kehidupan kita harus banyak belajar dari alam semesta yang tunduk pada ketetapan-Nya. Pada planet-planet yang patuh mengorbit dalam jalur pribadinya masing-masing dan tidak perlu beradu cepat dengan yang lain.
Pada pepohonan yang tunduk menggugurkan daunnya di musim dingin agar bisa menumbuhkan kembali dedaunan dan buahnya di musim semi, walau ia harus terlihat gundul dan kehilangan mahkotanya sesaat.
Pada lebah yang tahu bunga mana yang menjadi makanannya dan mengambil seperlunya serta kapan waktu yang tepat sambil menebarkan serbuk sari bunga hingga membuat bumi subur dengan pohon-pohon bunga yang indah.
"Akan tetapi engkau manusia,
Engkau tidak pernah sungguh-sungguh dalam ketaatan kepada-Nya." - Kitab Nabi Idris

Eifel, Jerman
25 Oktober 2018

Wednesday, October 24, 2018

Allah Ta'ala secara Dzat tidak membutuhkan sesuatu apapun. Dia ada tanpa dilahirkan. Dia mengatur segala urusan tanpa membutuhkan alasan dan sebab akibat. Akan tetapi segenap asma-Nya membutuhkan wadah untuk bisa termanifestasi yang dengannya manusia menjadi lebih mengenal siapa Dia Sang Maha Pencipta.

Maka asma-Nya Ash Shabr membutuhkan wadah hati yang menahan sebuah keinginan yang tidak baik, mendera rasa sakit yang lama, menunggu dikabulkannya doa dan menahan diri dari membalas kepada orang yang berbuat jahat. Dengan semua perilaku itu cahaya kesabaran yang bersumber dari Ash Shabr mulai berpendar di dalam hati. Karenanya sang hamba bisa merasakan efek dari menahan diri dan bersabar dan orang sekitarnya pun dapat menyaksikan sebuah pagelaran kesabaran dari seorang manusia yang berusaha menempa diri dengan sifat-sifat Allah.

Demikianlah kehidupan adalah sebuah perjalanan untuk menyerap asma-asma Allah dan kemudian memancarkannya ke dalam diri dan ke segenap ufuk. Yang dengannya diri dan semesta menjadi lebih mengenal Allah. Orang yang berilmu inilah yang manakala ia tiada akan ditangisi kepergiannya bahkan oleh ikan-ikan, burung-burung, bahkan kursi tempat dia duduk karena kehilangan sesosok insan yang menjadi pewarta tentang siapa Dia. Semoga kita bisa menjadi salah satunya. Aamiin.

- Eifel, Jerman
24 Oktober 2018
13:05

Tuesday, October 23, 2018

Anak-anak, Jadilah Orang Baik

Sayangku, cucuku, saudariku dan saudaraku, anak-anakku. Mendekatlah dan duduklah. Masing-masing kalian hendaknya memerhatikanku dan mendengarkan baik-baik apa yang akan aku sampaikan. Kalian harus belajar bagaimana menata diri sendiri dengan tepat. Kehidupan kalian adalah sangat halus, karenanya kalian harus menapakinya dengan kebijaksanaan yang halus.

Pertama engkau harus camkan mana yang baik dan mana yang buruk, kemudian buang jauh-jauh yang buruk dan hanya lakukan kebaikan. Lihatlah bagaimana rasanya kebaikan itu Dan jika seseorang berbuat baik kepadamu, maka balaslah dengan kebaikan juga. Akan tetapi jika seseorang berbuat buruk kepadamu, lupakanlah. Jangan membalasnya dengan keburukan lagi.

