Friday, September 29, 2017

Egois Itu Haram

Jangan hanya sibuk menjaga diri dari makanan atau minuman haram.
Ketahuilah bahwa marah adalah haram.
Tidak sabaran adalah haram.
Gampang tersinggung adalah haram
Pun sifat egois adalah haram.



(Adaptasi dari pesan Bawa Muhaiyyaddeen)

Thursday, September 28, 2017

Tak Perlu Menunggu Usia Tua Untuk Taubat

Taubat, sesuai dengan arti katanya berarti "kembali". Yaitu kembali menghadapkan wajah hati kita kepada Allah Ta'ala sebagaiman ikrar yang kita panjatkan dalam doa iftitah saat shalat. "Innii wajjahtu wajhiya lillazi fatharas samaawaati wal ardha haniifa muslimaw wa maa anaa minal mushrikiin"
(Aku menghadapkan wajahku kepada Tuhan yang telah menciptakan langit dan bumi dengan segenap kepatuhan dan kepasrahan diri, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang menyekutukan-Nya.).
Perhatikan bahwa ihwal penghadapan wajah dikaitkan dengan kemusyrikan. Saat kita sedang menghadapkan wajah hati kita kepada selain Allah sebenarnya kita sedang musyrik, walaupun secara fisik tidak menyembah berhala.

Jika ingin mengevaluasi komponen-komponen apa saja yang mendominasi penghadapan wajah hati bisa dievaluasi dari pikiran yang kerap muncul dan perasaan yang melintas di saat shalat yang hanya sekian menit itu, yang sepatutnya merupakan saat antara seorang hamba hanya dengan Rabbnya.

Taubat dengan demikian adalah sebuah reorientasi kehidupan untuk kembali mengorientasikan diri kepada karsa Sang Gusti Allah semata dan itu berlangsung terus menerus dalam berbagai tingkatan. Jadi taubat bukan menunggu kalau usia sudah uzur atau menunggu pensiun juga menunggu ini dan itu. Taubat itu sekarang juga, dimana pun kita berada. Panggil Dia, dan katakan "aku ingin kembali kepadaMu ya Allah..."
Dan tunggulah sambutanNya yang indah manakala proses transformasiNya menyentuh kehidupan kita masing-masing. Insya Allah

Tuesday, September 26, 2017

Jangan Menggonggong Balik Kepada Seekor Anjing

Di dunia ini ada manusia yang sifatnya seperti ular berbisa. Yang komentar dan perilakunya menyakitkan. Yang selalu punya cara untuk membuatmu sedih dan bahkan menderita. Yang mereka pikirkan adalah bagaimana caranya agar orang lain tidak lebih sukses dari dia, tidak lebih terkenal dari dia, tidak lebih menawan darinya.

Jika engkau bertemu dengan manusia seperti ini, segeralah menjauh. Tidak perlu melayaninya dengan melampiaskan kemarahanmu kepadanya. Tidak perlu beradu argumen dengannya. Jauhi dan kembali fokus kepada pekerjaan kita yang sebenarnya menumpuk itu.

Adapun keburukan yang mereka lakukan, cepat atau lambat akan menimpa kepada diri mereka sendiri. Tidak perlu melalui engkau. Kejahatan yang mereka pancarkan akan meracuni diri mereka sendiri bagaikan sel kanker yang menggerogoti tubuh secara perlahan tapi pasti.

Camkanlah hal ini, jika ada anjing menggonggong kepadamu, jangan menggonggong balik. Akan tetapi teruslah berjalan menuju tujuanmu.

(Adaptasi dari kisah yang disampaikan oleh Bawa Muhaiyaddeen)

