Wednesday, August 10, 2022

 

NGE-FANS

Perilaku para fans itu sering bikin geleng kepala.

Mereka rela ngantri berlama-lama bahkan sampai bermalam di sekitar arena pertunjukan demi melihat sang idolanya tampil.

Demi melihat aksi idolanya secara langsung itu mereka tak sedan merogoh saku yang cukup dalam, sambil pinjam dan minta sana-sini kalau perlu.

Apapun yang idolanya lakukan senantiasa dipantau. Mode rambutnya ditiru, jenis pakaian dan perhiasannya diikuti.

Segala apa yang keluar dari lisan dan kehidupan sang bintang pujaan selalu diikuti tanpa kehilangan jejak.

Orang itu kalau sudah ngebet dan jatuh hati sama seseorang, apapun yang datang dari orang itu akan indah rasanya. Kadang dalam sebuah pertandingan bola, seorang pemain kelas dunia akan melempar baju yang dia kenakan yang penuh keringat itu ke arah penonton dan para fans akan berebutan untuk mendapatkannya. Tidak masuk akal.

Tapi memang perilaku fans itu tidak untuk dipahami di ranah akal, memang hanya bisa diraba dalam tataran perasaan. Karena cinta itu tak butuh logika.

Itu level nge-fans sama makhluk di tataran dunia. Yang perilakunya seperti kerbau dicocok hidung. Apa saja yang datang dari sang bintang pujaan selalu disukai, selalu dicermati, selalu dinanti.

Kalau boleh jujur, kita bisa ngga ya se-ngefans begitu sama Tuhan? Sehingga apapun ketetapannya disambut dengan sorak-sorai. Apapun titahnya diikuti tanpa bertanya-tanya, pokoknya jadi tren kehidupan saja otomatis. Apapun pembagian-Nya dijalani saja, sampai rela bangun di sepertiga malam,  ngantri di ajang umrah dan haji, menyisihkan rezeki yang ada. Apapun yang datang dari-Nya disambut suka cita. Mirip para fans menyambut dengan suka cita dan euforia.

Artinya, kalau masih mempertanyakan takdir-Nya, mengeluhkan pembagian rezeki-Nya, merasa berat hati menjalani ketetapan-Nya. Jangan-jangan memang kitanya yang ngga nge-fans banget sama Dia. Akhirnya semua dirasa jadi beban dan tidak happy menjalani kehidupan. Tapi karena hati hanya memiliki satu rongga. Ketika seseorang tidak mencintai sesuatu, itu karena semata-mata ada obyek kecintaan lain yang tengah bercokol di singgasana hati itu. Walaupun Tuhan kerap disebut dalam shalat misalkan, tapi yang lebih didambakan adalah tuhan-tuhan lain yang lebih mengendalikan hidupnya. Ia bisa berupa obyek-obyek hawa nafsu seperti kebanggaan, nama baik, pangkat, jabatan, status kehidupan, popularitas, kehormatan, prestasi dll. Atau obyek-obyek syahwat sepetri kecintaan kepada perempuan, laki-laki, comfort life, makanan enak, tidur enak, rumah mewah, mobil mewah dll.

Mestinya fans sejati adalah ia yang obyek fanatismenya adalah Tuhan semata. Sebagaimana asal kata “fanatik” sendiri yang berasal dari kata Latin “fanaticus” yang berkaitan dengan “kuil” atau “fanum”- sesuatu yang dikaitkan dengan “religious maniac” di abad ke-17. Sekarang, obyek-obyek fanatisme itu sudah berubah menjadi bentuk-bentuk lain (idols) yang nyata, bisa dilihat, bisa diraba, bisa ditonton dll. Memang tidak mudahnya mencintai Dia Yang Gaib – tanpa pertolongan Allah Ta’ala. Hanya fans sejati yang bisa menembus semua penghalang yang ada.[]

 

No comments:

Post a Comment