Kemudian, cucu-cucuku, kalian harus selalu menghormati ibu dan ayahmu. Tidak hanya menghormati mereka, kalian juga harus menurutinya. Jika ada seseorang yang berusia lebih tua darimu, maka perlakukanlah dia sebagai saudara tuamu. Jika ada yang lebih tua lagi dari itu, maka hormatilah ia seperti seorang ayah. Jika ada seseorang yang lebih muda darimu, maka perlihatkan kepadanya kasih sayang dan kepemurahan serta lindungilah ia seperti ia adik kecilmu atau anakmu. Engkau harus menghormatinya juga. Bahkan terhadap sapi, kambing dan hewan lain, engkau harus menunjukkan kasih sayang dan kepemurahan. Sepanjang hidupmu engkau seharusnya memancarkan tiga ribu sifat Tuhan kepada semua manusia. Engkau harus mengerjakan tugasmu dan menghormati mereka yang lebih lemah darimu sebagaimana engkau menghormati mereka yang kuat. Engkau harus melakukan hal ini tanpa membeda-bedakan status atau keadaan mereka dalam kehidupan.
Apapun kegiatan yang engkau lakukan untuk yang lain, maka lakukanlah dengan cinta, kasih sayang, berlandaskan kebenaran dan hati yang terbuka. Jangan pernah melakukannya dengan ego atau sebuah kemelekatan, dan jangan mengharapkan balasan darinya. Apakah engkau menolong seorang anak kecil atau seorang dewasa, jangan mengharapkan balasannya. Tebarkanlah cinta kepada mereka, dan saat tugasmu selesai, pergilah dengan gembira menapaki kembali jalanmu.

Engkau tidak boleh punya pikiran "Aku sudah melakukan ini untukmu, sekarang apa yang kamu lakukan untukku?" Jangan menyimpan pikiran seperti itu. Jika engkau menolong seseorang demi mengharapkan balasan darinya, maka engkau adalah seorang egois yang melakukan kegiatan untuk dirimu sendiri, dan setiap pertolongan, kasih sayang atau kebenaran yang kau berikan hanya akan berbalik menjadi bumerang dan menyakitimu. Mereka akan menjadi balasan yang buruk buatmu. Jika engkau memberi pertolongan dengan cara itu, maka itu adalah keburukan, bukan kebaikan. Engkau jangan pernah berada dalam keadaan seperti itu. Sadarilah balasan bagimu datang dari pertolongan yang kau berikan, bukan dari mereka yang engkau beri pertolongan. Adalah tanggung jawabnya, bukan dirimu, untuk mengingat setiap kebaikan yang mereka terima. Yang engkau lakukan hanya sesederhana memberi pertolongan dan pergi. Adalah salah untuk mengharap balasan dari mereka.

Akan tetapi, jika engkau melayani setiap kehidupan dengan hati yang penuh cinta, maka cinta yang seperti itu adalah lebih luas daripada samudera. Ia akan menjadi perbendaharaan yang tak ada habisnya di dalam hati setiap manusia. Jika engkau melakukan tugasmu dengan baik, maka tuntaskanlah, dan kemudian berjalan kembali, hal ini akan memberikan rasa damai di segenap hati manusia. Amal seperti ini yang akan menjadi berharga di hadapan Tuhan Yang Maha Kasih. 

Cucu-cucuku, kalian jangan pernah marah. Marah adalah sumber setiap dosa. Ia akan membawamu dalam jalan dosa dan menarikmu langsung ke neraka. Sifat terburu-buru akan memakan kebaikan, dan kebijaksanaan. Jangan berpikir bahwa apapun yang engkau lihat adalah kebenaran. Sebuah cawan emas tidak membutuhkan hiasan di permukaannya, demikian juga hati yang telah diliputi kebenaran. Kebenaran (al haq) tidak perlu dihias-hias.

Jika kalian telah memiliki kebenaran, tidak perlu diumbar-umbar. Setiap kata yang engkau ucapkan akan menjadi indah, penuh cinta dan kasih sayang. Akan terasa rasa manis dan kemuliaan di dalam kata-kata itu. Jika kebijaksanaanmu datang dari kebenaran, maka ia akan menjadi indah dengan sendirinya. Dia tidak membutuhkan hiasan. Maka jangan hanya membeo kata-kata yang engkau ambil dari sana-sini atau engkau baca di buku-buku. Kata-katamu harus datang dari dalam hatimu dan menampakkan kebenaran. Sesederhana mengucapkan kebenaran yang telah kau miliki. Tidak perlu menambahkan apapun agar menjadi lebih menarik dan mempermaknya agar lebih terlihat fasih.

