Tuesday, October 17, 2017

Berserah Diri Berarti Paham PengaturanNya Adalah Yang Terbaik

Seorang muslim adalah orang yang menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah Ta'ala, sesuai dengan nama agama Islam yang salah satu artinya berserah diri.
Arti berserah itu paham kalau hanya Allah yang tahu ihwal diri kita, apa yang terbaik bagi kita dalam kehidupan kini dan yang akan datang.

Namun kebanyakan orang berkiblat pada hawa nafsu, berserah diri pada keinginan ego dan syahwat, bukan kepada kehendak Allah. Orang yang belum berserah diri menganggap semua rencana yang ia susun di dalam benaknya adalah yang terbaik untuknya sehingga berkeyakinan jika itu belum diraih maka ia belum meraih kebahagiaan.

Sungguh kasihan orang yang terbelenggu dengan hawa nafsu dan syahwatnya karena natur dari hawa nafsu adalah senantiasa menginginkan dunia dan tidak akan kenyang sebelum mulut dipenuhi oleh tanah, dengan kata lain ketika jasad sudah dikubur di dalam kegelapan bumi.

Agama diturunkan menawarkan solusi untuk terbebas dari semua belenggu penjajahan hawa nafsu dan syahwat diri yang cenderung memperbudak jiwa manusia. Jika seseorang mau berserah diri saja, maka semua jalan, pengaturan dan kebaikan-Nya akan mulai nampak sehingga manusia tidak perlu tenggelam dalam duka nestapa karena Dia tidak pernah berhenti melimpahkan anugerah dan pertolonganNya di setiap saat.

Berserah diri tentu berbeda jauh dengan pasrah tanpa terlebih dahulu mengoptimalkan ikhtiar. Karena pemahaman bahwa Allah selalu memberi yang terbaik tidak akan datang begitu saja. Harus ada upaya dari sang hamba untuk menuntut ilmu, berkawan dengan teman-teman yang memberi manfaat baik bagi jiwa dan mengubah gaya hidup menjadi melihat kehidupan akhirat nanti sebagai bagian yang tak terpisahkan dengan aktivitas di dunia per hari ini.

Tentu tidak mudah pada awal waktu, karena hawa nafsu dan jiwa akan selalu menginginkan hal yang berbeda. Di situlah justru jihad akbar kita masing-masing.

(Adaptasi dari kelas pembekalan yang disampaikan oleh Kang Zamzam AJT, Mursyid Penerus Thariqah Kadisiyah. Dari catatan mbak Dian Noviyanti)



No comments:

Post a Comment