Taubat, sesuai dengan arti katanya berarti "kembali". Yaitu kembali menghadapkan wajah hati kita kepada Allah Ta'ala sebagaiman ikrar yang kita panjatkan dalam doa iftitah saat shalat. "Innii wajjahtu wajhiya lillazi fatharas samaawaati wal ardha haniifa muslimaw wa maa anaa minal mushrikiin"
(Aku menghadapkan wajahku kepada Tuhan yang telah menciptakan langit dan bumi dengan segenap kepatuhan dan kepasrahan diri, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang menyekutukan-Nya.).
Perhatikan bahwa ihwal penghadapan wajah dikaitkan dengan kemusyrikan. Saat kita sedang menghadapkan wajah hati kita kepada selain Allah sebenarnya kita sedang musyrik, walaupun secara fisik tidak menyembah berhala.
Jika ingin mengevaluasi komponen-komponen apa saja yang mendominasi penghadapan wajah hati bisa dievaluasi dari pikiran yang kerap muncul dan perasaan yang melintas di saat shalat yang hanya sekian menit itu, yang sepatutnya merupakan saat antara seorang hamba hanya dengan Rabbnya.
Taubat dengan demikian adalah sebuah reorientasi kehidupan untuk kembali mengorientasikan diri kepada karsa Sang Gusti Allah semata dan itu berlangsung terus menerus dalam berbagai tingkatan. Jadi taubat bukan menunggu kalau usia sudah uzur atau menunggu pensiun juga menunggu ini dan itu. Taubat itu sekarang juga, dimana pun kita berada. Panggil Dia, dan katakan "aku ingin kembali kepadaMu ya Allah..."
Dan tunggulah sambutanNya yang indah manakala proses transformasiNya menyentuh kehidupan kita masing-masing. Insya Allah
No comments:
Post a Comment