Cucu-cucuku, jangan mencuri. Jangan berbohong kepada orang tuamu hanya karena engkau takut kepada mereka. Katakan sejujurnya kepada mereka dengan kasih sayang. Katakan, "Aku telah berbuat salah. Maafkanlah perbuatanku." Pertama mintalah kepada Tuhan untuk mengampunimu, kemudian mintalah kepada orang tua untuk memaafkanmu. Berikutnya mintalah maaf kepada mereka yang kepadanya engkau telah berbuat salah. Jika engkau menyadari kesalahanmu dan bertaubat, dosamu akan dihapuskan. Akan tetapi jika engkau tidak pernah menyadari kesalahanmu, jika engkau tidak pernah meminta maaf, dosa itu akan melekat bersamamu.

Jangan pernah ucapkan sesuatu yang menyakiti orang lain, bicaralah selalu dengan kasih sayang. Perlihatkanlah kepada orang lain tatapan penuh cinta dan kasih sayang; jangan menatap orang lain seperti cara harimau menatap. Jangan berseteru dengan yan lain, upayakanlah untuk hidup bersama mereka dengan cinta, kasih, kepercayaan dan kedamaian.

Jangan menyimpan kekerasan di hatimu untuk yang lain. Singkirkan kekerasan dan segenap sifat-sifat setan itu dari dirimu. Jangan pernah menyimpan keraguan, itu adalah penyakit kanker yang ganas. Buang dia jauh-jauh. Singkirkan apapun kecurigaan yang kau simpan di hatimu untuk orang lain. Mereka adalah saudara-saudaramu. Hiduplah tanpa keraguan. Itu akan membuatmu bahagia. Itu akan menjadi surga bagimu.

Jangan sakiti, siksa atau mendatangkan penderitaan bagi segenap makhluk hidup. Bahkan kerbau yang menarik gerobak harus diperlakukan dengan penuh kasih sayang. Jangan membebaninya dengan muatan yang diluar daya pikulnya. Bukankah jika engkau pun diberi beban yang terlalu berat engkau tidak akan dapat memikulnya? Bukankah hal itu sulit bagimu? Maka pikirkanlah penderitaan yang kau akibatkan kepada seekor kerbau ketika engkau memberinya beban melebihi daya pikulnya. Cucu-cucuku, kalian harus tahu kapasitas raga setiap orang dan keadaannya. Hanya dengan demikian engkau bisa memberikan pekerjaan yang tepat, memerlakukannya dengan hormat dan melindunginya.

Sayangku, cucu-cucuku. Manakalah engkau memberi seseorang makanan, ketahuilah kapasitas lambungnya dan berikan kepadanya jumlah yang tepat untuk mengisinya. Jika engkau memberi terlalu banyak, ia tidak akan bisa memakannya; jika engkau memberi terlalu sedikit, ia akan menderita karena perutnya masih lapar.
Kenalilah sifat-sifat yang ada dalam hati setiap orang kemudian layanilah ia. Akan tetapi pertama-tama, kenalilah dulu hatimu. Hanya dengan demikian engkau bisa memahami hati yang lain. Jika engkau memiliki pemahaman itu, maka setiap kata yang kau ucapkan dan apapun kegiatan yang engkau lakukan akan menjadi amal shalih. Sebuah amal Tuhan yang abadi. Jika engkau ada dalam status itu, setiap cinta yang kau berikan kepada setiap manusia akan menjadi cinta Tuhan yang utuh. Di setiap keadaan, lakukan pekerjaanmu dengan dasar pemahaman ini.

Cahaya mataku, cucu-cucuku, saudara-saudaraku, anak-anakku, ketika kalian ke sekolah, perhatikan apa yang kalian pelajari. Jangan berpaling melihat apa yang orang lain tengah lakukan. Jangan menghabiskan waktu mencari hal lain. Konsentrasilah pada apapun yang kalian tengah lakukan pada saat itu. Itu satu-satunya yang harus kalian pikirkan hingga pekerjaan itu selesai. Jika kalian shalat, konsentrasilah untuk shalat. Jika kalian membaca buku, konsentrasilah untuk membaca buku. Jika kalian punya pekerjaan lain, fokuslah disana. Konsentrasi secara dalam dengan kebijaksanaanmu. Niatkan untuk melakukan hal ini dalam setiap hal yang kau lakukan dan lakukan semuanya dalam nama Tuhan.

