Monday, October 22, 2018

Upaya Menelusuri Struktur Insan


Diawali dari ketersentakkan saya dari mimpi yang sekian lama membuai diri, dalam mimpi itu saya merasa sudah beragama dengan baik dan benar, bahwa saya sudah mengerjakan shalat - ternyata belum mendirikannya, bahwa saya sudah membaca Al Quran - ternyata baru dalam tataran kulit semata. Karena ketika ditanya hal yang paling dasar tentang beberapa kata kunci dalam Al Quran tentang apa itu nafs? apa bedanya dengan ruh? Apa beda qalb, shadr, fuad dan lubb? Apa beda seorang muslim, mukmin, muhsin, muttaqiin dan muflihuun? Serta ketika Al Quran berbicara tentang zalim, kafir dan musyrik apakah bisa mendeteksi semua komponen itu yang kemungkinan besar masih bercokol di dalam diri.

Baru saya sadari bahwa selama ini saya terlalu mengandalkan pemahaman Al Quran saya pada terjemahan dan kurang mendalami makna kata-kata penting itu serta kaitan antara satu ayat dengan yang lain. Akhirnya semakin lama saya dituntun mendalami Al Quran semakin jelaslah bahwa kitab ini bukan kitab sejarah walaupun banyak kisah sejarah yang termuat di dalamnya, pun kitab suci yang diturunkan kepada kanjeng Nabi Muhammad saw ini bukanlah semata bicara tentang suatu kaum yang di luar diri kita yang disebut dengan zalim, kafir atau musyrik, tapi betul-betul kitab Al Quran adalah bicara tentang diri setiap insan secara spesifik dan sangat mencengangkan. Tantangan untuk membuktikan bahwa Al Quran sebagai mukjizat terbesar Rasulullah Muhammad saw yang mukjizatnya seolah kalah glamor dibanding Nabi Musa yang membelah laut, mengangkat gunung dan mengubah tongkat jadi ular atau tidak sementereng Isa as yang membangkitkan orang yang mati dan menyembuhkan orang buta dan berpenyakit. Tapi perlahan tapi pasti saya menyaksikan mukjizat Al Quran adalah mengubah jiwa seseorang. Dari yang bersifat binatang buas hingga malas tak karuan seperti binatang ternak hingga menjadi insan kamil yang para malaikat pun dibuat sujud kepadanya.
Saya jadi ingat pengalaman kuliah selama 6 tahun di Fakultas Kedokteran, untuk bisa mumpuni mendiagnosa dan memberikan terapi yang tepat pada seorang pasien, selama dua tahun pertama para dokter muda diajari untuk mengenal struktur dasar tubuh manusia dari mulai anatomi, fisiologi, histologi hingga yang bersifat mikro. Demikianpun seorang insan yang jiwanya adalah esensi dirinya, dimana disitu terletak qalb, sebuah entitas yang merupakan sasaran pandang Allah. Selaiknya kita harus paham apa struktur yang membentuk manusia, terutama yang berkaitan dengan nafs atau jiwanya itu.

Dengan mengetahui struktur itu kita menjadi mulai paham mengapa ada orang yang ibadahnya rajin tapi kelakuannya bengis dan menyakitkan? Kenapa ada yang membaca Al Quran dengan intens tapi tega melakukan bom bunuh diri? Kemana efek mengaji dan ibadahnya? Seiring dengan pendalaman terhadap kata-kata kunci dalam Al Quran di atas kita akan makin memahami semestinya semua ibadah yang kita lakukan secara fisik dan bersifat ritual itu menjejak dalam komponen diri yang mana.

⦁ سَنُرِ‌يهِمْ آيَاتِنَا فِي الْآفَاقِ وَفِي أَنفُسِهِمْ حَتَّىٰ يَتَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُ الْحَقُّ ۗ أَوَلَمْ يَكْفِ بِرَ‌بِّكَ أَنَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ شَهِيدٌ
Akan Kami perlihatkan ayat-ayat kami hingga seluruh ufuk dan dalam nafs-nafs mereka sendiri, hingga menjadi jelas bagi mereka bahwa itu adalah Al-Haqq. Tidakkah cukup bahwa Rabb-mu, sesungguhnya Dia, atas segala sesuatu, menjadi saksi? – Q.S. Fushshilat [41]: 53

سَنُرِ‌يهِمْ yang diterjemahkan sebagai "Akan Kami perlihatkan" memiliki komponen "nur", cahaya, sebuah entitas yang menyingkirkan kegelapan (zulumat) yang dengannya ayat-ayat Allah yang bertebaran di segenap semesta termasuk dalam setiap penggal episode diri kita dengan tujuan agar Al Haqq bisa dikenali oleh sang jiwa. Bicara tentang al-haq ingat bahwa timbangan di yawmil mizan nanti adalah berapa banyak kadar al haq yang berhasil jiwa kita raih selama penggal waktu kehidupan kita yang singkat di dunia ini.
Semoga Allah Ta'ala menuntun kita semua. Aamiin

No comments:

Post a Comment