Friday, February 28, 2014

Mengenal "Sang Khazanah Tersembunyi"

"Aku adalah Khazanah Tersembunyi (Khanzun Mahfiy), dan Aku rindu untuk dikenal.
Lalu Aku ciptakan alam ciptaan sehingga Aku dikenal."
(Hadits Qudsiy)

Syekh Najmuddin Al Qubra dalam Kitab Adab Al Suluk berkomentar tentang ini, bahwa yang dimaksud perjalanan untuk menyingkap Sang Khazanah Yang Tersembunyi berarti hati manusia akan dikonfrontasi oleh berlapis jenis hijab, halangan, tantangan dan terpisah oleh jarak yang jauh.

Disebutkan juga bahwa hijab pertama yang harus disingkap dan merupakan hijab yang terbesar adalah diri sendiri. Oleh karena itu dikatakan "Barangsiapa yang mengenal dirinya akan mengenal Rabbnya", karena memang pengenalan akan diri yang sejati, bukan diri bentukan yang terdidik sekian lama oleh hawa nafsu, syahwat dan sayyiah orangtua dan lingkungan.

Hijab pertama ini yang menyebabkan seseorang meragukan Tuhan dalam berbagai aspek kehidupan, ia mempertanyakan "mengapa begini? mengapa begitu? " beranggapan bahwa ide dan pikirannya lebih baik daripada rencana Tuhan. Ciri lainnya adalah ia harus pontang-panting menerima kenyataan hidup yang seringkali menjegal keinginannya yang kebanyakan berdasarkan hawa nafsu dan syahwat seraya mengeluh bahkan marah kepada Tuhan.

Saat seseorang masih berat hati menjalani kehidupan,
Saat dia masih dibuat galau oleh kenyataan dunia
Saat dia masih dibuat gentar akan hari esok
Itulah tanda masih tebal ketertutupan hatinya (kafara), inilah kekafiran yang sesungguhnya
Hijab hati yang paling gelap
Sungguh patut kita istighfari dengan serius…[]

Monday, February 17, 2014

Apa Pentingnya Shalat?

"…dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat…" 
(QS Al Baqarah [2]: 43)

Kenapa di dalam Al Qur'an selalu dikaitkan antara shalat dan zakat?

Kalau kita bicara iman dan amal sholeh, maka wakil ibadah mahdhoh dari keimanan adalah shalat, sedangkan wakil ibadah mahdhoh dari amal shaleh adalah zakat.

Apa pentingnya shalat?

Pada hakikatnya shalat adalah untuk si hamba bukan untuk Allah, karena Allah tidak perlu dipuja manusia, Dia Yang Maha Mulia. Adapun kita shalat adalah agar jiwa kta terhubung kepada Allah Ta'ala, Yang Maha Hidup, Maha Ilmu, Maha Menuntun.

Namun, apabila baru menegakkan shalat, kita seperti baru menegakkan sendi keimanan, harus dilengkapi dengan beramal shaleh, bentuknya macam-macam, bisa menolong orang, bersedekah, berkorban, dan semua itu adalah justru dipersembahkan untuk Allah Ta'ala. Keduanya : shalat dan zakat, saling berkaitan untuk mensucikan jiwa manusia.

Jadi kalau sudah sekian lama kita mengerjakan shalat tapi jiwa masih tertutup, masih buta terhadap kehidupan, dibuat bingung dan pusing dengan masalah yang ada, bisa jadi penanda bahwa shalat kita belum tegak dan belum ikhlas mengerjakannya.[]

Friday, February 14, 2014

Gelapnya Hari Esok Menjadikan Kita Manusia Yang Sempurna

Hari esok memang gelap, tapi kita tetap harus berencana, memberikan hak bagi pikiran kita, karena pikiran akan cenderung lari kemana-mana kalau tidak diberikan haknya dengan baik. Jangan pula kita terikat dan dihantui trauma masa lalu, itu tidak boleh dalam suluk.

Manusia kalau diberikan kepastian dalam persoalan cenderung tidak akan fakir hatinya, justru dengan kegelapan itu membuat mereka menemukan Tuhan, mereka menjadi bersimpuh tidak berdaya dalam kehidupan. Kita kan tidak pernah tahu apa yang akan terjadi esok, adapun kita sebatas merencanakan, makanya niat baik pun diberi pahala, padahal baru sebatas niat.

Sekali lagi, kita berkiprah di saat ini, di hari ini, gelapnya masa depan justru akan membuat kita memohon pertolongan kepada Allah, siapa lagi coba yang senantiasa siap menolong kita? Jibril as? Nabi as ? Pasangan ? tidak ada, hanya Allah Ta'ala yang memandu kita, DIa yang selalu mendengar bisikan bahkan bisikan yang terhalus yang ada dalam hati kita yang bahkan makhluk lain tidak ketahui.

Maka tidak bisa hidup itu harus selalu sesuai dengan rencana kita, pasti akan ada benturan, ada hambatan, ada tantangan, karena natur ketidakberdayaan harus ada. Kita memang merencanakan, tapi itu semata-mata hanya memberikan hak pikiran saja, kalau nggak kita akan goncang menghadapi kehidupan. Kalau niat kita mencari Allah, maka apapun yang kita dapatkan esok hari, yang saat ini masih gelap, itu semua adalah rezeki lahir dan batin.[]

Monday, February 10, 2014

Jangan Menengok Ke Belakang

Dalam hidup kita akan diperjalankan dari satu episode ke episode yang lainnya. Seperti halnya Bani Israil yang dihijrahkan bersama Musa as, meninggalkan zona nyamannya di negeri Mesir.

Namun tidak sedikit manusia yang mengeluh pada saat dihijrahkan lalu membandingkan kehidupannya dengan yang lalu. 'Menengok ke belakang' tidak diperbolehkan dalam kondisi seperti ini, konsekuensinya akan 'ditenggelamkan' seperti halnya istri Nabi Nuh as yang ditenggelamkan karena tidak taat kepada suami dengan menengok ke belakang.

Hati-hati, jangan membanding-bandingkan masa lalu dengan sekarang, kita yang nyata adalah yang hari ini, jangan sedikit-sedikit berkata "Aduh, saya dulu begini-begitu..sekarang kok menderita" dsb. Bersabarlah menyambut ketetapan-Nya []