Wednesday, September 13, 2017

Take The Blue Pill!

"This is your last chance. After this, there is no turning back. You take the blue pill—the story ends, you wake up in your bed and believe whatever you want to believe. You take the red pill—you stay in Wonderland, and I show you how deep the rabbit hole goes. Remember: all I'm offering is the truth. Nothing more." Kata Morpheus, sang guru, dalam upayanya untuk menjelaskan kepada Neo bahwa kebanyakan manusia terperangkap dalam dunia ilusioner dan menjadi budak yang bekerja untuk mengejar harapan-harapan semu. Demikian penggalan kecil dari film Matrix.
Demikian sulitnya membebaskan diri dari ilusi 'sebab-akibat' dan fenomena dunia. Butuh keberanian seperti seorang Neo untuk menelan sebuah pengetahuan sejati yang bisa jadi terasa menyakitkan bagi sang ego. Silakan coba bisikan mantra ini "you have no control of your life" atau "you are not exist" kepada sang ego dan perhatikan bagaimana dia menggeliat dan menolak mentah-mentah konsepsi tersebut. Karena tidak ada hal yang lebih menakutkan dari sang ego selain menjadi tidak ada, tidak ada horor terbesar dalam hidupnya selain menjadi fana.
Dalam upaya menjadi 'ada', sang ego akan selalu mencari 'identitas diri', seperti bunglon yang berubah warna mengambil bentuk sekitarnya, sang ego akan mengambil identitas sebagai 'seseorang' untuk membuatnya menjadi 'ada'. Ia bisa menjadi seorang 'profesional muda', 'mahasiswa S3', 'pegawai tetap', 'ibu/ayah'' , 'istri/suami', 'anggota club anu', 'anggota dewan','pemuka agama' serta berbagai status apapun di dunia yang tanpa dia diembeli status itu rasanya dunia runtuh dan ia merasa tidak berharga. Kemelekatan ini demikian tak terasa namun sebenarnya sangat mencengkram kuat dan mengendalikan hidup manusia, demikian kuat sehingga kebanyakan mengira si status-status itu yang memberikan rezeki dan tangan Allah menjadi samar bahkan tidak kelihatan baginya.
Ilusi sang ego membuat manusia mengira yang memberi rezeki adalah perusahaan keren yang itu, yang menjamin kehidupannya adalah bisnis yang itu; warisan yang itu; tabungan yang itu, yang mencukupinya adalah sang suami; keluarganya; temannya yang selalu dapat diandalkan, yang mendidik anak-anaknya adalah sekolah top yang itu; ustadz yang itu, pesantren yang itu. Di dalam dunia ilusi, tangan Tuhan menjadi tidak mudah untuk dipersepsi. Kebanyakan manusia akan hanya diombang-ambing oleh sebuah konsepsi semu yang dinamakan "sebab-akibat". Namun demikian bukan berarti seseorang menafikan pentingnya sebuah usaha, sebaliknya beramal itu sebuah kewajiban, bahkan dikatakan bahwa iman itu diberikan agar seseorang beramal. Oleh karenanya amal yang dikerjakan dengan dasar iman kepadaNya akan memiliki dampak yang jauh berbeda dengan amal yang dikerjakan kepada sesembahan selainNya.
Hari ini saya bertemu ayat ini dan saya merasa malu:
"Sesungguhnya apa yang kamu sembah selain Allah itu tidak mampu memberikan rezeki kepadamu; maka mintalah rezeki dari Allah." (QS Al Ankabut [29]:17)
Tentu saya akan menolah mentah-mentah jika dikatakan bahwa saya menyembah sesuatu selain Dia. Merasa sudah syahadat, shalat dan mengerjakan sekian banyak ibadah syariat. But who am i trying to fool? Dia Maha Tahu apa yang berkecamuk dalam hati saya. Dia lebih tahu apakah saya lebih mengkhawatirkan kehilangan rasa bermunajat kepadaNya atau penghasilan sekian digit yang selama ini sudah dinikmati. Dia lebih paham apakah saya lebih percaya dengan rezeki yang ada di tangan saya atau rezeki yang ada di tangan Dia? Dia bisa memilah apakah ibadah yang dipersembahkan adalah murni untuk-Nya atau tercampur dengan keinginan ini dan itu. Sungguh saya telah banyak "menyembah selain Allah" ketika mengizinkan elemen-elemen selain Dia itu mengendalikan rasa takut, menyetir level kebahagiaan dan mengambil alih kendali sang jiwa sejati. Astaghfirullah...


No comments:

Post a Comment