Thursday, August 28, 2014

Saat Dirundung Kesulitan

Seorang hamba, yang tengah dirundung kesulitan, mengeluh, dengan berbagai cara, kepada Rabb-nya.
Dan Rabb berkata, "Bukankah dengan semua derita dan sakitmu engkau menjadi taat dan berdoa dengan berendah hati kepada-Ku;
Seharusnya yang engkau keluhkan adalah semua kelimpahan yang engkau terima, yang menyebabkan engkau menjauh dari pintu-Ku."
Sejatinya, musuhmu adalah obat bagimu: dia ramuan penyembuhmu, dia hadiah untukmu, dia yang menguasai hatimu; karena dia, engkau bergegas berkhalwat bersama Rabb-mu dan sepenuh diri berusaha mencari Rahmat-Nya.
(Maulana Jalaluddin Rumi)
Sumber: Rumi, Matsnavi IV: 91 - 95
Terjemahan ke Bahasa Inggris oleh Nicholson.
Terjemahan ke Bahasa Indonesia oleh mas Herman Soetomo.

Saturday, August 16, 2014

Kita Mainkan Peran Kehidupan Sebaik-baiknya

Ayat "Arrijalu qowwamuna álannisa"yang diterjemahkan sebagai "laki-laki adalah pemimpin bagi perempuan"dalam Al Quran [4]:34 adalah berbicara tentang keperanan.
Semua orang, entah ia laki-laki atau perempuan berada di bawah sebuah hukum tertentu, jadi jangan merasa "ah, saya sebagai perempuan kok banyak diatur hanya di bawah laki-laki saja!"bukan begitu. Semua tidak ada yang bebas kalau kita konsisten ingin menjadi hamba Allah, artinya kita harus konsekuen dengan hukum yang Allah berikan, kita bebaskan diri ini dari penuhanan dengan hal-hal selain Allah Azza wa Jalla.
Setiap orang diuji dengan apa-apa yang Dia berikan, entah itu dilahirkan sebagai laki-laki atau perempuan, diberikan orang tua tertentu, tubuh tertentu, rejeki tertentu. Kita semua sedang memerankan tokoh tertentu dan urusan (ámr) tertentu, mari kita lakoni peran yang diberikan kepada kita dengan sebaik-baiknya.[]
(Disajikan ulang dari Pengajian Hikmah Al Qurán yang disampaikan oleh Zamzam AJT)

Apa Itu Thayyib?

'Thayyib' sering diterjemahkan sebagai 'baik'.
Allah Taála juga mempunyai sifat Ath Thayyib (Yang Maha Baik)
Dari Abu Hurairah –semoga Allah meridhainya- beliau berkata, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda, “Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Allah adalah baik dan tidaklah menerima kecuali yang baik."
Hadits ini juga menunjukkan bahwa salah satu nama Allah adalah Thayyib (Yang Maha Baik). Allah Maha Baik dalam segala hal; dalam dzat-Nya, sifat-sifat, maupun perbuatan-Nya. Allah tersucikan dari segala macam bentuk aib, cela, dan kekurangan. Tidak serupa dengan makhluk. Tidak ada sesuatupun yang menyamainya.
Perbuatan Allah seluruhnya baik. Apa yang Allah takdirkan pasti baik dan mengandung hikmah, sesuai keadilan dan kelebihan kebaikan (fadhilah) yang Allah berikan. Allah Maha Baik dan tidak menerima kecuali yang baik. Karena itu, ibadah yang diterima Allah adalah hanya ibadah yang baik (thayyib).
Kethayyiban itu juga hal yang berkaitan dengan persoalan dirinya, sifatnya sangat personal. Dengan kata lain, sesuatu yang thayyib buat seseorang belum tentu thayyib buat orang lain. Jadi, kethayyiban berkaitan dengan pengetahuan seseorang tentang dirinya, mulai dari makanan yang baik buat dirinya, pakaian yang pas untuk dirinya, kendaraan yang cocok untuk dirinya, semua diukur dengan seksama sehingga tidak berlebihan atau tidak kekurangan.[]
(Disajikan ulang dari Pengajian Hikmah Al Qurán yang disampaikan Zamzam AJT & http://darussalam-online.com/kajian/ahad-subuh/pelajaran-dari-kata-thayyib-di-dalam-alquran/)

Makna 'Menjulurkan Pakaian'

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Sesungguhnya orang yang menjulurkan pakaiannya dengan sombong, maka Allah tidak akan melihatnya pada hari kiamat nanti.” (HR. Muslim No. 2085)
Zaman dulu rasulullah melarang memanjangkan jubah sampai melampaui batas mata kaki, mungkin sekarang tidak masalah berpakaian seperti itu. Namun bentuk 'jubah-jubah' lain entah itu kendaraan, merk pakaian tertentu, rumah mewah, pangkat, anak dll itu semua bisa jadi sebuah jubah yang dipanjangkan. Dia sebenarnya sedang memanjangkan sumber-sumber keangkuhan dalam dirinya.
(Disajikan ulang dari Pengajian Hikmah Al Qurán yang disampaikan Zamzam AJT)

Kita Mungkin Masih Musyrik


Kemusyrikan adalah penyembahan terhadap berhala.
Seringkali fokus kita lebih terhadap objek-objek kemusyrikan yang ada di luar diri, seperti cincin ajaib atau patung yang disembah. Sebetulnya keberhalaan itu ada dalam diri sendiri, bahwa kemudian ada patung di luar hanya sebuah bukti yang Allah Ta'ala tampilkan bahwa di dalam hatinya masih ada berhala.
Mungkin kita tidak memiliki patung besar yang disembah-sembah, tapi berhala itu bisa jadi berbentuk mobil terbaru yang dinanti-nanti, pekerjaan atau jabatan top yang dikejar siang-malam, proyek tertentu yang bisa jadi dibalut nuansa dunia, kemanusiaan atau spiritual yang kita perjuangkan mati-matian, keluarga yang kita dambakan dan sayangi dan lain-lain dari mulai yang berwujud secara material hingga yang samar. Semuanya bisa jadi obyek sembahan kita di samping Allah Ta'ala.
Seorang ustadz pernah memberikan tips menarik untuk menguji apakah sesuatu itu menjadi obyek yang kita sembah atau bukan. Tanyakan kepada hati masing-masing dua pertanyaan ini berkaitan dengan obyek tertentu:
1. Adanya membuat hati kita tenang
2. Tidak adanya membuat hati kita gelisah.
Nah mari kita bertafakur menguji masing-masing sesuatu yang melekat pada kita per hari ini, apakah sesuatu itu kemudian menjelma menjadi sesembahan kita tanpa kita sadari. Jika ya, bisa jadi hati kita masih diliputi oleh kemusyrikan. Astaghfirullahaladziim....
(Disajikan ulang dari Pengajian Hikmah Al Quran : Hikmah Surat Al Baqarah yang disampaikan oleh Zamzam AJT & kultum di RS Asri Purwakarta)