Cucu-cucuku, jangan dengarkan apa-apa yang orang lain katakan. Jangan mencari tahu apa yang mereka katakan tentang dirimu. Di dunia ini terlalu banyak kata-kata sia-sia dan kejahilan. Jangan hadapkan telingamu kepada suara duunia, kepada suara kejahilan. Akan tetapi hadapkan telingamu kepada suara Tuhan. Cintai pekerjaan yang harus kau lakukan dan hadapkanlah pendengaranmu kepada tugas itu.

Cahaya mataku, kerjakan setiap tugasmu dengan baik, dengan tanpa memerhatikan elemen dunia dalam dirimu. Dengannya lakukan sekian banyak kegiatan setiap harinya. Kebodohan, ilusi dan setan akan selalu bermain disana. Singkirkan permainan mereka yang ada di dalam diri dan jangan pikirkan untuk memainkannya di dunia luar.

Sayangku, cucu-cucuku. Setiap dirimu hendaklah memikirkan hal ini. Selalu jauhi hal yang buruk dan raih kebaikan, dan berbuat berdasarkan kebaikan. Raihlah sifat-sifat Tuhan, tindakan-tindakan serta perilaku-Nya dan buang sifat-sifat lain.

Cucu-cucuku, jika kalian bertumbuh dalam kebaikan ini, engkau akan menjadi hamba-Nya yang sejati. Engkau akan hidup sebagai hamba yang baik di dunia ini , dan kehadiranmu akan dibutuhkan baik di dunia ini maupun kehidupan berikutnya. Tuhan akan menerimamu sebagai hamba yang iman dan benar. Engkau akan menerima segenap kebaikan dari-Nya, dan dari semua kebaikan itu engkau akan meraup nikmat yang abadi.
Hiduplah sebagai orang yan baik kepada sesama dan kepada Tuhan. Berbaikhatilah kepada hatimu sendiri dan kepada kualitas kebijaksanaanmu.

Sayangku, cucuku. Renungkanlah hal ini dan hiduplah dalam jalan kebaikan yang halus ini. Aamin. Semoga Tuhan menolongmu.


(Muhammad Raheem bawa Muhaiyyaddeen)

Monday, October 22, 2018

Upaya Menelusuri Struktur Insan


Diawali dari ketersentakkan saya dari mimpi yang sekian lama membuai diri, dalam mimpi itu saya merasa sudah beragama dengan baik dan benar, bahwa saya sudah mengerjakan shalat - ternyata belum mendirikannya, bahwa saya sudah membaca Al Quran - ternyata baru dalam tataran kulit semata. Karena ketika ditanya hal yang paling dasar tentang beberapa kata kunci dalam Al Quran tentang apa itu nafs? apa bedanya dengan ruh? Apa beda qalb, shadr, fuad dan lubb? Apa beda seorang muslim, mukmin, muhsin, muttaqiin dan muflihuun? Serta ketika Al Quran berbicara tentang zalim, kafir dan musyrik apakah bisa mendeteksi semua komponen itu yang kemungkinan besar masih bercokol di dalam diri.

Baru saya sadari bahwa selama ini saya terlalu mengandalkan pemahaman Al Quran saya pada terjemahan dan kurang mendalami makna kata-kata penting itu serta kaitan antara satu ayat dengan yang lain. Akhirnya semakin lama saya dituntun mendalami Al Quran semakin jelaslah bahwa kitab ini bukan kitab sejarah walaupun banyak kisah sejarah yang termuat di dalamnya, pun kitab suci yang diturunkan kepada kanjeng Nabi Muhammad saw ini bukanlah semata bicara tentang suatu kaum yang di luar diri kita yang disebut dengan zalim, kafir atau musyrik, tapi betul-betul kitab Al Quran adalah bicara tentang diri setiap insan secara spesifik dan sangat mencengangkan. Tantangan untuk membuktikan bahwa Al Quran sebagai mukjizat terbesar Rasulullah Muhammad saw yang mukjizatnya seolah kalah glamor dibanding Nabi Musa yang membelah laut, mengangkat gunung dan mengubah tongkat jadi ular atau tidak sementereng Isa as yang membangkitkan orang yang mati dan menyembuhkan orang buta dan berpenyakit. Tapi perlahan tapi pasti saya menyaksikan mukjizat Al Quran adalah mengubah jiwa seseorang. Dari yang bersifat binatang buas hingga malas tak karuan seperti binatang ternak hingga menjadi insan kamil yang para malaikat pun dibuat sujud kepadanya.
Saya jadi ingat pengalaman kuliah selama 6 tahun di Fakultas Kedokteran, untuk bisa mumpuni mendiagnosa dan memberikan terapi yang tepat pada seorang pasien, selama dua tahun pertama para dokter muda diajari untuk mengenal struktur dasar tubuh manusia dari mulai anatomi, fisiologi, histologi hingga yang bersifat mikro. Demikianpun seorang insan yang jiwanya adalah esensi dirinya, dimana disitu terletak qalb, sebuah entitas yang merupakan sasaran pandang Allah. Selaiknya kita harus paham apa struktur yang membentuk manusia, terutama yang berkaitan dengan nafs atau jiwanya itu.

