Pilihan hidup hanya dua dalam menyikapi segala hal.
Mau menghadapi dan menjalani dengan suka cita atau terpaksa.
Kalau suka cita apapun yang terjadi akan terasa lebih ringan menjalaninya sedangkan keterpaksaan akan membuat kita terseret-seret melakukannya. Melelahkan.
Kalau suka cita, pelajaran dan hikmah dari apa-apa yang Allah takdirkan lebih mudah menangkapnya. Karena langit jiwa kita lebih jernih dibanding keterpaksaan yang mengepulkan banyak asap di cakrawala hati. Bikin hidup terasa tambah sumpek.
Kalau suka cita, bahkan takdir yang menyakitkan pun jadi bisa dimaknai. Dibandingkan terpaksa menerimanya dengan meraung-raung, sementara tak ada yang berubah dalam ruang takdir kita. Menyedihkan.
So yes, kita barangkali punya freewill. Kebebasan dalam merespon segenap hal yang Allah tetapkan. Mau bersuka cita atau terpaksa melakoninya?
Sementara Allah Ta’ala menjamin dalam Al Quran bahwa kunci terbukanya rezeki kita ada dalam kebersukacitaan dalam menerima ketetapan-Nya. Dari waktu ke waktu. Di setiap nafas dan detak jantung.
Inilah perjuangan kita. Selalu mencari cara dan berupaya untuk menerima, ridho, bersuka cita dan ikhlas dalam menerima aliran takdir dan ketetapan dari-Nya.
***
“Dia kemudian menuju ke langit dan (langit) itu masih berupa asap. Dia berfirman kepadanya dan kepada bumi, “Tunduklah kepada-Ku dengan suka cita atau terpaksa.” Keduanya menjawab, “Kami tunduk dengan suka cita.
Lalu, Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa dan pada setiap langit Dia mewahyukan urusan masing-masing. Kemudian langit yang paling dekat (dengan bumi), Kami hiasi dengan bintang-bintang sebagai penjagaan (dari setan). Demikianlah ketetapan (Allah) Yang Mahaperkasa lagi Maha Mengetahui.” QS Fushshilat : 11-12
(Foto yang menginspirasi tulisan ini. Yang satu doyan bergaya di depan kamera sementara kakaknya paling males kalau disuruh berpose)🥰
No comments:
Post a Comment