Saturday, January 28, 2023

 Ketika hati gelisah, cemas, khawatir dan gundah gulana. Jelas saat itu wajah hati kita sedang diarahkan kepada selain Allah Ta'ala. Karena yang bisa menenangkan hati adalah ketika ia terhubung dalam dzikir kepada Allah Ta'ala.

Maka sasaran dari dzikir dan sekian bentuk ritual ibadah pun sebetulnya adalah untuk membangun hati yang berdzikir kepada Allah Ta'ala. Karena kalaupun seseorang melantunkan ribuan dzikir di lisannya tapi tanpa menyinari hatinya maka kedamaian hanya akan berupa angan-angan yang tak teraih.
Shalat yang dikerjakan tanpa hati pun malah hanya akan membuat seseorang semakin berjarak dengan Allah Ta'ala. Na'udzubillah.

Maka teroponglah hati baik-baik dan sering-sering. Kemana wajahnya dihadapkan. Apa yang menjadi motivasi utamanya. Apa yang menjadi kesenangannya. Apa yang menjadi impiannya. Apa yang menjadi dambaannya. Apa yang menjadi hal yang paling diidamkan. Dan amati, bahwa selama masih ada kecintaan, idaman, tempat bersandar selain kepada Allah Ta'ala, hal-hal itu yang akan memancing musibah, penderitaan, kesedihan dan ketidaktenangan dalam hidup.

Amsterdam, Sabtu 22.42 malam
28 Januari 2023/7 Rajab 1444 H

 Yang namanya orang hidup pasti punya masalah. Itu ketetapan Ilahiyah. Tak memandang status sosial ekonomi. Tak berkaitan dengan jumlah "followers" atau "subscribers" di era sosial media seperti ini. Sejak ia dilahirkan ke dunia ini, masalah akan selalu menguntitnya hingga ia mati. Karena demikianlah natur kehidupan dunia ini.


Sayangnya kebanyakan manusia cenderung tenggelam dalam pemainan menghindar dari masalah atau mencoba menyelesaikan sendiri segenap permasalahannya dengan melupakan Tuhannya, yang mengirim setiap masalah yang ada. Akibatnya sepanjang hidup ia hanya sibuk dari menyelesaikan satu masalah ke masalah yang lain. Satu masalah selesai, tak lama kemudian timbul masalah lain. Yang itu selesai, ada lagi masalah baru. Begitu melelahkan.

Padahal agama menawarkan solusi jitu untuk menghadapi masalah di dunia. Yaitu dengan berserah diri kepada Allah Ta'ala dan ikuti panduan-Nya. Agar kita jangan jadi orang yang fasik, melupakan Allah Ta'ala. Agar kita jangan jadi Fir'aun yang merasa menguasai hidupnya. Itulah sebabnya kita dipanggil menghadap kepada-Nya setidaknya lima waktu dalam sehari. Dalam panggilan adzan pun terucapkan "Hayya alal shalah, hayya alal falah" - marilah menuju shalat, marilah menuju kemenangan. Karena shalat adalah pilar ad-diin, yang membuat tegak setiap sendi kehidupan kita. Maka shalat yang dikerjakan dengan khusyu dan ikhlas akan mengundang kuasa dan karunia-Nya hadir. Kuasa dan karunia Allah itu yang dengan ajaib akan menyelesaikan satu per satu masalah kita. Bahkan masalah yang saat ini kita tidak lihat adanya.

Ingin keluar dari jelitan masalah? Serahkan kembali semua itu kepada Allah Ta'ala yang menciptakannya. Stop playing God. Sungguh kita tak mampu menanggungnya. Tegakkan shalat dengan ihsan dan saksikan kita menjadi pemenangnya. Bagaimana kita bisa menghadapi setiap masalah dengan penyikapan yang berbeda. Memang masalahnya akan tetap ada, sekali lagi - itu sunatullah, tapi batin kita lebih tenang, lebih ajeg, lebih sabar, lebih damai menghadapinya. Akhirnya kita jadi tidak dipusingkan lagi dengan datangnya masalah.[]

Amsterdam, Sabtu malam 21.16
28 Januari 2023 / 7 Rajab 1444 H

 Dengan cinta, api yang membakar jadi cahaya yang membahagiakan.


Cinta itu dayanya menakjubkan.

Lihat seorang ibu yang meregang nyawa melahirkan anaknya. Namun begitu si bayi lahir, ia peluk dan pelihara anak itu dengan penuh kasih sayang.

Lihat seorang ayah yang susah payah mencari rezeki sampai kadang menahan lapar seharian. Tapi begitu makanan ada di tangan, ia utamakan anaknya untuk makan terlebih dahulu.

