DIAMNYA ADALAH BICARANYA
Ini salah satu kunci mengubah kehidupan kita berdasarkan Al Quran, ketika merasa bingung dengan kehidupan dan pekerjaan yang ada, mungkin merasa masalah tidak kunjung usai, atau merasa terus berada dalam penantian panjang. Coba kita perhatikan panduan dari Allah Ta'ala dalam surat Al Ahzab [33]:70-71
"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar (qaulan sadida), niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar."
Yang dimaksud dengan "perkataan yang benar" (qaulan sadida) bukan hanya terbatas sesuatu yang dicetuskan oleh lisan kita. Karena yang namanya komunikasi itu ada yang verbal dan bahkan sebagian besar berupa komunikasi non verbal.
Di ayat lain dalam Al Quran (QS Yaasiin : 65) bahkan diperingatkan bahwa setiap anggota tubuh kita nantia akan diberi kemampuan berkata-kata dan memberi kesaksian tentang apa saja yang telah dilakukannya.
Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan.”
Jadi "perkataan" itu tidak sebatas sesuatu yang keluar dari lisan. Dia adalah lebih kepada ekspresi dan wajah seseorang. Karena itu diamnya seseorang, walaupun tidak keluar sepatah katapun dari lisannya tapi kita bisa lihat dari sorot matanya ketika marah, dari wajahnya yang murung, dari mulutnya yang cemberut, dari gerak tangannya yang menghentak karena kesal. Itu adalah "lisan" kita juga, sebuah ekspresi hati kita pada saat itu.
Dengan kata lain, ayat ini sungguh sebuah kunci besar dalam mengubah keadaan hidup kita. Yaitu dengan mengubah diri sendiri. Mengubah mood hati. Mengubah respon kita terhadap keadaan dan situasi yang Dia hadirkan. Mestinya lebih sabar, lebih pemaaf, lebih pengertian, lebih banyak senyum, lebih ceria, lebih menerima apa adanya, lebih memberi peluang, lebih lapang hatinya. Dan otomatis akan kurang mengeluh, kurang ngambekan, kurang pundungan, kurang sombongnya, kurang dendamnya, terus demikian hingga hatinya bersih dari itu semua. Hingga tak ada yang 'lisan' keluarkan kecuali kebersihan dan kebaikan.
Jadi ada pemahaman lebih dari peribahasa "Mulutmu harimaumu" karena mulutnya bisa jadi diam, tapi jari jemarinya mengetik hal-hal yang mencederai, matanya menatap tajam dan sinis, tangannya menyentak. Ia memang diam, tak ada satu patah katapun meluncur dari mulutnya. Tapi dalam diamnya itu dia tetap 'berkata-kata'. Dan itu tetap akan terkena hisab.[]
Amsterdam, 7 Juni 2022 / 8 Dzulqa'dah 1443 H
No comments:
Post a Comment