Friday, April 8, 2022

"Mama, aku sudah bikin note untuk Tuhan, tapi ngga dibalas..." kata Rumi.

Rupanya ia meninggalkan whiteboard kecil untuk Tuhan di sebelah tempat tidurnya semalam dan berharap begitu ia bangun di pagi hari Tuhan bisa menuliskan responnya disitu.

Saya peluk anak itu dan mencoba menjelaskan sebisa mungkin ada level akal anak berusia 7 tahun bahwa cara Tuhan membalas pertanyaan dan doa kita di dunia ini melalui seluruh ciptaan-Nya. Dan bahwa cara Dia berkomunikasi langsung adalah melalui hati (qalb) seseorang.

Saya perhatikan matanya masih menerawang jauh ketika saya coba memberi penjelasan. Memang mencoba memahami Sang Pencipta dibutuhkan daya imajinasi yang luar biasa. Sebuah mission impossible sebenarnya jika bukan Dia sendiri yang menjelaskan ihwal Dirinya kepada kita. Karena bagaimana mungkin manusia yang bodoh dan fakir ini bisa menjangkau Sang "laisa kamitslihi syai'un" - tidak ada satupun yang serupa dengan Dia.

Tapi, melihat upaya Rumi seperti ini mengingatkan saya saat kecil ketika mencoba menulis surat kepada Tuhan. Karena saya selalu menatap ke langit ketika berdoa, jadi satu-satunya cara mengirim surat tersebut adalah dengan menerbangkannya ke angkasa. Maka saya tuliskan surat saya di permukaan balon gas yang kemudian saya terbangkan ke atas :) Dan tentu saja saya tidak pernah mendapatkan balasan berupa balon gas lain atau berupa sepucuk surat dari Tuhan. Namun demikian, rasanya melihat ke belakang, Dia membalas dengan demikian banyak melalui sekian banyak bimbingan dan pengaturan kehidupan-Nya. Kadang kita baru bisa memahaminya berpuluh tahun kemudian bahwa Dia selalu ada dan kontan membalas setiap seruan kita.

Hanya saja, kerap kali kita tidak sabaran. Atau akalnya masih berharap balasannya langsung seperti apa yang kita inginkan dan pada waktu yang kita tetapkan. Padahal apa yang Allah berikan jauh lebih baik dari sekadar apa yang kita minta, hanya saja bisa jadi respon-Nya tidak seperti yang kita bayangkan dan tidak dalam waktu yang kita inginkan.

Kalau kita bisa tersenyum geli melihat kelakuan seorang anak yang menulis surat dan berharap Tuhan membalas menulis dengan tulisan tangan-Nya langsung di sana. Jangan-jangan gantian para malaikat yang geli melihat kenaifan kita yang berdoa dengan cara mendikte Tuhan minta uang, jodoh, ketemu diri dan segala keperluan pribadi dengan term and condition yang kita buat-buat sendiri...

No comments:

Post a Comment