Sunday, September 24, 2017

Jangan Anggap Remeh Kebaikan Kecil

Jangan anggap remeh kemuliaan yang bisa diraih oleh sebuah perbuatan yang nampak kecil. Kerap terjadi hal-hal yang terlihat kecil di mata dunia tapi besar dan nyaring gaungnya di langit, juga banyak yang telah disurgakan karenanya.
Pekalah terhadap lingkungan sekitar, jika lihat tanaman kering siramlah, melihat sendal berantakan di mesjid coba bantu rapihkan, menyadari rumah sekitar kotor bergegaslah untuk membersihkan, jika ada yang kesulitan menyeberang jalan berilah jalan beberapa saat saja. Kembangkan sifat pemurah dan pengasih karena itu adalah sifat yang sangat jitu bisa mengundang rahmat Allah Ta'ala.
“Barangsiapa menghilangkan satu kesusahan dari kesusahan-kesusahan dunia dari seorang mukmin, maka Allah akan hilangkan darinya satu kesusahan dari kesusahan-kesusahan hari kiamat. Dan barangsiapa yang memudahkan orang yang mengalami kesulitan maka Allah akan mudahkan baginya di dunia dan di akhirat. Dan barangsiapa yang menutupi aib seorang muslim, maka Allah akan tutupi aibnya di dunia dan akhirat. Dan Allah akan senantiasa menolong hamba selama hamba tersebut mau menolong saudaranya.” (HR. Muslim)
(Adaptasi dari Kajian Hikmah Al Quran yang disampaikan oleh Kang Zamzam AJT, Mursyid Penerus Thariqah Kadisiyah. Bandung 24 September 2017)


Saturday, September 23, 2017

Temukanlah Keindahan Hidup

"Orang boleh miskin, tapi jangan sampai dia bodoh"
- Zamzam AJT. Mursyid Penerus Thariqah Kadisiyah.
Kalau masalah miskin dan kaya itu relatif, yang penting kan hidup itu cukup. Ketika butuh ada, Sang Pemberi Rezeki sudah mengatur maka tidak perlu panik karena Dia Maha Menjamin. Adapun yang perlu diusahakan adalah ikhtiar yang benar dengan waktu dan cara yang benar.
Adapun orang bodoh, tidak paham ilmu agama dengan penghayatan di hatinya maka kondisi miskin dan kaya bisa sama-sama merusak. Ilmu yang dimaksud adalah ilmu tentang Allah, tentang hukum-hukum kehidupan. Orang yang tampak miskin tapi dengan ilmu bisa bersyukur dengan kejadian sekecil apapun, ia bisa merasa karuniaNya yang berlimpah disetiap saat. Ia bisa tersenyum menyapa matahari pagi, bisa bersyukur karena masih bisa bernafas lega tanpa hambatan, masih berbahagia karena bisa melangkahkan kaki mengais rezeki hidup. Mendalami ilmu tentang Allah yang diiringi dengan perenungan yang dalam (tafakur) membuat orang dalam kondisi apapun masih bisa tetap mengagungkan Dia. Bukan sekadar pengagungan berupa ucapan di bibir saat takbir ketika shalat "Allahu Akbar". Tapi pengagungan dari dalam hatinya yang terdalam dengan kesadaran penuh bahwa Allah selalu memberikan yang terbaik kepada semua makhlukNya. Bahwa hidup itu indah!


Kita Hanya Butuh Allah

Ketika sedang berlayar, sekonyong-konyong datanglah sebuah angin kencang di lautan luas. Rasa takut menyergap setiap penumpang yang berada di atas kapal itu kecuali Ibrahim bin Adam rahimatullah yang tampak begitu tenang berada diantara mereka.

"Wahai Ibrahim, tidakkah engkau lihat kesulitan yang tengah menimpa kita ini?" tanya salah seorang penumpang yang terheran-heran melihat ketenangan yang ditampakkan oleh seorang Ibrahim bin Adham disaat yang lain dicekam kegelisahan.

Ibrahim lalu berkata, "Wahai saudaraku, ketahuilah bahwa perkara ini bukanlah suatu kesulitan. Adapun kesulitan yang sesungguhnya adalah manakala kita membutuhkan manusia.*"

===
Membutuhkan manusia hingga menuhankannya, membutuhkan perhatiannya yang kalau tidak didapatkan membuat hati bersedih. Membutuhkan bantuannya yang jika luput menjadi kecil hati. Membutuhkan pujiannya, hartanya, apresiasinya, cintanya, apapun yang kita harapkan dari manusia yang kita menambatkan harapan dan cita-cita kita padanya semata. Maka siap-siaplah mengalami kesulitan, cepat atau lambat.

