Thursday, May 24, 2018

"Wahai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu." (QS Muhammad:7)
Bentuk menolong agama Allah adalah menjadi diri sendiri dan siap dibentuk oleh Allah Ta'ala. Artinya menolong agama Allah pondasinya adalah dengan berserah diri kepada Allah, mengikuti pengaturan-Nya dalam hidup sekalipun itu tampak membingungkan, sebingung Musa as saat di hadapannya terbentang laut dan di belakangnya pasukan Firaun semakin mendekat sementara umatnya melemparkan caci-maki, pada saat genting itu Musa as belum tahu bahwa Allah akan membelahkan laut untuk ia dan kaumnya.
Dalam hidup kita pun akan kerap dipaparkan oleh sekian permasalahan yang mendatangkan kebingungan. Ketika jalan keluar dari masalah yang ada seakan tak nampak, saat doa yang dipanjatkan sekian lama seakan tak dijawab oleh Yang Maha Kuasa, disitulah pentingnya membangun ketaqwaan yang haq. Dalam Al Quran, salah satu ciri orang yang bertaqwa adalah "mereka yang beriman kepada yang gaib" (QS Al Baqarah:3).
Setiap hari kita akan diuji oleh kegaiban itu. Kegaiban usia kita, kegaiban kesehatan kita, kegaiban rezeki dll. Disinilah pentingnya mempelajari Al Quran, di dalamnya Allah berfirman tentang cara menghadapi kegaiban dan ketidakpastian hidup, "Barangsiapa yang beriman dan beramal shalih, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik (hayatan thayyiba)..." (QS An Nahl:97)
- Adaptasi dari kajian hikmah Al Quran yang disampaikan Mursyid Zamzam AJ Tanuwijaya, 13 Agustus 2017
Sebaik-baik bekal mengantarkan anak-anak kita menuju masa depannya bukan semata memberi mereka pendidikan yang terbaik secara formal atau menyiapkan tabungan, menimbun aset sebanyak-banyaknya untuk keamanan hari depan mereka. Karena masa depan ada di tangan Allah Yang Maha Kuasa, yang dengan mudah membalikkan semua keadaan dalam sekejap. Semua harta yang disiapkan belum tentu mendatangkan berkah dan pendidikan setinggi mungkin juga belum tentu membuat anak menjadi seorang pencari Tuhan yang baik. Allah Ta'ala berfirman,

“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik (hayatan thayyiban)" (QS An Nahl : 97)

Inilah social safety net yang terkokoh, bukan berarti meninggalkan ikhtiar dan tidak menabung. Silakan lakukan semampunya sesuai dengan apa yang dimudahkan ke dalam hidup masing-masing, asal tidak menyandarkan hati dan pengharapan kepada semua itu - akan tetapi bertawakal kepada Allah semata, sebaik-baik penjamin kehidupan.[]



Wednesday, May 16, 2018

Di setiap pekerjaan yang kita kerjakan,
Di setiap langkah kita berangkat bekerja dan mencari nafkah,
Di setiap kelelahan kita mengurus keluarga dan setiap amanat-Nya,
Selama semua itu disertai dengan hati yang memohon wajah-Nya semata maka berarti bobot al haqq-nya besar.

Allah SWT berfirman:
“Timbangan pada hari itu ialah haqq, maka barangsiapa berat timbangannya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung. Dan barangsiapa yang ringan timbangannya, maka mereka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri, disebabkan mereka selalu mengingkari ayat-ayat Kami.” (QS. Al-A’raaf [7]: 8-9)

(Adaptasi dari kajian hikmah Al Quran yang disampaikan oleh Mursyid Zamzam AJ Tanuwijaya, 15 Oktober 2017)
Semua kesedihan-kesenangan, karunia-bencana, kelapangan dan kesempitan adalah Allah Ta'ala yang mengatur, tidak ada satu makhluk pun yang bisa berkontribusi dalam pengaturan takdir-Nya. Adapun manusia terbagi dua dalam menyikapi pengaturan-Nya. Ada yang fokus kepada keburukan atau setitik nila dalam kehidupan dan mengeluhkannya, ada yang bersyukur kepada skema kehidupan yang Dia tetapkan.

Kebanyakan orang saat merasa disakiti atau dizalimi seseorang akan serta merta menyerang orang yang menyakitinya itu dengan melampiaskan amarah sepuas-puasnya. Akan tetapi luput untuk sejenak diam dan bertanya, "Mengapa Allah mengizinkan dia menzalimi diri ini?". Obat bagi penyakit dalam diri kadang datang dalam bentuk yang tidak mengenakkan, membuat kita bingung dan pontang-panting dalam menjalaninya. Jika memang masih sulit untuk bersabar apalagi berucap syukur setidaknya milikilah prasangka yang baik kepada Dia yang mendatangkan itu semua.


