Tuesday, September 13, 2022

 HADAPI SAJA


Dari zaman ke zaman sering terjadi peristiwa yang musykil dan bahkan mustahil.

Semustahil laut yang tiba-tiba terbelah dan menyelamatkan suatu kaum yang bisa menyeberang karenanya.
Semustahil Nabi Yunus as yang ditelan oleh ikan paus berhari-hari dan masih bisa hidup setelahnya.

Semusykil jumlah pasukan yang sedikit di Perang Badar yang bisa mengalahkan armada pasukan yang berjumlah 3 kali lipatnya.
Semusykil gadis desa bernama Joan of Arc yang tidak pengalaman perang tapi kemudian memimpin pasukan Perancis memenangkan pertempuran melawan Inggris yang menentukan peta peradaban dunia selanjutnya.

Dalam kehidupan yang dekat di hari ini, kita pun kerap mendengar keajaiban itu.
Bagaimana orang tua memiliki 12 anak, semuanya lulus semua jadi dokter sedangkan penghasilan ayahnya hanya mengandalkan dari jasa menarik becak. Suatu hal yang musykil.
Seperti musykilnya mengobati pasien stadium terminal kanker yang diperkirakan hidupnya hanya hitungan minggu atau bulan dan tiba-tiba sel-sel kankernya hilang begitu saja dari tubuhnya.

Orang menyebutnya miracle, outliers, coincidence, wonders of nature, keajaiban, atau bahkan kebetulan tanpa sedikitpun menyinggung causa prima, Sang Penyebab di balik itu semua. Maklum di zaman ini menyebut kata "Tuhan" cenderung dianggap klenik, tidak keren, mumbo jumbo, kurang saintifik atau tidak relevan. Na'udzubillah. Kita jadi orang yang cenderung melupakan Tuhan dan mengagung-agungkan sains yang padahal baru berkembang seumur jagung bahkan jauh lebih singkat dari itu dibandingkan usia bumi kita sendiri.

Tapi memang iman itu bukan mainan logika. Ia tak akan sanggup menjangkaunya. Iman itu adanya di qalb. Sebuah entitas yang tak terjangkau oleh deteksi alat-alat canggih laboratorium sains ataupun perhitungan model-model mutakhir. Iman adalah sesuatu yang diseru oleh para rasul sejak manusia ada di muka bumi. Karena para rasul itu berfungsi untuk membawa manusia dari kegelapan kepada cahaya. Dan nur iman adalah bagian dari cahaya itu.

Bagi orang yang beriman, berhadapan dengan hal yang musykil bahkan mustahil adalah sebuah keniscayaan. Maka jangan kaget, kehidupan orang beriman tidaklah mudah. Tapi itu adil saja. Kenapa demikian? Karena backingnya orang beriman adalah Allah Ta'ala. Itu yang membuat sekian banyak hal yang ajaib terjadi di dunia ini. Ketika kuasanya hadir against all odds.

Kalau Dia memudahkan, tidak ada yang sulit.
Kalau Dia melapangkan, tidak ada yang sempit.
Kalau Dia menerangi, tidak ada yang gelap.
Kalau Dia mengangkat, tidak ada yang terpuruk.

Kalau Dia memberi damai, tidak ada artinya huru-hara.
Kalau Dia memberi kepuasan di hati, tak ada artinya sebuah episode kekurangan.
Kalau Dia memberi kebahagiaan, sebuah kesepian dan derita menjadi seakan tak bertaring.

Seperti Nabi Ibrahim as yang pernah dilempar ke dalam gunung api dan dia tidak merasakan panas sedikitpun karena sang api diperintahkan untuk menjadi dingin oleh Allah Ta'ala.
Maka kehidupan orang mukmin akan bagaikan ditimpa prahara dari luar. Orang lain mungkin akan merasa iba dengan keadaannya. Orang yang tak paham akan bahkan mengira ia tengah diazab. Tapi semua api kehidupan itu tak membinasakannya, karena si mukmin tawakalnya 100% kepada Allah Ta'ala.

Jadi, apapun permasalahan yang Allah datangkan dalam kehidupan kita hadapi saja. Sungguh tidak akan binasa kita dalam aliran takdir-Nya. Dan tidak akan kecewa mereka yang berharap dari-Nya.[]

No comments:

Post a Comment