(Adaptasi dari kisah yang tertuang di dalam Kitab Ihya Ulumuddin karya Imam Al Ghazali)


Thursday, September 21, 2017

Kadang Disibukkan Dunianya Dan Kadang Disibukkan Akhiratnya

Di dalam diri setiap manusia ada komponen yang menghubungkan alam jasadiyah dan alam jabarutiyah, ia adalah qalb. Al-Tirmidzi, sebagaimana dikutip oleh al-Syarqawi, berkata, “Dinamakan qalb karena ia senantiasa berbolak-balik (taqallub), dan karena qalb berada di antara dua “jari” Yang Maha Pengasih, di mana Dia membalikkan sesuai dengan kehendak-Nya terhadap diri si qalb.” Seperti halnya jantung yang terus bergerak memompa darah ke seluruh tubuh dan letaknya mirip dengan posisi qalb di dalam jiwa, maka qalb tidak dalam kondisi diam akan tetapi berbulak-balik dalam pengaturan Ilahiyah,
Seseorang kadang akan disibukkan oleh urusan buminya, kadang pula dibuat pontang-panting oleh urusan langitnya. Namun camkan, mereka yang diatur hanyalah yang berserah diri dan ingin diatur kehidupannya oleh Allah Ta´ala.
Dalam Kitab Al Hikam, Syaikh Ibnu Athaillah mengatakan, `Ketika Allah menempatkanmu dalam sebuah asbab dan engkau ingin lari ke langit maka itu adalah syahwat yang tersembunyi.´
Begitulah, manusia itu mudah bosan. Ketika ia sedang dibuat sibuk menata dunianya syahwatnya malah membuatnya ingin melarikan diri dan menyepi dalam ruang ruhaninya. Padahal Allah telah menetapkan saat yang tepat untuk segala sesuatunya.
(Adaptasi dari kajian hikmah Al Quran yang disampaikan oleh Kang Zamzam AJT, Mursyid Penerus Thariqah Kadisiyah, 16 April 2017)

Dead Calm

Kadang seseorang akan dimasukkan kepada keadaan dimana ia menjadi malas beribadah, merasa kering ketika membaca Al Quran, bosan mendengar pengajian serta tidak merasa bergairah seperti sebelumnya dalam mengerjakan kebaikan. Seperti kondisi tanpa angin di lautan (dead calm) yang mematikan. Pada zaman dahulu jika kapal layar terperangkap dalam keadaan seperti itu para awak kapal tinggal menunggu ajal hingga semua perbekalan habis dan kapal terdampar tak bergerak di tengah samudera luas. Konon kondisi 'dead calm" itu juga yang mengakibatkan tragedi titanic terjadi, akibat malam itu tidak ada angin di lautan maka gunung es tak nampak yang biasanya terbantu dengan menghindari sebuah riak di tengah lautan yang merupakan tanda angin mendorong lautan hingga membentuk gelombang yang kemudian menabrak gunung es.

Walaupun nampaknya seperti sebuah kemunduran dalam beribadah akan tetapi kondisi seperti ini penting untuk mengkalibrasi niat dan keikhlasan seseorang dalam menuju Allah Ta'ala agar seseorang tidak mengandalkan kemegahan dan kebagusan amalnya dalam menghadap Sang Pencipta melainkan mempersembahkan hati yang fakir, yang selalu membutuhkanNya.

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

لَنْ يُدْخِلَ أَحَدًا عَمَلُهُ الْجَنَّةَ قَالُوا وَلَا أَنْتَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ لَا وَلَا أَنَا إِلَّا أَنْ يَتَغَمَّدَنِي اللَّهُ بِفَضْلٍ وَرَحْمَةٍ فَسَدِّدُوا وَقَارِبُوا



"Sungguh amal seseorang tidak akan memasukkannya ke dalam surga." Mereka bertanya, "tidak pula engkau ya Rasulullah?" Beliau menjawab, "Tidak pula saya. Hanya saja Allah meliputiku dengan karunia dan rahmat-Nya. Karenanya berlakulah benar (beramal sesuai dengan sunnah) dan berlakulah sedang (tidak berlebihan dalam ibadah dan tidak kendor atau lemah)." (HR. Bukhari dan Muslim)


Sunday, September 17, 2017

Karena Dia Selalu Memberi Yang Terbaik

"Terkadang Dia memberi kepadamu dengan menahan (permintaan)mu,
dan terkadang Dia menahan (permintaanmu) dengan memberi kepadamu."
- Ibnu Athaillah, Al Hikam

Allah Ta'ala pada prinsipnya tidak ingin membuat hambaNya kecewa, akan tetapi bisa jadi suatu permintaan ditahan karena yang bersangkutan belum siap atau konsekuensi dari suatu pengabulan akan mengubah kehidupan sang hamba ke arah yang kurang baik. Manusia sangat terbatas jangkauan pikirannya, mungkin hanya beberapa langkah ke depan tapi apa dampak dari terkabulnya sebuah keinginan kepada diri dan sekitarnya itu yang tidak terjangkau dalam jangka waktu yang pendek di dunia apalagi akibatnya bagi kehidupan di akhirat nanti.

