Warna ummat Rasulullah itu mestinya berwajah sederhana. Sederhana itu letaknya di hati. Bukan berarti mesti tampak miskin dan kumuh. Tapi penampilan luar pun tidak usah terlalu ekstravaganza, itu kalau kita mau meniru sunnah Rasul yang sederhana, yang datang ke sebuah kota dikira seorang pembantu karena beliau yang berjalan menuntun unta dan ajudannya yang malah naik di punggung unta. Beliau yang menahan lapar hingga mengganjal perutnya dengan kumpulan batu kerikil padahal ia memiliki kemampuan mengubah Bukit Uhud menjadi emas.
Dengan kesederhanaannya itu lihatlah betapa banyak orang yang tertransformasi hingga saat ini. Daya transformasinya melebihi kemampuan Musa as yang mencoba membimbing umatnya, padahal kurang spektakuler apa demonstrasi seorang Musa sebagai utusan Allah yang membelah laut, mengubah tongkat jadi ular, dan mengangkat bukit ke langit? Tapi toh setelah itu dari ribuan umatnya hanya 70 orang yang beriman. Tentu seorang Musa hanya utusan yang juga menjalankan peran-Nya semata.
Kita sering lupa bahwa tangan Tuhan kerap bekerja tidak kelihatan. Dia tidak perlu perantara dan tak perlu sebab akibat. Adalah pikiran kita yang menyangka kalau anak disekolahkan di sekolah ternama itu maka masa depannya terjamin, adalah waham kita kalau anak sekolah di luar negeri pasti penghidupannya tercukupi, adalah syahwat kita yang membuai kita dengan ide bahwa jika kita meraih ini-itu, punya ini-itu orang akan hormat dan posisi kita tinggi di mata manusia. Tapi kalau kita mau lihat secara apa adanya dalam bentangan sejarah, orang-orang yang namanya diukir dengan nama emas dalam pandangan Allah adalah kebanyakan mereka yang sederhana. Bisa dihitung dengan jari mereka yang memang harus menampilkan representasi kekayaan dunia.
Saya jadi ingat ada seorang ustadz yang dulu saya kerap datang ke ceramahnya, kemudian terakhir-terakhir beliau agak jadi sumbang isi ceramahnya dalam pendengaran saya karena beliau bilang "kita umat Islam harus memerlihatkan kekuatan kekayaan, bukti bahwa kita agama yang mulia" Kemudian belakangan dia berubah dari datang ke ceramah mau dijemput sepeda motor , jadi harus dengan mobil mewah. Kabarnya beliau pun sekarang mengkoleksi jam tangan Rolex barangkali demi misinya 'menyuguhkan kemegahan Islam' versi beliau itu tadi. Ah, maaf ustadz, hati nurani saya tidak sepakat dengan antum. Saya memilih mencari majelis lain. Yang ustadznya sederhana, apa adanya, kadang naik angkot kesana-sini. Tapi muatan pengajiannya dalam dan melaluinya saya bisa belajar banyak tentang kitab yang hidup saya dipertaruhkan seluruhnya, yaitu Al Quranul Karim.
Demikianlah, umat Muhammad adalah keturunan Bani Ismail, seorang Ghulamun Halim. Halim artinya tersembunyi. Muatan yang ada tidak terlalu didemonstrasikan, sederhana tapi ia bekerja betul. Seperti seorang Rasulullah Muhammad saw yang sederhana dan merakyat karena merahmati alam semestanya dan bicara dengan bahasa kaumnya yang terendah. Wallahu'alam.
Amsterdam, 17 Oktober 2018. Musim gugur di pagi hari yang mulai dingin.
No comments:
Post a Comment