Tuesday, May 15, 2018

"Every lock has its key."
-Anthony Doerr, "All the light we cannot see"
Bagaikan siang berganti malam,
Bagaikan perempuan berpasangan dengan laki-laki,
Semua mewujud sempurna di alam ciptaan. Semua, tanpa kecuali.
Di setiap kesulitan ada kemudahan*,
Di setiap kedukaan ada bahagia yang tersimpan,
Di setiap penantian ada pengabulan.
Adalah sang waktu yang merentang jeda antara setiap ciptaan.
Agar manusia bisa melihat lebih jelas jejak sapuan pena ciptaan-Nya.
Agar manusia sabar menanti dan menjalani ketetapanNya,**
Bersyukur dengan bentuk serta peran apapun yang diberikan-Nya.
Hanya dengan cara demikian tekad kuat (himmah) seorang hamba kepada Rabbnya bisa terbentuk.[]
*"Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sungguh setelahkesulitan itu ada kemudahan.” (QS. Alam Nasyroh: 5-6)
**"Maka bersabarlah dalam menunggu ketetapan Tuhanmu, maka sesungguhnya kamu berada dalam penglihatan kami, dan bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu…"(QS. 52:48)

- Bijlmer, Amsterdam, 12 Mei 2018 jam 12.10 siang. Bersama Elia dan Rumi menunggu counter suikerspin buka :)

Thursday, May 10, 2018

Segelap apapun masalah yang menyelubungi seseorang.
Sekelam apapun tampaknya hidup seseorang.
Sekokoh apapun kelihatannya dinding penghalang dalam kehidupan.
Semuanya bisa lenyap sekejap dengan izin Allah.

Rasulullah saw bersabda, "Tidaklah muslim yang berdoa kepada Allah dengan doa ini (doa Nabi Yunus as) dalam satu keperluan, kecuali akan mengabulkan doanya’.” ( HR Tirmidzi)

Kunci doa Nabi Yunus terletak dalam memurnikan ketauhidan kepada Allah (laa ilaaha ilaa anta); berserah diri (subhanaka), mengalirkan diri dalam ketetapan-Nya, dan pengakuan bahwa diri masih terperangkap dalam kezaliman (kegelapan). Tanpa ketiga elemen itu manusia hanya akan berkubang dalam masalah yang itu saja, konflik yang itu lagi dan kesempitan yang sama.


Wednesday, May 9, 2018

Orang yang tahu tata krama akan meminta izin sebelum memakai sesuatu yang bukan miliknya, itu adalah adab.

Badan ini bukan milik kita, ia milik Allah yang dititipkan, kita hanya diberi hak guna pakai. Untuk melaksanakan adab menggunakan raga yang terdiri dari 360 persendian ini maka shalatlah dua rakaat di waktu dhuha. Dengan meminta izin di awal hari, kiranya Dia melindungi dari marabahaya, membimbing ke jalan yang benar serta memberikan taufiq kepada raga ini.

*****

“Pada pagi hari diharuskan bagi seluruh persendian di antara kalian untuk bersedekah. Setiap bacaan tasbih (subhanallah) bisa sebagai sedekah, setiap bacaan tahmid (alhamdulillah) bisa sebagai sedekah, setiap bacaan tahlil (laa ilaha illallah) bisa sebagai sedekah, dan setiap bacaan takbir (Allahu akbar) juga bisa sebagai sedekah. Begitu pula amar ma’ruf (mengajak kepada ketaatan) dan nahi mungkar (melarang dari kemungkaran) adalah sedekah. Ini semua bisa dicukupi (diganti) dengan melaksanakan shalat Dhuha sebanyak 2 raka’at” (HR. Muslim no. 720).

“Manusia memiliki 360 persendian. Setiap persendian itu memiliki kewajiban untuk bersedekah.” Para sahabat pun mengatakan, “Lalu siapa yang mampu bersedekah dengan seluruh persendiannya, wahai Rasulullah?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas mengatakan, “Menanam bekas ludah di masjid atau menyingkirkan gangguan dari jalanan. Jika engkau tidak mampu melakukan seperti itu, maka cukup lakukan shalat Dhuha dua raka’at.” (HR. Ahmad, 5: 354)



Kemuliaan manusia adalah justru ketika ia bisa menembus kebingungan, menyibak selubung kegelapan dan menghapus kabut keraguan dengan mengoptimalkan potensi lahir dan batinnya. Memang dunia akan selalu dibuat samar untuk melihat kebenaran dan setiap petunjuknya demikan halus disampaikan, hal ini bertujuan agar manusia menjadi awas hatinya dan tidak lalai.
Petunjuk Allah Ta'ala tersebar di segenap ufuk dan di dalam jiwa manusia, maka kita harus membuka mata lebar-lebar dan memasang telinga rapat-rapat agar semua sinyal-Nya tidak terlewatkan. Maka sikap seorang salik adalah mensyukuri dunianya, tidak mengabaikan apalagi membuangnya. Karena menyadari bahwa setiap takdir yang turun adalah dari tangan-Nya dan merupakan hamparan petunjuk yang suci dari Yang Maha Pengasih. Dengan kesadaran inilah seorang mukmin menghadapi dengan tegar ujian hidupnya, menjalani dengan tekun sekian banyak tugas hidupnya, dan mensyukuri apapun serta berapapun yang Dia hadirkan, karena hatinya senantiasa berupaya menangkap apakah gerangan kehendak Allah di balik segala fenomena ini. Sehingga ia tidak tenggelam dalam dinamika dunia yang itu-itu saja, tidak dibuat resah orang kekurangannya, dan tidak dibuat cemas oleh rezeki yang belum disampaikan kepadanya.
Wallahua'lam.