Maka berbaiksangkalah selalu dalam setiap kondisi, sebagaimana Rasulullah saw bersabda, "Janganlah menuduh tidak baik terhadap apapun yang telah Allah tetapkan untukmu."

(Adaptasi dari Kajian Kitab Al Hikam yang disampaikan oleh Kang Zamzam AJT, Mursyid Penerus Thariqah Kadisiyah, 16 September 2017)


Saturday, September 16, 2017

Jangan Sampai Kalah Sama Burung

"Dalam hal rezeki dan sumber kehidupan, ahlul yaqiin, menyerahkan sepenuhnya kepada Allah serta menjadikan-Nya sebagai wakil (yang kepada-Nya dipasrahkan segala perkara). Karena mereka telah yakin bahwa Allah lebih menyayangi mereka daripada mereka sendiri terhadap dirinya."
- Imam At Turmudzi
Makna menyerahkan sepenuhnya kepada Allah tentang perkara rezeki ini bukan berarti menjadi pasif dan diam menunggu wangsit. Bukankah seseorang pernah ditegur karena seharian hanya beribadah di dalam mesjid dan mengandalkan saudaranya untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, bahkan dikatakan bahwa sesungguhnya derajat saudaranya yang bekerja keras untuk mencukupi dia itu lebih tinggi derajatnya.
Maka makna berserah diri dalam konteks mencari rezeki adalah dalam pelaksanaannya harus sejalan dengan karsa Sang Pemberi Rezeki. Kebanyakan manusia kan guncang hatinya karena mengingkan rezeki datang dalam jumlah sekian saat ini juga, sedangkan Tuhan menghendakinya pada saat yang lain. Ada alasannya kenapa Rasulullah saw menjadikan bangsa burung sebagai contoh bagaimana etika menjemput rezeki, dalam haditsnya beliau bersabda: “Jikalau kamu bertawakal kepada Allah dengan tawakal yang sesungguh-sungguhnya, niscaya Allah memberi rezeki kepada kamu sebagaimana Allah memberi rezeki kepada burung yang keluar pagi-pagi dengan perut lapar dan pulang sore-sore dengan perut kenyang."
Memangnya bagaimana cara burung mencari makanannya?
Setiap burung dibekali kemampuan terbang, ketajaman pandangan, bentuk paruh, rentang sayap dan segala kemampuan fisik yang sangat spesifik sesuai dengan medan kehidupannya masing-masing. Bentuk paruh burung pemakan bangkai berbeda dengan burung yang menghisap sari bunga dan pemakan serangga. Apapun itu Allah senantiasa menyediakan makanan bagi mereka dalam setiap musim. Bagi burung pemakan bangkai akan selalu ada bangkai binatang yang tergeletak di sekitarnya. Bagi burung yang mencari makan di malam hari akan selalu dapat menangkap tikus yang begerak di kegelapan malam sekali pun. Seekor burung yang keluar dari sarangnya dalam keadaan lapar akan senantiasa dijamin pulang dalam keadaan kenyang.
Manusia pun demikian, masing-masing dibekali 'paruh' dan 'sayap'nya masing-masing untuk mengais rezeki. Ada yang dimudahkan memasak, ada yang kuat fisiknya, ada yang encer otaknya, ada yang merdu suaranya. Semua adalah alat untuk menjelang rezeki 'sari bunga' dan 'serangga' yang Sang Pemberi Rezeki tebar setiap harinya. Kalau sekadar rezeki lahiriah jangan takut, tidak akan tertukar dan tidak akan mungkin direbut orang, masing-masing punya kantung rezekinya sendiri, dalam hadits Rasulullah bahkan bersabda bahwa datangnya rezeki lahir seseorang itu lebih cepat daripada datangnya kematian, artinya setiap orang ketika sudah habis jatah usianya pasti sudah menghabiskan jatah rezeki lahiriahnya di dunia. Permasalahan terbesar manusia adalah kebanyakan berpulang ke hadiratNya dengan membawa kantung rezeki batin yang kosong, tidak mengenalNya, minim ilmu tentang Nya, nah inilah golongan yang akan menyesal, naudzubillahimindzalik. Jadi kalau hanya masalah tagihan listrik, uang sekolah anak, biaya pengobatan dll kunci mencarinya ya kata Rasulullah tadi, dengan tawakal, biar kita ngga kalah sama burung...