Dengan mengetahui struktur itu kita menjadi mulai paham mengapa ada orang yang ibadahnya rajin tapi kelakuannya bengis dan menyakitkan? Kenapa ada yang membaca Al Quran dengan intens tapi tega melakukan bom bunuh diri? Kemana efek mengaji dan ibadahnya? Seiring dengan pendalaman terhadap kata-kata kunci dalam Al Quran di atas kita akan makin memahami semestinya semua ibadah yang kita lakukan secara fisik dan bersifat ritual itu menjejak dalam komponen diri yang mana.

⦁ سَنُرِ‌يهِمْ آيَاتِنَا فِي الْآفَاقِ وَفِي أَنفُسِهِمْ حَتَّىٰ يَتَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُ الْحَقُّ ۗ أَوَلَمْ يَكْفِ بِرَ‌بِّكَ أَنَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ شَهِيدٌ
Akan Kami perlihatkan ayat-ayat kami hingga seluruh ufuk dan dalam nafs-nafs mereka sendiri, hingga menjadi jelas bagi mereka bahwa itu adalah Al-Haqq. Tidakkah cukup bahwa Rabb-mu, sesungguhnya Dia, atas segala sesuatu, menjadi saksi? – Q.S. Fushshilat [41]: 53

سَنُرِ‌يهِمْ yang diterjemahkan sebagai "Akan Kami perlihatkan" memiliki komponen "nur", cahaya, sebuah entitas yang menyingkirkan kegelapan (zulumat) yang dengannya ayat-ayat Allah yang bertebaran di segenap semesta termasuk dalam setiap penggal episode diri kita dengan tujuan agar Al Haqq bisa dikenali oleh sang jiwa. Bicara tentang al-haq ingat bahwa timbangan di yawmil mizan nanti adalah berapa banyak kadar al haq yang berhasil jiwa kita raih selama penggal waktu kehidupan kita yang singkat di dunia ini.
Semoga Allah Ta'ala menuntun kita semua. Aamiin

Wednesday, October 17, 2018

Warna ummat Rasulullah itu mestinya berwajah sederhana. Sederhana itu letaknya di hati. Bukan berarti mesti tampak miskin dan kumuh. Tapi penampilan luar pun tidak usah terlalu ekstravaganza, itu kalau kita mau meniru sunnah Rasul yang sederhana, yang datang ke sebuah kota dikira seorang pembantu karena beliau yang berjalan menuntun unta dan ajudannya yang malah naik di punggung unta. Beliau yang menahan lapar hingga mengganjal perutnya dengan kumpulan batu kerikil padahal ia memiliki kemampuan mengubah Bukit Uhud menjadi emas.

Dengan kesederhanaannya itu lihatlah betapa banyak orang yang tertransformasi hingga saat ini. Daya transformasinya melebihi kemampuan Musa as yang mencoba membimbing umatnya, padahal kurang spektakuler apa demonstrasi seorang Musa sebagai utusan Allah yang membelah laut, mengubah tongkat jadi ular, dan mengangkat bukit ke langit? Tapi toh setelah itu dari ribuan umatnya hanya 70 orang yang beriman. Tentu seorang Musa hanya utusan yang juga menjalankan peran-Nya semata.

