Kemarin saya bantu teman saya pindah apartemen di Amsterdam. Saat memindahkan barang kebetulan kursi di depan hanya bisa diisi dua orang sehingga saya dengan sukarela bersedia duduk di belakang mobil cargo yang tertutup tanpa jendela. Sang supir memang sempat menyalakan lampu di dalam mobil sebelum berangkat namun saat mesin mobil menyala lampunya mati dan saya pun duduk dalam kegelapan total selama sekitar 6 menit. Entah kenapa duduk dalam suasana gelap pekat selama 6 menit terasa sangat lama, tidak ada satu pun obyek di sekitar yang nampak. Hanya setitik cahaya dari sela-sela jendela yang menjadi hiburan.
Sepanjang perjalanan gelap itu saya berpikir tentang kondisi di alam barzakh dan betapa berharganya kehadiran sebuah cahaya dalam kehidupan. Konon kebanyakan manusia lalai dalam bersiap diri untuk kehiduapan di alam berikutnya, tidak seimbang antara menghias dunia dan akhiratnya. Kiranya wasiat seorang perempuan yang telah meninggal dunia dan diberi kesempatan untuk berkomunikasi dengan ayahnya patut menjadi pertimbangan kita dalam menakar hari-hari. Kisah ini tertuang dalam Kitab Ihya 'Ulumuddin karya Imam Ghazali:
Yazid bin Nu’amah berkata,
“Seorang gadis meninggal dunia dalam wabah penyakit kolera, lalu ayahnya bermimpi bertemu dengannya dalam tidur, kemudian ayahnya berkata kepadanya, “Hai anak perempuanku! Beritahukanlah kepadaku tentang akhirat!”
“Seorang gadis meninggal dunia dalam wabah penyakit kolera, lalu ayahnya bermimpi bertemu dengannya dalam tidur, kemudian ayahnya berkata kepadanya, “Hai anak perempuanku! Beritahukanlah kepadaku tentang akhirat!”
Gadis itu menjawab, “Hai ayahku! Kami datang kepada urusan yang besar yang kami mengerti dan tidak dapat mengerjakan, sedangkan kamu mengerjakan dan tidak mengerti. Demi Allah, satu kali tasbih atau dua kali tasbih atau satu rakaat dalam lapangan amal itu lebih aku sukai daripada dunia seisinya.[]
No comments:
Post a Comment