Kuncinya: Sabar & Tawakal

"Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Kemudian hanya kepada Kami kamu dikembalikan." (QS Al Ankabut [29]:57)

Setinggi apapun pangkat seseorang, sehebat apapun dia tidak akan ada yang bisa mengelak kematian. Pertanyaan berikutnya, apakah kehidupan berhenti begitu saja setelah ruh dan jiwa berpisah dari jasad seseorang?

Di ayat berikutnya Allah berfirman:
"Dan orang-orang yang beriman dan beramal shalih, sungguh mereka akan Kami tempatkan pada tempat-tempat yang tinggi (di dalam surga), yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Itulah sebaik-baik balasan bagi orang yang berbuat kebajikan." (QS 29:58)

Siapakah mereka?

"(yaitu) orang-orang yang bersabar dan bertawakal kepada Tuhannya."(QS 29:59)

Kualitas sabar dan tawakal hanya bisa muncul saat dipaparkan dengan keadaan yang membuat potensi tersebut bertumbuh. Sabar dengan kekurangan atau kelimpahan, sabar dengan doa yang belum terkabul, sabar dengan kondisi yang ada, sabar dengan kelakuan pasangan, orang tua atau mertua dsb. Begitu juga tawakal hanya muncul saat dunia disempitkan dan sandaran kita hanya kepada-Nya, menempa kesadaran dalam diri bahwa Dia-lah satu-satunya yang dapat diandalkan, Dia-lah pelindung sebaik-baiknya, Dia-lah pemberi rezeki yang terbaik. Sebagaimana dikatakan oleh Imam Al Ghazali, "Sesungguhnya kami telah menjelaskan makna ucapan “laa ilaaha ilallahu” dan makna ucapan “laa hawla wa laa quwwata illa billah”. Dan sesungguhnya orang yang tidak mengucapkan kedua kalimat tersebut dari penyaksian hati, maka tidak tergambarlah daripadanya keadaan tawakal." Artinya seseorang hanya bisa bertawakal dengan benar ketika cahaya tauhid mulai menyala dalam dirinya. Tawakal tidak sama dengan pasrah dalam arti tidak melakukan sesuatu karenanya Imam Ghazali pun mengatakan bahwa mujahadah adalah tiang dari tawakal.

Mari kita bercermin kepada hadits Rasulullah saw yang menyebutkan tentang tawakal agar jangan hati ini dibuat murung oleh penundaan suatu pengabulan doa dan tenggelam dalam kekhawatiran yang tidak perlu menghadapi riak kehidupan dunia. Rasulullah saw telah bersabda, “Jikalau kamu bertawakal kepada Allah dengan tawakal yang sesungguh-sungguhnya, niscaya Allah memberi rezeki kepada kamu sebagaimana Allah memberi rezeki kepada burung yang keluar pagi-pagi dengan perut lapar dan pulang sore-sore dengan perut kenyang. Dan hilang gunung-gunung penghalang sebab dengan doamu.”[]

Friday, September 15, 2017

Hidup Adalah Perjalanan

'Suluk' secara harfiah berarti 'menempuh'
Dalam QS An Nahl [16]:69 Allah berfirman, "Fasluki subula Rabbiki zululan." (dan tempuhlah jalan Rabbmu yang telah dimudahkan untukmu)

Hidup adalah perjalanan. Kadang bisa berarti perjalanan secara fisik, perjalanan dari satu episode hidup ke episode hidup yang lain, perjalanan jiwa dan yang pasti kita semua tanpa kecuali setiap saat berjalan selangkah lebih dekat kepada saat pindah ke alam barzakh.