Kita sering lupa bahwa tangan Tuhan kerap bekerja tidak kelihatan. Dia tidak perlu perantara dan tak perlu sebab akibat. Adalah pikiran kita yang menyangka kalau anak disekolahkan di sekolah ternama itu maka masa depannya terjamin, adalah waham kita kalau anak sekolah di luar negeri pasti penghidupannya tercukupi, adalah syahwat kita yang membuai kita dengan ide bahwa jika kita meraih ini-itu, punya ini-itu orang akan hormat dan posisi kita tinggi di mata manusia. Tapi kalau kita mau lihat secara apa adanya dalam bentangan sejarah, orang-orang yang namanya diukir dengan nama emas dalam pandangan Allah adalah kebanyakan mereka yang sederhana. Bisa dihitung dengan jari mereka yang memang harus menampilkan representasi kekayaan dunia.

Saya jadi ingat ada seorang ustadz yang dulu saya kerap datang ke ceramahnya, kemudian terakhir-terakhir beliau agak jadi sumbang isi ceramahnya dalam pendengaran saya karena beliau bilang "kita umat Islam harus memerlihatkan kekuatan kekayaan, bukti bahwa kita agama yang mulia" Kemudian belakangan dia berubah dari datang ke ceramah mau dijemput sepeda motor , jadi harus dengan mobil mewah. Kabarnya beliau pun sekarang mengkoleksi jam tangan Rolex barangkali demi misinya 'menyuguhkan kemegahan Islam' versi beliau itu tadi. Ah, maaf ustadz, hati nurani saya tidak sepakat dengan antum. Saya memilih mencari majelis lain. Yang ustadznya sederhana, apa adanya, kadang naik angkot kesana-sini. Tapi muatan pengajiannya dalam dan melaluinya saya bisa belajar banyak tentang kitab yang hidup saya dipertaruhkan seluruhnya, yaitu Al Quranul Karim.

Demikianlah, umat Muhammad adalah keturunan Bani Ismail, seorang Ghulamun Halim. Halim artinya tersembunyi. Muatan yang ada tidak terlalu didemonstrasikan, sederhana tapi ia bekerja betul. Seperti seorang Rasulullah Muhammad saw yang sederhana dan merakyat karena merahmati alam semestanya dan bicara dengan bahasa kaumnya yang terendah. Wallahu'alam.

Amsterdam, 17 Oktober 2018. Musim gugur di pagi hari yang mulai dingin.
Allah SWT berfirman:
فَوَقَعَ الْحَـقُّ وَبَطَلَ مَا  كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ

fa waqo'al-haqqu wa bathola maa kaanuu ya'maluun
"Maka terbuktilah kebenaran, dan segala yang mereka kerjakan jadi sia-sia."
(QS. Al-A'raf 7: Ayat 118)

Lawan dari al haq adalah bathil.   Dalam Bahasa Indonesia kata arab "bathil" menjadi batil (kebatilan), dekat dengan kata batal.

Akan datang suatu hari dimana yang haq dan bathil ditampakkan dengan jelas. Di hari itu berbahagialah mereka yang berjalan di jalan haq dan merugilah mereka yang sewaktu hidup di dunia berasumsi mengerjakan kebenaran padahal yang mereka lakukan kebatilan semata yang sia-sia bagai debu ditiup angin. Naudzubillahimindzaalik.

Saturday, October 13, 2018

Rasulullah saw mengajarkan agar membaca surat Al Falaq & An Naas sebelum tidur untuk melepaskan diri dari sihir.

Merasa diri tidak kena sihir? Belum tentu. Karena dalam Al Quran dinyatakan hanya orang yang mukhlas (ikhlas) yang tidak tersentuh oleh sihir setan. Bayangan terkana sihir itu tidak melulu sakit fisik seperti yang dialami oleh Rasulullah. Beliau ditakdirkan terkena sihir seorang Yahudi, dengan izin Allah, walaupun secara natur tidak bisa seorang Nabiyullah terkena sihir, adapun Allah izinkan agar menjadi pelajaran bagi kita semua.