Lihat seorang anak yang demikian mencintai orang tuanya dan ingin menyenangkannya. Bertahun-tahun dia menyisihkan uang untuk memberangkatkan orang tuanya ke tanah suci. Menyingkirkan keinginannya membeli ini dan itu demi membahagiakan mereka.

Lihat perjuangan seorang guru yang walaupun penghasilannya pas-pasan, ia tidak sampai hati meninggalkan anak-anak ajarnya untuk mencari pekerjaan lain. Demi membina percik semangat menuntut ilmu mereka, anak-anak didik yang dicintainya.

Cinta, suka cita dan keikhlasan adalah saling berkelindan.
Dengannya apapun dalam hidup dijalani dengan ringan saja hatinya. Walaupun secara fisik penuh perjuangan: kadang kurang tidur, adang menahan lapar dan ya, kadang harus menelan kekecewaan, menggigit amarah, menghela keengganan, mengenyahkan rasa takut, dan semua perasaan yang bergejolak sebagai manusia biasa. Tapi cahaya cinta selalu bisa menerangi semuanya. Bahkan relung tergelap yang pernah ada di kedalaman hati seorang manusia yang seolah tak terjamah.

Cinta adalah bahasa pertama kita, sebuah pengetahuan awal. Sejak jiwa-jiwa kita bersaksi di hadapan-Nya dan menjawab pertanyaan "Alastu bi Rabbikum" - "Bukankah Aku Rabb-mu?". Bukankah Aku Yang selalu mencintaimu. Dan kita sempat lupa saat terjun ke alam dunia ini, akan cinta sejati kita. Kemudian kita melompat dari satu kecintaan ke kecintaan yang lain. Dan selalu berakhir dengan kekecewaan, atau setidaknya menyisakan sebuah kesedihan. Karena obyek-obyek yang kita cintai pada akhirnya berpisah dengan kita.

Tapi kita perlu mengalami pasang surut dalam bercinta ini untuk akhirnya mengenal sang Cinta sejati dan agar kita menyadari akhirnya bahwa Dia selalu mencintai kita dan bersaksi kembali dengan sebuah keyakinan "bala syahidna" (betul kami menjadi saksi).*

* QS Al A'raaf [7]:172

Amsterdam, Sabtu malam 28 Januari 2023 / 7 Rajab 1444 H 

 Yang namanya celaka itu tak terduga terjadinya. Saya sering dengar "biasanya bisa...bisanya aman...biasanya selamat..."

Ingat bahwa manusia memang tempatnya salah dan lupa. Dan sungguh lemah dan rentan tanpa perlindungan dari Allah Ta'ala.

Maka jangan lupa baca "bismillah" sebelum memulai sesuatu, memohon pertolongan Allah atas segenap hal yang kita lakukan dalam keseharian. Walaupun kita sering melakukannya dan merasa sudah mahir. Tapi celaka itu tidak tahu ada di titik mana.
Seorang dokter yang biasa menyuntik atau membeda pasien, bisa saja satu tindakan jadi fatal.
Biasanya mengemudi sampai saja ke rumah, siapa tahu terjadi kecelakaan.
Biasanya masak aman-aman saja, siapa tahu celaka teriris atau tersiram air panas.
Biasanya presentasi lancar-lancar saja, siapa tahu tiba-tiba ide hilang dan bicara jadi terbata-bata.
Biasanya inspirasi datang mengalir, siapa tahu tiba-tiba dibuat beku beberapa lama.
Biasanya harmonis hubungan rumah tangga, di satu langkah tak terduga bisa berubah 180 derajat.

Terhadap hal yang sudah terlalu biasa itu kita cenderung melupakan Tuhan. Menyangka bahwa itu semua terjadi dan berhasil karena kemampuan kita semata. Sampai pada suatu saat Dia angkat tangan dan tidak menjadi Rabb atau pemelihara urusan itu. Di titik itu kita menjadi saksi atas keruntuhannya.
Accident happens, kalau kata orang.
Iman kepada Allah mengatakan, itu tak terjadi begitu saja. Ada kehendak Allah di balik itu semua (bi idznillah).

Dan kita berjalan dari satu izin-Nya ke izin Dia yang lainnya. menyangka bahwa kita yang menggerakkan semesta dengan segenap rencana kita. Lupa bercermin bahwa kita hanya boneka yang Dia gerakkan melalui invisible strings. For a reason....

6 Rajab 1444 H / 28 Januari 2023
Sunny day saturday in winter 4,9 derajat Celcius

Friday, January 27, 2023

 “Sesungguhnya Allah tidak akan pernah mengazab kekasih-Nya, tetapi Dia pasti akan mengujinya”

- Rasulullah Saw


Ujian kehidupan sesungguhnya adalah sebuah rahmat Allah yang membawa kemaslahatan yag jangkauannya tidak hanya di dunia tapi sampai akhirat. 