Rumi berkata bahwa perjalanan yang paling utama adalah perjalanan ke dalam diri sendiri. Menelisik kekurangan diri, mengevaluasi posisi kita di hadapan-Nya. Sungguh tidak mudah membaca diri, sama seperti kita membutuhkan sebuah cermin untuk melihat bagaimana paras kita. Al Fudhail berkata "Bertafakur adalah ibarat sebuah cermin yang memperlihatkan kepada engkau kebajikan maupun kejahatanmu." Pantaslah kiranya Rasulullah bersabda "Tafakur sesaat lebih baik daripada beribadah selama 60 tahun lamanya."

Wednesday, September 13, 2017

Take The Blue Pill!

"This is your last chance. After this, there is no turning back. You take the blue pill—the story ends, you wake up in your bed and believe whatever you want to believe. You take the red pill—you stay in Wonderland, and I show you how deep the rabbit hole goes. Remember: all I'm offering is the truth. Nothing more." Kata Morpheus, sang guru, dalam upayanya untuk menjelaskan kepada Neo bahwa kebanyakan manusia terperangkap dalam dunia ilusioner dan menjadi budak yang bekerja untuk mengejar harapan-harapan semu. Demikian penggalan kecil dari film Matrix.
Demikian sulitnya membebaskan diri dari ilusi 'sebab-akibat' dan fenomena dunia. Butuh keberanian seperti seorang Neo untuk menelan sebuah pengetahuan sejati yang bisa jadi terasa menyakitkan bagi sang ego. Silakan coba bisikan mantra ini "you have no control of your life" atau "you are not exist" kepada sang ego dan perhatikan bagaimana dia menggeliat dan menolak mentah-mentah konsepsi tersebut. Karena tidak ada hal yang lebih menakutkan dari sang ego selain menjadi tidak ada, tidak ada horor terbesar dalam hidupnya selain menjadi fana.
Dalam upaya menjadi 'ada', sang ego akan selalu mencari 'identitas diri', seperti bunglon yang berubah warna mengambil bentuk sekitarnya, sang ego akan mengambil identitas sebagai 'seseorang' untuk membuatnya menjadi 'ada'. Ia bisa menjadi seorang 'profesional muda', 'mahasiswa S3', 'pegawai tetap', 'ibu/ayah'' , 'istri/suami', 'anggota club anu', 'anggota dewan','pemuka agama' serta berbagai status apapun di dunia yang tanpa dia diembeli status itu rasanya dunia runtuh dan ia merasa tidak berharga. Kemelekatan ini demikian tak terasa namun sebenarnya sangat mencengkram kuat dan mengendalikan hidup manusia, demikian kuat sehingga kebanyakan mengira si status-status itu yang memberikan rezeki dan tangan Allah menjadi samar bahkan tidak kelihatan baginya.
Ilusi sang ego membuat manusia mengira yang memberi rezeki adalah perusahaan keren yang itu, yang menjamin kehidupannya adalah bisnis yang itu; warisan yang itu; tabungan yang itu, yang mencukupinya adalah sang suami; keluarganya; temannya yang selalu dapat diandalkan, yang mendidik anak-anaknya adalah sekolah top yang itu; ustadz yang itu, pesantren yang itu. Di dalam dunia ilusi, tangan Tuhan menjadi tidak mudah untuk dipersepsi. Kebanyakan manusia akan hanya diombang-ambing oleh sebuah konsepsi semu yang dinamakan "sebab-akibat". Namun demikian bukan berarti seseorang menafikan pentingnya sebuah usaha, sebaliknya beramal itu sebuah kewajiban, bahkan dikatakan bahwa iman itu diberikan agar seseorang beramal. Oleh karenanya amal yang dikerjakan dengan dasar iman kepadaNya akan memiliki dampak yang jauh berbeda dengan amal yang dikerjakan kepada sesembahan selainNya.
Hari ini saya bertemu ayat ini dan saya merasa malu:
"Sesungguhnya apa yang kamu sembah selain Allah itu tidak mampu memberikan rezeki kepadamu; maka mintalah rezeki dari Allah." (QS Al Ankabut [29]:17)
Tentu saya akan menolah mentah-mentah jika dikatakan bahwa saya menyembah sesuatu selain Dia. Merasa sudah syahadat, shalat dan mengerjakan sekian banyak ibadah syariat. But who am i trying to fool? Dia Maha Tahu apa yang berkecamuk dalam hati saya. Dia lebih tahu apakah saya lebih mengkhawatirkan kehilangan rasa bermunajat kepadaNya atau penghasilan sekian digit yang selama ini sudah dinikmati. Dia lebih paham apakah saya lebih percaya dengan rezeki yang ada di tangan saya atau rezeki yang ada di tangan Dia? Dia bisa memilah apakah ibadah yang dipersembahkan adalah murni untuk-Nya atau tercampur dengan keinginan ini dan itu. Sungguh saya telah banyak "menyembah selain Allah" ketika mengizinkan elemen-elemen selain Dia itu mengendalikan rasa takut, menyetir level kebahagiaan dan mengambil alih kendali sang jiwa sejati. Astaghfirullah...