Tuesday, May 8, 2018

Pernah ada seorang lelaki yang melampaui batas terhadap dirinya sendiri karena banyak melakukan dosa-dosa. Setelah tanda-tanda kematian datang menjemputnya, ia berpesan kepada anak-anaknya:”Jika aku meninggal dunia, kumpulkanlah kayu bakar buat diriku, kemudian bakarlah mayatku dan tumbuklah abuku hingga lembut, lalu taburkanlah ia bersama dengan angin. Sesungguhnya lelaki ini mengira bahwa dengan perbuatannya itu Allah Subhana Wa Ta’ala tidak akan dapat menghidupkannya kembali untuk menanyai dosa-dosa yang telah dilakukannya, padahal Allah SWT telah berfirman dalam kitabnya : ” Dan dia membuat perumpamaan bagi Kami dan dia lupa kepada kejadiannya, ia berkata :”Siapakah yang dapat menghidupkan tulang belulang, yang telah hancur luluh?, katakanlah :”Ia akan dihidupkan oleh Rabb yang menciptakannya kali yang pertama dan Dia Maha Mengetahui tentang segala makhluk.” (QS. Yaasin : 78-79).

Setelah lelaki itu wafat, anak-anaknya menunaikan wasiatnya. Selanjutnya, Allah SWT bertanya kepada jiwa hamba itu : “Hai hamba-Ku apakah yang mendorongmu melakukan hal tersebut?” Ia menjawab :”Wahai Tuhanku aku takut kepadaMu dan khawatir dengan dosa-dosaku yang banyak.” Allah SWT berfirman :”Hai para malaikat-Ku, saksikanlah oleh kalian bahwa sesungguhnya Aku memberikan ampunan baginya dan memasukkannya ke dalam surga.” (HR. Bukhari-Muslim)

Betapa luas ampunan Allah, bahkan ketika ada sedikit rasa takut dari hamba kepada-Nya, sesuatu yang tidak bisa dibaca oleh semua manusia, maka rasa bahwa ada Allah Yang Maha Kuasa itu bisa menyelamatkan seseorang dari bencana besar di alam berikutnya.

Maka kita tidak bisa menghakimi seseorang semata-mata dari perilaku yang sepintas kita amati atau dari penampilan fisiknya semata, karena kedalaman hati orang tidak terjangkau oleh semua makhluk-Nya. Bisa jadi orang yang tampaknya hidup dalam kelalaian dan berantakan justru malah diselamatkan oleh Allah di akhir hidupnya karena setitik takut dan pengharapan yang tersimpan di dalam hatinya. Sebaliknya bisa jadi orang yang terlihat sholeh dan telah beramal sekian banyak malah berakhir dalam azab karena ada rasa sombong dan merasa diri lebih tinggi di dalam hatinya yang tak sempat dibersihkan hingga ia dipanggil kembali. Na'udzubillahimindzaliik...

Amsterdam, 8 Mei 2018
Dalam merajut hari-hari sambil berdoa "Yaa Wahab...Yaa Wahab...Yaa Wahab..."

Thursday, May 3, 2018

Adab itu membangun keihsanan kepada Sang Pencipta. Melatih diri menertibkan yang fisik agar merembes ke dalam hati.
Adab diamnya anggota badan dalam sholat, membantu agar hati tidak berkeliaran dan tunduk khusyu di hadapan-Nya.
Adab menghadapkan seluruh badan ketika berbicara kepada seseorang, melatih agar hati menghadapkan wajahnya kepada Dia yang senantiasa berkata-kata.
Adab duduk saat makan dan minum sebagai perwujudan ketakziman kepada Dia yang menurunkan makanan (al maidah) dan air pengetahuan dari langit.
Dibalik sunnah Rasulullah saw yang bersifat lahiriyah terdapat samudera keihsanan yang dalam. Bagaikan perjalanan isra mi'raj. Kita harus menempuh isra-nya di bumi diri masing-masing sebelum layak dimi'rajkan. Menertibkan diri dengan adab-adabNya agar layak berdekatan dengan Sang Pemilik Semesta.
Wallahua'lam

- Speeltuin Holendrecht, Amsterdam Zuid- Oost di musim semi yang cerah, Kamis, 3 Mei 2018