“Gara-gara dia bisnis saya jadi merugi!”
“Gara-gara dia rumah tangga berantakan!”
“Gara-gara dia anak saya jadi kacau begini!”
Kesulitan, musibah dan ujian adalah bagian
dari kehidupan.
Apalagi bagi orang beriman, ajang kehidupan dunia setiap detilnya betul-betul
untuk memurnikan jiwanya dan mengamankan kehidupan dia di alam berikutnya.
Allah Ta’ala berfirman dalam Al Quran,
“Kebajikan
apapun yang kamu perolah adalah dari sisi Allah dan keburukan apapun yang
menimpamu itu dari kesalahan dirimu sendiri” (QS An
Nisaa [4]: 79)
Artinya tak ada sedikitpun keburukan yang
menimpa manusia kecuali itu bersumber dari kesalahan dirinya sendiri. Hanya
saja kebanyakan orang tidak menyadari keburukan hati yang tersimpan di dalam.
Kelihatannya saja shalih dan baik padahal
di dalam hatinya tersimpan kedengkian, tidak suka melihat orang lain – apalagi saingannya
berbahagia.
Merasa diri sudah ibadah dengan baik
padahal dalam hatinya tersembunyi kebencian dan kebengisan kepada orang lain.
Semua penyakit itu tidak akan nampak
kecuali dia dihadapkan pada sebuah permasalahan dan ujian tertentu. Itulah sebabnya manusia
butuh ditempa dalam medan ujian, agar dirinya mengetahui apa sebenarnya isi
hatinya.
Jika seseorang menyadari bahwa kehidupan
yang Allah hamparkan tak lain berupa proyeksi tiga dimensi dari gambaran
hatinya per saat itu, maka respon ia ketika menghadapi sebuah permasalahan
tidak akan lagi mudah menunjuk hidung orang, melempar kekesalan dan amarah
kepada orang lain. Ia akan cenderung istighfar dan mencoba meneropong ke dalam
diri. Hijab hati manakah kiranya yang mengundang takdir yang nampaknya buruk
ini?
No comments:
Post a Comment