Tuesday, September 12, 2017

Pemberian Berharga Bernama Ujian

Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, "Kami telah beriman," dan mereka tidak diuji?

Dan sungguh, Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka Allah mengetahui orang-orang yang benar dan pasti mengetahui orang-orang yang dusta.

(QS Al Ankabut [29]:2-3)

Salah satu karakter yang khas dari jiwa manusia yang masih lemah apalagi jiwa yang tidak mencari Allah adalah ia takut ujian. Takut diuji oleh kekurangan harta, takut penghasilannya berkurang, takut diuji oleh sakit, takut diuji oleh keadaan anak, orang tua dan mereka yang disayangi.

Padahal hukum kehidupan yang termuat dalam Al Quran berkata demikian:

"Dan Kami PASTI akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar."(QS Al Baqarah [2]:155)

Dalam pengamatan saya selama menjalani jalan suluk (jalan pertaubatan) selama lebih enam belas tahun, mereka yang kemudian hatinya terpanggil untuk mencari Allah adalah yang telah 'habis' terbakar dalam ujian-Nya. Ada yang hancur rumah tangganya, ada yang dibuat kolaps bisnisnya, ada yang diremukkan fisiknya, ada yang dilemahkan kondisinya apapun itu Allah punya seribu satu cara untuk membuat fakir hamba-hamba yang Dia kehendaki. Sungguh sebuah undangan yang sangat-sangat mahal dari Sang Raja Diraja. Karena undangan itu tidak didapatkan oleh orang yang tertutup hatinya (kafir), mereka hanya akan dibukakan pintu-pintu dunia, sesuai dengan keinginan syahwat mereka - para pencari dunia akan tetapi setiap langkahnya membawa lebih jauh dari Allah Ta'ala.

Dan janganlah sekali-kali orang kafir mengira bahwa pemberian tangguh Kami kepada mereka adalah lebih baik bagi mereka melainkan supaya bertambah tambah dosa mereka (Q.S. Ali Imran [3]:178)

Percikan ilmu sepert ini bermanfaat agar para pencari Allah tidak kecil hati menghadapi tantangan kehidupan, tidak berputus asa jika doa belum juga dikabulkan dan tidak habis nafas dalam perjalanan yang terasa bagai tak bertepi.
Afterall, you are never walking alone...

Wednesday, September 6, 2017

Semesta Ditundukkan Untuk Sang Jiwa

Lima menit menjelang bel bubaran sekolah. Para penjemput sudah berdatangan. Sebagian besar perempuan mengenakan setelan celana panjang, jaket panjang yang tahan air dan sepatu kets, kombinasi yang banyak dikenakan oleh ibu-ibu di Belanda dan memang nyaman dipakai untuk bersepeda. Ada juga yang datang dengan pakaian formal ala kantoran, lengkap dengan sepatu hak tinggi dan gadget di tangan - tampaknya meluangkan waktu di sela-sela makan siangnya untuk menjemput sang buah hati. Setiap hari Rabu anak-anak memang hanya sekolah setengah hari, maka bagi orang tua yang punya opsi bekerja paruh waktu (3 hari) biasanya mereka memilih tidak bekerja di hari Rabu.

Kerumunan terutama datang untuk menjemput anak-anak balita yang masih duduk di grup 1 dan 2 (anak-anak usia 4-5 tahun). Hal yang menakjubkan terjadi setiap kali anak-anak itu mengenali sosok penjemputnya, wajah mereka begitu ceria dengan tatapan mata yang gembira diiringi langkah kaki yang berirama. Sang penjemput pun tampak tak kurang hangatnya, mereka membungkukkan badan atau sengaja merendahkan diri untuk merangkul si anak. What a beautiful scene!