Agar seseorang tak tersibukkan hati dengan selain-Nya.

Agar dia tidak ragu kepada Rabbnya, Sang Pemelihara tunggal sejak awal penciptaan.


Ujian hidup datang bagai banjir bah di zaman Nabi Nuh as yang meluluhlantakkan bumi. Sebuah pembersihan, sebagaimana diri kita yang perlu dibersihkan. 


Banjir Nuh bagi kita bisa berupa kehilangan pekerjaan, bisnis yang tidak laku, perceraian, kematian orang yang dicintai, tubuh dibuat sakit, huru-hara dalam keluarga, masalah dengan anak, konflik di pekerjaan, kena fitnah, ditipu dsb. Tak ada manusia yang sepi dari ujian. Dan ujian itu pun bisa berupa ujian kesusahan atau ujian kenikmatan. 


Itulah sejatinya hidup. Sebuah medan ujian yang besar. 


“(Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri”

QS Al Hadiid:23


Jumat di bulan Rajab 1444 H

10.10 pagi musim dingin di Amsterdam

Monday, January 23, 2023

 Letting Go


Aku sudah lelah Tuhan, mengatur-atur sendiri hidupku.

Satu, dua langkah mulus, tiba-tiba terjegal di langkah ketiga.

Sepuluh, dua puluh langkah lancar, tak terduga di langkah ke dua puluh satu tergelincir.

Bahkan seratus, dua ratus langkah merasa berjaya, tak nyana di langkah ke dua ratus satu terjerembab.


Terlalu banyak hal yang bisa menghancurkan hidup kita, reputasi yang kita bangun, kekayaan yang ditimbun, kejayaan yang digadang-gadang. Itu semua rapuh sekali. Kapanpun bisa hilang. Sama sekali tak bisa diandalkan. How fragile we are.


Aku malu, selama ini sudah berlaku sombong. Terlalu pede mengatur ini dan itu. Menyangka bahwa itu hal yang terbaik. And i was wrong. Dead wrong. Many, many times. Astaghfirullah. I’m so sorry God….


Therefore, i rest my case dear Lord.

Aku sudah lelah mengatur sendiri hidup ini, sudah habis tenaga dalam upaya mengakali takdir-Mu. Hingga akhirnya menyadari bahwa tirai takdir-Mu terlalu kuat untuk ditembus.


Tolong aturkan kehidupanku Tuhan. Every single bit of it. Every single breath of it. Every single step of it.

Aku serahkan kembali semuanya kepada-Mu.

Maaf terlalu lama sok jagoan mencoba merekayasa semua sendiri dan melalaikan Engkau. Sungguh betapa Maha Sabar dan Maha Baik Engkau. Senantiasa menanti dan membuka pintu kembali.


So here i am, surrendering 

Mohon terima ya Allah…


Schiphol, Amsterdam 1 Rajab 1444 H

Sunday, January 22, 2023

 Laki-laki (ar-rijal) adalah pemimpin bagi perempuan-perempuan (an-nisaa’).

Itu hukum langit

Tak melihat berapa penghasilan sang suami,

Tak melihat pengetahuan agama sang suami,

Tak melihat pendidikan atau latar belakang ekonomi dan keluarganya.


Dalam sebuah ikatan sakral pernikahan, suami bagaikan ruh bagi istri yang jiwa. Atau bagaikan jiwa bagi istri yang raga.

Penyatuan ruh dan jiwa serta jiwa dan raga itu akan menghasilkan dharma. Amal shalih yang Allah ridhoi. Misi hidup yang setiap orang mengemban itu untuk dilakukan dalam hidup di dunia yang hanya satu kali ini.


Bagi suami, kehadiran sang istri membuatnya utuh. Yang dengannya ia menjadi lebih menjejak dalam kehidupan.

Bagi istri, dipasangkan dengan sang suami itu adalah kembali kepada habitatnya. Where she feels at home, semestinya. Tak peduli di bumi manapun dia berada. Karena konsekuensi sebuah pernikahan adalah adanya peleburan dua takdir. Bisa jadi karenanya harus ada yang pindah. Harus ada yang berganti atau berhenti kerja. Harus menyesuaikan ritme keseharian dsb.


Dalam pelaksanaannya tak mudah. Sama sekali tidak mudah. Jalaluddin Rumi mengatakan bahwa menikah adalah kalan kematian. Tapi bukan kematian diri yang sejati. Yang dimatikan adalah ego probadinya. Yang dilumpuhkan adalah ambisi dan keangkuhannya. Yang dikekang adalah syahwatnya. Yang dibatasi adalah keinginannya yang liar. Semua itu demi pertumbuhan benih aql di dalam diri masing-masing. Jika sabar menjalani masa penggerindaan. Benih aql itu akan tumbuh menjadi pohon yang buahnya menghasilkan minyak yang bercahaya dan menerangi lapis demi lapis qalb. Terus hingga lapis ketujuh dan pada akhirnya cahaya api (misbah) dalam dirinya menyala. Hanya dalam keadaan ini, seseorang bisa mencapai ma’rifatullah, mengenal Allah dengan sebenar-benarnya. Bukan sekadar dugaan. Jika ia mengenal Sang Pencipta, pasti dia telah melewati tahap mengenal dirinya. Pasti dia diajari ihwal kehidupannya. Hingga ia mampu berkata “Wahai Tuhan, sungguh dalam apa yang Kau ciptakan tak ada kesia-siaan.”


Lihatlah bagaimana sebuah penyatuan laki-laki dan perempuan dalam kaidah agama bisa melambungkan seseorang menjadi insan kamil, seorang manusia sejati.


Amsterdam Arena, mangasuh anak2 di Minggu siang 11.57

Tuesday, January 10, 2023

 Bright


Sering Allah itu menghadirkan figur-figur yang menginspirasi ke dalam ruang hidup kita.

Salah satu figur yang membuat saya bangkit lagi semangat jika lelah membereskan dan membersihkan rumah adalah Bright. Seorang lelaki paruh baya, ayah dari empat anak perempuan yang juga merupakan rekan kerja.


Bright adalah seorang pekerja keras, pagi hari dia bekerja di department store, lepas makan malam lanjut bekerja di restoran sampai dini hari. Kadang hari libur dia menyempatkan diri kerja tambahan sebagai petugas kebersihan. Biaya hidup di Eropa memang tinggi, apalagi dengan empat anak. Memang selain itu Bright juga menyiapkan rumah untuk dia tinggali memasuki usia pensiun di Ghana, di Afrika bagian barat.


Karena jadwal kerjanya yang penuh, kerap kali dia datang kerja dengan mata merah. Menyambung tidur yang total hanya 2-4 jam sehari. Dan itu dia sudah lakukan lebih dari satu dekade lamanya.


Hal lain tentang Bright selain ketekunan dan kerja kerasnya adalah kerapihannya menyiapkan makanan. Cara dia melipat wraps is impeccable👌saya masih kesulitan menirunya. Lalu kalau lihat Bright membersihkan sesuatu, it’s almost look like he was meditating. Gerakannya pelan dan seperti dihayati. Ngga grasa-grusu ingin cepat kelar dan pulang. Maka kalau saya sedang merasa penat membereskan pekerjaan rumah yang itu-itu lagi, dalam memori otak saya terbayang Bright yang dengan tekun membersihkan setiap inci tempat kerjanya. I guess now i have a new meaning to the saying of “take a look at the bright side”😊

Sunday, January 1, 2023

 Masalah dan ujian dalam kehidupan itu adalah sebuah keniscayaan hidup. Tak perlu ciut menghadapinya. Justru saat seseorang disempitkan kehidupannya dan diberi beban ujian dimana rasanya tak ada seorang pun yang bisa menolong dan sepertinya semua pintu tertutup, itu adalah saat Allah Ta'ala ingin menunjukkan kekuasaan-Nya. Bahwa Dia Maha Kuasa. Bahwa Dia selalu hadir. Bahwa kuasa-Nya jauh lebih besar dibanding ujian seberat apapun.


Karena, manusia itu akan sulit mengenal Allah jika selalu ada solusi horizontal, jika selalu bisa mengandalkan teman dan keluarga, jika selalu ada tabungan dan rencana yang dia meletakkan nasib diri dan keluarganya kepada hal-hal tersebut. Lalu, jika kita tidak mengenal Allah di alam yang masih bisa mengandalkan hukum sebab akibat ini, bagaimana kita bisa mengandalkan Allah di alam barzakh dan akhirat yang lebih genting urusannya. Pada hari dimana tak ada lagi jual beli dan pertolongan dari sesama.

Allah sungguh Maha Pengasih, Dia tengah mempersiapkan kita untuk perjalanan yang jauh dan menjelang kehidupan yang lebih hakiki. Maka kalaupun kita masih punya kesabaran yang tipis, setidaknya berbaik sangkalah bahwa di balik semua huru-hara dan kesulitan ini ada sesuatu yang lebih baik yang Dia tengah tumbuhkan di dalam diri kita. Sesuatu yang jauh lebih bernilai dibanding apapun yang luput dan hilang dari kehidupan kita.

Amsterdam, hari pertama di tahun 2023
Pukul 16.00 sore yang mulai menggelap di musim dingin