Tuesday, March 22, 2022


 Sejak kecil saya suka sekali mengamati manusia dan segala tingkah lakunya. Kalau sedang duduk di sarana transportasi umum atau mall entah kenapa suka terkagum-kagum dengan sekian dinamika manusia. Mereka berbicara dan berinteraksi satu sama lain. Tak pernah ada manusia yang sama, bahkan kembar siam sekalipun berbeda sekali jalan hidupnya. Siapapun yang mengkreasi di balik ini pasti hebat sekali Ilmu serta Kreativitasnya.


Sampai sekarang ketakjuban memerhatikan manusia itu masih ada. Maka saya senang ngobrol, diskusi atau mewawancarai mereka. Itu kenapa saya menikmati profesi menjadi dokter dulu dan sekarang personal coach, dengannya saya bisa menyelami lebih dalam kehidupan seseorang dengan segala pasang surutnya dan menyaksikan kemegahan desain Sang Pencipta. 


Sungguh satu manusia adalah sebuah semesta yang mengagungkan dengan semua takdir hidup yang melingkupinya. Kemudian bayangkan milyaran manusia dibuat saling berinteraksi dengan mencengangkan takdir hidupnya, saling bersilangan dan saling berhubungan menciptakan sebuah pola tertentu. Sesuatu yang bisa kita baca. Isn't it amazing? 


Suami dan teman-teman dan keluarga dekat saya sudah paham kalau tiba-tiba saya seakan "menghilang" di tengah keramaian. Karena saya seakan ada di sebuah dunia paralel yang menyuarakan hal lain dari sekadar yang nampak.


I hope I'm not sounds too crazy to you. Sekadar ingin berbagi ketakjuban saya melihat pemandangan di balik jendela hari ini. Semua pergerakan demikian indah. Ada nenek-nenek yang dibantu menyeberangi jalan oleh seorang pegawai toko di seberang jalan. Seorang anak muda yang berbagi makan siangnya dengan burung-burung merpati yang mematuk-matuk paruhnya mencari makan. Seorang paruh baya yang sibuk membersihkan kaca-kaca apartemen dengan pakaian kerja khususnya. Semua kehidupan dan segenap aktivitas ini. What is the end game?

Kemana semua ini berakhir?

Rasanya tak mungkin manusia sekadar lewat hidup, berkarir, berkeluarga, get a good life and that's it. Cease to exist.


Di bumi yang tercipta 4,5 milyar tahun ini ras manusia baru seperti kemarin sore saja hadir. Rasanya tak masuk akal jika penciptaan bumi yang dihamparkan dengan demikian njelimet dan presisi kemudian pada saatnya digulung pada hari kiamat hanya untuk ditinggali oleh manusia-manusia yang bermentalitas "bagaikan hewan ternak". Mencari kenyamanan dan keberlangsungan hidup secara fisik dan mati.


What's next? Sesempit itukah skenario yang ada? I don't think so. And i'm determined to find out. Di sela-sela kesibukan keseharian. Jendela ini salah satu tempat saya berefleksi. Sebuah jeda sesaat dari semua daftar "things to do". Sejenak keluar dari agenda keseharian.

Mencoba melihat dari jarak jauh, to keep the perspective.

Mengevaluasi langkah yang ada.

Sambil memohon agar Dia membimbing dan mengajari.


This window, turned out to be one of the place where I keep my sanity...

No comments:

Post a Comment