Saat menerangkan tentang hikmah kisah Nabi Musa as, mursyid saya bertutur tentang bagaimana alam semesta ditaklukkan di hadapan kehadiran seorang hamba-Nya yang tampaknya lemah tak berdaya namun mengandung kesucian yang tinggi. Tentang seorang bayi Musa yang diselamatkan dari kekejaman zamannya dan tidak hanya itu bahkan lebih epik lagi, sang bayi pun akhirnya diangkat anak oleh Firaun yang memerintahkan pembantaian bayi-bayi laki-laki Bani Israil di Mesir saat itu. Bayi Musa tidak hanya dengan ajaib selamat dari pembunuhan tapi juga bisa membuat sang firaun turun dari tahta untuk sekadar bermain dengannya, bahkan dikisahkan sampai sang bayi Musa menarik-narik janggutnya. Bayangkan, di saat semua orang di zaman itu patuh dalam ketakutan yang sangat bahkan tidak berani menatap wajahnya, sang bayi dengan santai menarik-narik janggutnya!

Bayi manusia terlahir sangat rentan, beda dengan bayi binatang yang dalam hitungan hari bahkan jam bisa berjalan dan mencari makan sendiri. Bayi manusia butuh waktu berbulan-bulan dan bertahun-tahun untuk akhirnya bisa memenuhi kebutuhan dirinya sendiri. Maka Allah menurunkan rasa sayang ke dalam hati orang-orang di sekitarnya untuk menjaga makhluk yang masih lemah itu. Perhatikan bagaimana sang semesta pun ditundukkan baginya.

Jiwa seseorang yang baru kembali bangun pun masih sangat rentan. Masih banyak keraguan, keinginan ini-itu, syahwat dan amarah yang mencengkramnya dengan kuat. Tapi sebagaimana Allah menyiapkan semesta sang bayi untuk membantu ia bertumbuh dengan baik. Maka semesta seseorang yang jiwanya akan bertumbuh pun sudah ditakar betul dengan sempurna. Memang akan terjadi banyak turbulensi pada awal waktu, laiknya sebuah proses pembersihan dedak hati yang mengerak setelah sekian lama, it will be messy at the beginning. Tapi itu hanya bersifat sementara, jika sang jiwa terus bertumbuh dan berjalan maka akalnya akan semakin kuat dan tidak akan lagi mudah terombang-ambing cemas oleh dinamika sang zaman. Seperti kegembiraan sang anak yang mengenali sosok penjemputnya, maka yang dinanti oleh jiwa hanyalah pengetahuan tentangNya yang tersimpan di setiap penggal kejadian hidup, yang hanya dengannya ia bisa tersenyum gembira seceria sang anak yang bertemu kembali dengan orang tuanya.[]

Sunday, September 3, 2017

Bahayanya Buta Hati

Seorang buta masuk ke dalam rumah lalu di dalamnya ia tersandung oleh bejana-bejana yang ditumpuk.
Ia berkata, "Kenapa bejana-bejana ini tidak diangkat dari jalan dan dikembalikan ke tempatnya!"
Lalu dikatakan kepadanya, "Sesungguhnya bejana-bejana itu sudah ada pada tempatnya, akan tetapi engkau yang tidak dapat melihatnya."

Orang yang buta mata hatinya akan berjalan seperti orang yang buta, kerap kali menabrak ini dan itu dan bisa jadi akan mendatangkan kerusakan yang jauh lebih besar daripada sekedar hilangnya penglihatan ragawi. Banyak pagar jalanan yang dilabrak dan rambu dalam perjalanan yang diterobos oleh seorang yang buta mata hatinya. Karena yang ia lihat hanyalah bayangan ilusi yang diproyeksikan oleh angan-angan hawa nafsu dan syahwatnya semata.

"Dan barang siapa yang buta (hatinya) di dunia ini, niscaya di akhirat ia akan lebih buta pula dan lebih tersesat dari jalan yang benar."(QS Al Isra:72)

- Adaptasi dari Ihya Ulumuddin, Al Ghazali