Thursday, October 25, 2018

Allah Yang Maha Adil sudah mengukur secara presisi diri kita beserta setiap takdir yang melingkupi. Kapan kita tertawa, kapan kita bahagia, kapan kita menangis, kapan kita tidur nyenyak, kapan kita terjaga semalaman, kapan dalam ketenangan, kapan dalam badai ujian. Semua adalah obat yang baik untuk meruntuhkan sekian banyak penyakit yang bercokol di hati. Kalau kita sabar saja meminum segala kadar takdir yang sudah ditakar itu, niscaya jiwa akan semakin kuat dan semakin paham alur pengaturan kehidupan yang Dia berikan.
Adalah manusia yang meluluhlantakkan skema pengaturan terbaik yang telah ditata oleh Sang Maha Pencipta di kurun waktu yang jauh sebelum kita semua hadir secara fisik di muka bumi. Dengan mengikuti hawa nafsunya manusia cenderung meronta dalam 'treatment' kehidupan yang Dia tetapkan.
Dengan syahwatnya manusia cenderung menginginkan apa yang bukan bagian dirinya sehingga menjalani hidup di luar orbit yang telah ditetapkan.
Untuk masalah harmoni kehidupan kita harus banyak belajar dari alam semesta yang tunduk pada ketetapan-Nya. Pada planet-planet yang patuh mengorbit dalam jalur pribadinya masing-masing dan tidak perlu beradu cepat dengan yang lain.
Pada pepohonan yang tunduk menggugurkan daunnya di musim dingin agar bisa menumbuhkan kembali dedaunan dan buahnya di musim semi, walau ia harus terlihat gundul dan kehilangan mahkotanya sesaat.
Pada lebah yang tahu bunga mana yang menjadi makanannya dan mengambil seperlunya serta kapan waktu yang tepat sambil menebarkan serbuk sari bunga hingga membuat bumi subur dengan pohon-pohon bunga yang indah.
"Akan tetapi engkau manusia,
Engkau tidak pernah sungguh-sungguh dalam ketaatan kepada-Nya." - Kitab Nabi Idris

Eifel, Jerman
25 Oktober 2018

1 comment: