Sunday, March 6, 2022

 Iming-iming permen 


Memasuki usia di atas 7 tahun anak-anak mulai nego kalau diajak jalan-jalan bersama. Ngga semudah saat masih kecil dulu. They started to raise question like, "what's in for me?"


Termasuk hari ini. Saya dan papanya anak-anak bermaksud belanja kebutuhan baju mereka bersama. Iya, baju mereka lho ya - bukan saya - yang setiap beberapa bulan itu harus diupdate menyesuaikan pertumbuhan badan mereka yang makin meninggi dan membesar. Alih-alih antusias, mereka tampak kurang bersemangat. Sampai papanya menunjuk toko permen yang ada di sekitar, seketika itu juga wajah mereka berubah sumringah, bahkan langsung lari mendekati toko permen itu sambil lidahnya menjulur-julur seperti sudah bertahun-tahun tak pernah melihat permen.


Dasar anak. Saya dan suami saling berpandangan dan geleng-geleng kepala sendiri menyaksikannya sambil tersenyum.geli menyaksikan tingkahnya yang melompat-lompat bagai Sun Go Kong di depan toko permen. Tampaknya strategi iming-iming permen yang diterapkan suami saya itu berjalan mulus. Mereka jadi semangat belanja baju keperluan mereka karena tahu setelah itu mereka dapat "hadiah" di toko permen.


Menyaksikan hal itu saya jadi berkaca kepada diri sendiri, bahwa kerap kali saya bisa jadi bertingkah pola seperti mereka di hadapan Allah. Emoh dan ogah-ogahan saat diajak melakukan sesuatu yang sebenarnya baik untuk jiwa-raga dan dunia-akhirat tapi toh akal jiwa saya belum sampai kesana untuk memahaminya. Akhirnya kadang Allah memberi "iming-iming permen", bedanya permen itu berbentuk hal lain seperti kenyamanan, penghasilan, pujian, karir yang cemerlang, apapun yang merupakan bagian dari ciptaan-Nya. Sebegitunya karena nampaknya untuk mencintai Dia Yang Gaib itu perlu batu-batu loncatan yang banyak yang hanya bisa ditembus oleh mereka yang benar-benar ikhlas mencari-Nya. Maka untuk sementara waktu, just to keep us going. Dia bisa jadi memberikan "iming-iming permen" tadi itu. Agar kita tidak tenggelam dalam pusaran pasir hisap kehidupan yang mematikan segenap potensi jiwa kita. Wallahu'alam.

No comments:

Post a Comment