Kisahnya demikian seperti yang diceritakan oleh Aisyah ra. Bahwasanya Rasulullah saw mengalai sakit yang amat sangat, hingga mengigau tak karuan. Dikabarkan bahwa sakitnya beliau hingga 40 hari lamanya, hingga datangnya dua malaikat kepada Rasulullah saw saat beliau terbaring. Yaitu Jibril as yang duduk di dekat kepala Rasulullah dan Mikail as yang duduk di dekat kaki Rasulullah. Kedua malaikat ini berdialog:

Mikail as: "Apakah sebenarnya yang diderita oleh Muhammad ini?"
Jibril as: "Thabb"
Mikail as: "Apakah Thabb itu?"
Jibril as: "Sihir"
Mikail as: "Siapakah yang menyihirnya?"
Jibril as: "Lubaid Al A'sham, orang Yahudi."
Mikail as: "Dengan apa disihirnya?"
Jibril as: "Sikat dan rambut yang gugur beserta mayang kurma kering."
Mikail as: "Dimanakah sihir itu diletakkan?"
Jibril as: "Dalam bungkusan daun tamar di bawah batu besar dalam sumur keluarga Zarwan."
Mikail as: "Dengan apakah kita akan memulihkan Muhammad ini?"
Jibril as lalu membaca surat Al Falaq dan An Naas.

Nabi Muhammad saw mendengar itu semua lalu mengutus Sayyidina Ali, Sayyidina Zubir dan Ammar ibnu Yasir pergi ke sumur itu. Sesampainya disana mereka melihat air sumur itu kemerah-merahan seperti darah, manakala pohon kurmanya kelihatan bagaikan kepala syaitan. Mereka menimba airnya dan mengangkat batu besar dan menemukan bungkusan berikat yang diambil dari dasar sumur. Seterusnya bungkusan itu disampaikan kepada Rasulullah saw.

Pada bungkusan tersebut terdapat sebelas simpul bersama sikat rambut, sikat  gigi dan sebelas jarum. Kemudian Rasulullah saw membaca Surat Al Falaq dan An Naas, setiap kali satu ayat dibaca maka terurailah satu simpul. Sehingga sebelas ayat itu dibaca maka terbuka semua sebelas simpul itu. Maka dengan izin-Nya Rasulullah dapat berdiri lagi, seolah-olah terlepas dari belenggu ikatan dan sakitnya pun hilang.

Pelajaran buat kita semua, jangan-jangan pikiran yang kalut, keinginan yang tak ada ujungnya, dendam yang membara, keputusasaan dan lain-lain yang menyelubungi jiwa membuat manusia menjadi muram wajahnya dan menderita hidupnya.

Tuesday, October 2, 2018

"Hikmah itu naungannya orang beriman"
- Rasulullah saw.

"Barangsiapa dalam tiga hari tidak menemukan hikmah maka matilah jiwanya"
- Rasulullah saw.

Makanan jiwa adalah hikmah. Dan itu bertebaran di mana-mana, terbungkus dalam cangkang rutinitas keseharian, dalam bungkus kesibukan mengurus anak atau di kantor. Jangan biarkan semua kegiatan kita sejak pagi hingga menutup mata hanya berorientasi mencari dunia, hanya diukir dari sebanyak apa jumlah tabungan atau deposito di bank, hanya dipandang dari setinggi apa pangkat atau gelar yang diraih. Sungguh semua itu hanya bersifat sementara dan tidak akan dibawa ke alam yang lebih kekal jika kita lalai mengambil hikmah darinya.

Lantas bagaimana cara membaca hikmah yang ada?
Butuh waktu, latihan dan banyak pengorbanan.
Hati harus sering diasah, dibersihkan dari debu-debu syahwat dan hawa nafsu.
Shalat harus ditegakkan fiqih dan khusyunya.
Semua syariat yang diturunkan Rasulullah saw itu berfungsi menjernihkan hati, yang dengannya kita menjadi lebih mudah membaca ayat-ayat-Nya di segenap ufuk.

Seperti kaca depan mobil yang berlumpur akan membuat sulit pengemudi mengarahkan kendaraannya. Kita pun begitu.
Jika cermin hati jarang dibersihkan, hidup akan cenderung menabrak-nabrak, sudah begitu Allah pula yang disalahkan, dituduh tidak juga mengabulkan doa. Padahal jalan sudah dibuka sejak kapan, gara-garanya dia salah belok karena tidak bisa lihat jalan dengan baik.

Jiwa harus kuat.
Rauplah hikmah yang bertebaran itu.
Asah kepekaannya dengan mengakrabkan diri dengan Al Quran.
Insya Allah.

(Musim gugur di Amsterdam, 2 Oktober 2018)