Sunday, March 31, 2024

Pekerjaan sebesar apapun tidak akan pernah selesai kalau kita tidak pernah memulainya DAN tekun menjalaninya. Karena banyak pengalaman mereka yang sudah berhasil memulai tapi kerap kandas di tengah jalan karena kurang sabar melakoninya.


Suatu hari saya bertekad ingin menerjemahkan sebuah buku dalam Bahasa Inggris ke dalam Bahasa Indonesia. Cukup menantang karena bukunya keluaran tahun 1800an. Bukan Bahasa Inggris gaya modern di buku-buku kontemporer yang lebih ringan untuk diterjemahkan. Selain itu, tebal bukunya sebanyak 700 halaman. 


Saat itu saya menimbang-nimbang. Bisa ngga ya? Di tengah kesibukan mengurus anak dan rumah tangga. Antar jemput anak les piano, latihan sepak bola, badminton, dan les biola. Juga saya tengah kuliah online dan kerja pula. Ah, tapi bismillah saja. Allah memberi saya semangat tinggi dan rasanya bisa menyelip-nyelipkan kegiatan menerjemahkan ini di tengah padatnya aktivitas yang ada.


Begini pengalaman saya. Langkah pertama, minta tolong sama Allah agar hari-hari yang akan dihadapi diaturkan. Mintanya hari ke hari. Ngga perlu borongan minta seminggu. Karena toh kita menjalani one day at a time. Biasanya kalau sudah minta sama Allah seperti ini selalu diberi rezeki tak terduga berupa sebuah keluangan waktu yang Dia sediakan, bahkan di tengah jadwal harian yang kadang menggila sekalipun. Dia Maha Kuasa. Namun kita mesti selalu waspada pasang kuda-kuda menangkap peluang ini. Karena kadang waktu yang ada tidak banyak. Lima atau sepuluh menit saja, tapi setiap kemajuan yang ada dari hari ke hari itu berarti sekali. Don’t underestimate the power of 5 minutes progress of your work.


Hal yang kedua, disiplin. Tekadkan bahwa setiap hari harus menerjemah. Walaupun satu kalimat. Dan ya, sering harus berjuang melawan malas dan rasa ngantuk ketika menjalaninya. Tapi kalau Allah Ta’ala memberi tekad yang membara, insya Allah akan dibuat jalan terus.


Kemudian, work with the flow. Kadang kita punya target terlampau optimis. “Hari ini aku mau menerjemahkan 10 halaman!” Okay, sounds good. Kalau memang Allah memberi kesempatan dan kemampuan. Tapi, tidak jarang yang terjadi tiba-tiba ada tamu tak terduga. Tiba-tiba anak minta diantar ini dan itu. Tiba-tiba kunci pagar halaman rusak dan hampir seharian saya harus memperbaiki sambil bulak-balik ke toko bangunan. Now, tenang. Don’t get despair. Lower your expectations. Turunkan target yang tadinya 10 halaman menjadi berapapun, yang penting setiap hari ada kemajuan. Walaupun satu kalimat tadi itu. Yes, really! We need to learn to celebrate progress no matter how small it is.


Dan, sabar dalam melakoninya. Day in, day out. Siang dan malam. Lagi good mood atau bad mood, in good time and bad times, in sickness and health - iya, kita seperti menikah dengan pekerjaan itu. Loke any marriage, it requires commitment and have to be obsessed enough with the project. Sampai kalau ngelamun itu yang dilamunin ihwal penerjemahan ini. 


Terakhir, ini yang paling penting dan yang menjadi ruh sebenarnya. Sering-sering berdoa dan minta pertolongan sama Allah. Karena tidak ada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan-Nya. Sebisa mungkin saya dalam kondisi berwudhu dalam menerjemahkan. Memulai dengan basmallah atau membaca Al Fatihah, agar berkah Allah menaungi. Kalau tidak, rugi kan kita sudah cape-cape kerja dan menghabiskan sekian banyak waktu sambil Dia tidak berkenan? Na’udzubillahimindzaalik.


Alhamdulillah, dengan langkah-langkah kecil seperti itu buku tersebut selesai saya terjemahkan dalam waktu 8 bulan. Sambil tetap mengerjakan semua amanah rumah tangga dan pekerjaan.


So yes, anything is possible with Allah.

Remember that no matter how small you start or how slow you’re moving, you’ll eventually get there.

The key is to start somewhere and keep moving.😊

No comments:

Post a Comment